11

1.8K 166 13
                                    

"Mommy kemana, Andrian?" tanya Dista saat ia tak melihat keberadaan Sara sedikitpun.

"Ke rumah Alini," jawab Andrian membuat Dista meringis pelan.

Keduanya sedang berada di taman, taman yang terletak di sebelah kiri rumah besar Andrian. Dista yang duduk sembari menyelonjorkan kakinya sedangkan Andrian menyenderkan tubuhnya ke kursi.

Setelah makan tadi, Andrian mengajak Dista untuk pergi ke taman sekadar untuk menghibur diri saja. Biar tidak suntuk-suntuk amat. Andrian juga tak mau jika Dista hanya berdiam diri di kamarnya saja tanpa bersosialisasi dengan orang banyak.

"Ta," panggilan dari Andrian membuat Dista menoleh menatap lelaki itu dari samping.

"Ada apa?"

Andrian tak langsung menjawab, ia hanya menatap Dista untuk beberapa detik.

"Kenapa, Andrian?"

Pertanyaan dari Dista membuat Andrian menggelengkan kepalanya.

"Nggak jadi."

"Kok?"

Andrian menggeleng sekali lagi. "Nggak pa-pa."

"Oh, ya udah."

Andrian mengernyitkan dahinya, mengapa Dista tidak mendesak Andrian? Kenapa gadis itu hanya mengiyakan saja? 

"Kok lo nggak kepo, sih?" heran Andrian.

"Ha?"

"Kok lo nggak maksa gue buat lanjutin ucapan gue?"

Dista tersenyum manis. "Kan katanya aku harus nurut sama suami."

Jika kalian lihat, pasti kalian sudah menertawakan Andrian. Bagaimana tidak, laki-laki itu menahan senyum dan merah di pipinya. Bahkan sampai ke telinganya. Padahal Dista hanya mengatakan hal itu, kenapa Andrian berlebihan? Tanyakan saja pada Andrian yang tidak ada angin tidak ada hujan malah terbawa perasaan.

"Eh, Andrian kok telinga kamu merah?" Dista melihat telinga Andrian yang kemerahan.

"Eh?" Andrian mengusap-usap kedua telinganya yang terasa panas. "Nggak kok."

"Tapi itu merah, Andrian." Dista menunjuk telinga Andrian.

Mendengar pengakuan Dista, Andrian menjadi panik sendiri. Ia mencari jawaban yang tepat, sampai akhirnya muncullah sebuah jawaban di otaknya.

"Gue lagi dingin, biasanya kalau gue lagi dingin telinga gue emang suka merah."

Dista mengangguk mengerti. "Tapi ini, kan masih sore. Emang dingin yah?"

"Dingin!" Jawaban Andrian sedikit menyentak. Tapi Dista hanya diam saja, ia takut salah dimata Andrian.

Hening untuk beberapa saat, Andrian juga sibuk dengan pikirannya sendiri.
Jadi, sebenarnya nanti malam Alini akan mengadakan sebuah acara. Dan hanya anak-anak yang Alini kenal saja yang mendapat undangan. Seperti Andrian, tadi siang Alini mengundang Andrian untuk datang ke acara tersebut. Acara yang akan didatangi oleh banyak siswa-siswi kelas 12. Dan Alini juga menyuruh Andrian untuk mengajak Dista. Tapi Andrian bimbang, di satu sisi jika nanti malam ia datang ke acara yang Alini buat, pasti dia bisa lebih banyak meluangkan waktu bersama dengan Alini. Namun di sisi lain, jika Andrian tak mengajak Dista, ia akan merasa salah seperti tadi pagi. Ia tak memberitahu Dista bahwa Alini akan ke rumahnya. Alhasil, gadisnya itu mengetahui tanpa ia beri tahu.

"Ta, kalau misal gue datang ke sebuah acara sekolah, tapi lo nggak usah ikut, lo ngijinin?" Pertanyaan itu keluar begitu saja dari mulut Andrian.

Dista yang mendapat pertanyaan secara mendadak, otaknya langsung loading lama.

My Little PrincessTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang