41

1.3K 122 22
                                    

Dengar-dengar, Afiga sudah pulang dari rumah sakit. Akan tetapi laki-laki itu tidak nampak batang hidungnya di dalam rumah besar keluarga Mahendra. Dista dan Andrian juga disibukkan dengan kegiatan mereka masing-masing. Andrian sendiri, ia masih diliburkan dari sekolahnya karena siswa kelas 10 dan 11 sedang melaksanakan classmeeting. Untuk mengisi kegabutan nya, Andrian membantu pekerjaan kantor papinya. Hanya beberapa dokumen dan dikerjakan di kamarnya saja. Sedangkan Dista, wanita itu tidak mau diam. Terus saja membantu pekerjaan rumah Bi Santi dan Ita. Walaupun berkali-kali di jutekki oleh Ita. Dista kini sedang menyiram tanaman di samping rumahnya.
Ditemani oleh tukang kebun yang menggunting rerumputan yang sudah meninggi.

"Dista."

Sedang asyik-asyiknya menyirami tanaman bunga, Sara menghampiri Dista membuat Dista segera menaruh selangnya. Ia tersenyum ramah kepada Sara yang juga ... tersenyum kepadanya?!

"Ha-halo, Mommy," sapa Dista dengan takut-takut. Masih canggung untuk mengobrol dengan mertuanya ini.

"Hem. Kamu sibuk nggak?" tanya Sara basa-basi.

"Eh nggak kok, Mom. Ini udah mau selesai," jawab Dista dengan jujur. Karena memang sebentar lagi, pekerjaannya itu akan selesai. Hanya tersisa beberapa tanaman saja.

Sara mengangguk paham. "Mau ikut Mommy ke mall nggak? Mommy mau belanja, tapi nggak mau kalau sendiri. Kamu sekalian beli perlengkapan bayi deh."

Dista tersenyum canggung. "Tapi perlengkapan bayi yang dibelikan Mommy waktu itu banyak loh, Mom."

"Iya, tapi pasti butuh yang lain, kan?"

Dista mengangguk. Benar juga, kan?

"Lagipula, kemaren itu hanya bedak-bedak bayi aja. Kamu bisa beli yang lain nantinya," ujar Sara.

"Oh, iya deh, Mom. Dista mau siap-siap dulu. Tapi mau nyelesaiin ini dulu yah?" Dista menunjuk tanaman di belakangnya.

"Oke. Mommy tunggu."

Dista hanya mengangguk dan membiarkan Sara pergi meninggalkannya. Dista dengan perasaan senang, cepat-cepat mengambil selang tadi. Ia segera menyiram tanaman bunga yang belum ia siram. Setelah selesai, Dista mematikan kran air dan menaruh selang tadi di tempat semula.

"Pak, saya masuk duluan yah," pamitnya kepada tukang kebun.

"Ah iya, Non." jawab tukang kebun sambil tersenyum ramah.

Dista memasuki rumahnya. Ia membersihkan tangannya dulu di kran, lalu menaiki tangga menuju kamarnya. Sesampainya di kamar, ia melihat Andrian sedang berkutat dengan laptopnya. Dista mendekati Andrian dengan perlahan.

"Andrian, aku mau minta ijin," tutur Dista membuat Andrian mendongak.

Laki-laki itu keheranan melihat Dista. "Minta ijin buat apa, Ta?" tanyanya.

"Aku mau ikut mommy ke mall. Dia ngajakin aku buat temenin belanja. Tapi mommy juga bilang sama aku, supaya aku beli perlengkapan bayi." Dista menjelaskan kepada Andrian.

"Ohhh, yaaa boleh-boleh aja, sih. Tapi kalau misalkan mommy bicara yang aneh-aneh, jangan lo ambil hati yah?" pesan Andrian yang hanya diangguki oleh Dista.

Dista melirik jam di atas mejanya. Jam masih menunjukkan pukul 10 pagi.

"Oh iya, Andrian mau nitip apa?" tanya Dista.

"Ha? Nitip? Nitip apaan?" Andrian malah berbalik tanya karena tak paham dengan maksud Dista.

Mendengar hal itu, Dista malah meringis. "Anu ... ya, mungkin kamu pengen makanan atau semacamnya gitu."

My Little PrincessTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang