Karena Sara pulang dengan seorang diri, Andrian menjadi kebingungan. Laki-laki itu berjalan mendekati sang mommy.
"Mom, Dista nya mana?" tanya Andrian.
Sara hanya meliriknya sekilas, sebelum akhirnya ia mengendikkan bahunya tak acuh. Hal itu mampu membuat Andrian panik.
"Loh, kok bisa, sih, Mom?!" Andrian mengekori Sara yang berjalan ke arah kamarnya.
"Mommy ih!" sentak Andrian menahan bahu sang Mommy.
Sara akhirnya membalikkan badannya menghadap Andrian. "Dia sama Afiga, kenapa? Kaget kamu?"
Andrian terkejut bukan main. Pasti Sara bohong. Andrian menggeleng tak percaya. "Nggak mungkin lah! Mommy pasti mau fitnah dia, kan?!"
Sara tertawa pelan. "Andrian Andrian, kamu mau bukti? Bahkan tadi Dista udah janjian sama Afiga."
Lagi-lagi Andrian menggeleng tak percaya. Ia terus mengejar Sara yang masuk ke kamarnya.
"Mommy, dengerin Andrian dulu! Jelasin ke Andrian!" titah Andrian.
Sara mengambil ponselnya dan menunjukkan sebuah foto kepada Andrian. Andrian terkejut bukan main melihatnya. Ia tidak salah lihat, ini adalah Dista, istrinya sendiri. Wanita itu tampak memeluk seorang laki-laki yang tak lain dan tak bukan adalah Afiga. Dan mereka berdua berada di sebuah kafe?!!!
"Nggak mungkin, Mom. Pasti ini bohong ..."
Sara tersenyum, ia merebut ponselnya dari tangan Andrian. "Kamu jangan percaya sama anak itu. Kalau memang masih belum percaya sama Mommy, kamu bisa cari dia."
"Ke mana?"
Sara mengendikkan bahunya. "Ke mana saja, dia sedang bersama Afiga!"
Setelahnya, Andrian dipaksa keluar oleh Sara. Sara segera menutup pintu kamarnya. Sedangkan Andrian langsung emosi mendengar penuturan sang mommy. Dia tidak percaya, tetapi melihat foto itu, emosi Andrian meletup-letup. Ia mengacak rambutnya frustasi, menghembuskan napasnya dengan kasar. Andrian berlari menaiki tangga untuk mengambil kunci motornya. Benar kata Sara, kalau ia tak percaya, ia harus mencari Dista sendiri.
Andrian segera melajukan motornya meninggalkan pekarangan rumahnya. Ia membawa motor itu dengan kecepatan penuh, tak memikirkan kondisi jalanan yang sangat ramai. Untungnya, Andrian bisa mengendalikan motornya sehingga tidak sampai menabrak pengendara lain.
Tepat di lampu merah, Andrian menghentikan motornya menunggu lampu hijau menyala. Tangannya mencengkram setiran dengan sangat erat. Tatapannya mengedar kemana-mana, sampai ia tak sengaja melihat seseorang yang sedang berboncengan. Andrian sangat mengenali dua orang itu. Hingga lampu hijau menyala, Andrian menancap gas dan mengikuti motor itu dari belakang.
Motor itu menuju ke sebuah perumahan yang sebelumnya tak Andrian kenal. Berkali-kali Andrian mengumpat dan kehilangan kendali pada motornya sendiri. Ia bersumpah akan menghabisi Afiga kalau sampai berani merebut Dista darinya. Toh, ternyata Afiga bukan adek kandungnya, kan?
Motor yang dikendarai Afiga dan Dista berhenti di depan sebuah rumah yang ... Andrian sendiri tak tahu rumah siapa. Andrian ikut mengerem motornya dengan jarak yang sedikit jauh dari motor itu. Dapat Andrian lihat bahwa Dista turun terlebih dahulu dari motor Afiga, diikuti oleh Afiga. Laki-laki itu membantu Dista yang tak bisa melepaskan helm nya sendiri.
Hahhahahah
Andrian tertawa tak percaya melihatnya. Kenapa romantis sekali pasangan brengsek itu? Andrian tak bergerak, ia masih memperhatikan bagaimana kelanjutan dari mereka berdua.
Karena Andrian tak bisa mendengar percakapan mereka, dan Dista juga membelakanginya, ia hanya bisa melihat gerak-gerik keduanya. Dapat Andrian lihat kalau Afiga tersenyum, tangan laki-laki itu mengelus perut Dista. Dan Dista membiarkan saja?!! Bukan kah hanya dirinya saja yang boleh melakukan itu?!
KAMU SEDANG MEMBACA
My Little Princess
Teen FictionDistya Widutami, siswi baru di SMA 7 Harapan yang harus kehilangan mahkotanya karena direbut paksa oleh Afiga. Dia marah, sedih, takut, semua perasaannya campur aduk. Dan satu lagi, orang yang bertanggungjawab atas kehamilannya bukan pelaku sesungg...