Setelah Dista berhasil mendamaikan Tara dan Sherly, ia dan Bima berniat untuk pergi ke panti asuhan. Sedangkan Tara dan Sherly akan mampir ke mall terlebih dahulu, kata mereka, sih mau nyusul nanti.
"Kak ...." Dista menarik ujung baju Bima, membuat Bima menghentikan langkahnya dan menoleh kepada wanita itu. "Aku takut ..." gumam Dista.
Bima mengangguk paham, bagaimanapun, dimata ibu panti, Dista telah melakukan kesalahan besar. Dan Bima juga paham, wanita di depannya ini pasti masih trauma dengan ibu panti.
"Tapi kalau kamu diem aja dan nggak ada usaha untuk ketemu sama ibu, sama aja kamu dosa, Ta. Ibu panti itu orang tua kamu, orang tua kita, dan kita lah yang harus minta maaf sama dia supaya kita mendapat ridho nya."
Bima menggenggam tangan Dista dengan erat, menyalurkan kekuatan pada wanita itu. "Nggak usah takut, kan, sama Kakak juga. Yahh??"
Dista tampak ragu, tapi selanjutnya ia hanya bisa mengangguk. Berharap ada keajaiban yang membuat ibu panti dapat memaafkan dirinya. Karena memang, semenjak ia menikah dengan Andrian, ia belum sempat meminta maaf kepada ibunya. Dan semoga, hari ini semuanya bisa ia tebus. Tuhan, bantu Dista!
Di SMA 7 Harapan, para siswa dan siswi sudah istirahat. Tersisa satu mapel lagi untuk ujian di hari Senin ini. Andrian bersama dengan kedua temannya sedang duduk-duduk santai di gazebo depan kelas. Kenzi menikmati nasi pecelnya, Ifan memakan ciloknya, sedangkan Andrian hanya senyum-senyum tak jelas sambil memperhatikan layar ponselnya.
"Ssttt!" Ifan menyenggol lengan Kenzi. Laki-laki itu menoleh ke arah Ifan. "Andrian ...." bisik Ifan membuat Kenzi beralih menatap Andrian.
"Idih, ngapain lo senyum-senyum sendiri gitu, An?" tanya Kenzi membuat Ifan melotot kesal.
"Ah, lo mah nggak bisa diajak kompromi!" Kenzi hanya nyengir kuda mendengar protesan dari Ifan.
Andrian melirik kedua temannya sekilas, lalu kembali memperhatikan ponselnya. "Makanya cari pacar, jomblo seumur hidup tau rasa kalian!"
"Percaya yang udah beristri," sindir Ifan. Ia melemparkan plastik ciloknya ke tong sampah, padahal masih banyak isinya. Nafsu makannya sudah hilang mendengar sindiran dari Andrian.
"Si paling bucin!" sahut Kenzi.
"Bucin ke istri sendiri, salah?"
Kenzi hanya bisa menggeleng pelan. "Nggak salah kok, An! Yang salah itu gue, kenapa coba gue bisa se circle sama lo!"
"Nah bener!!" Ifan menimpali.
Kenzi menatap Ifan. "Sama lo juga! Gue nyesel temenan sama lo!" cetus Kenzi membuat Ifan murung.
"Sherly tuh, kalian suka sama Sherly, kan?" tanya Andrian.
Kenzi dan Ifan mengangguk serempak. Andrian terkekeh melihatnya. "Jangan sampai berantem gara-gara cewek yah. Kalian, kan udah bersahabat dari kecil."
"Siaapp!" Kenzi dan Ifan hormat kepada Andrian.
"Eh tapi, masalah Alini, gimana?" Pertanyaan dari Ifan menyadarkan Andrian. Ia baru ingat bahwa ia berniat untuk menemui Alini.
Andrian berdiri. "Gue samperin dia dulu," ujar Andrian yang hanya diangguki oleh keduanya.
Andrian dengan cepat menaiki tangga untuk sampai ke kelas Alini. Dia yakin, saat istirahat seperti sekarang, Alini pasti sedang berada di kelasnya. Gadis itu jarang sekali keluar kelas, dan itu memang sudah menjadi kebiasaan Alini. Benar saja, baru saja sampai di lantai dua, Andrian sudah melihat Alini sedang tertawa bersama teman-temannya. Saling melempar candaan.
"Al."
Tawa Alini terhenti, ia menatap Andrian yang sudah berdiri di depannya.
"Al, kita ke dalem yah." Teman-temannya paham, mereka berpamitan untuk masuk ke kelasnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Little Princess
Teen FictionDistya Widutami, siswi baru di SMA 7 Harapan yang harus kehilangan mahkotanya karena direbut paksa oleh Afiga. Dia marah, sedih, takut, semua perasaannya campur aduk. Dan satu lagi, orang yang bertanggungjawab atas kehamilannya bukan pelaku sesungg...