"Ayo dong, An, percaya sama Dista. Jangan percaya sama apa yang belum tentu benar sama kenyataannya." Sherly berharap, kali ini Andrian mau mendengarkannya. Walaupun tidak ada yang berada di pihak nya.
"Udahlah, Sher, lo lagian ngapain, sih, belain tuh cewek? Lo nggak tau rasanya ada di posisi Andrian," ucap Alini mengingatkan. Dia memperhatikan Andrian yang hanya diam saja. Bahkan tatapan laki-laki itu pun kosong, diajak ngobrol pun tak pernah menyahut. Entahlah, kata Bi Santi, Andrian tak mau makan dari tadi pagi. Tuh, kan! Pasti karena Dista!
"Ya lo liat Andrian nya! Dia kayak orang stress gitu, itu karena jauh dari Dista. Karena masalah ini, kalau dibiarin, lama-lama gila beneran tuh bocah!"
Alini mendengus mendengar ucapan Sherly. Kenapa harus Dista jika ada dirinya? Dari dulu Andrian bisa dibujuk Alini kok. Kenapa harus menunggu Dista?
Alini mendekati Andrian yang masih diam tak bergeming. Duduk bersandar ke dinding.
"Makan dulu yah, An? Nanti sakit loh," bujuk Alini dengan sok baik. Hal itu membuat Sherly mencibir.
"Halah, bilang aja lo masih mau sama Andrian, kan?" cetus Sherly.
Alini menoleh pada Sherly. "Kan, gue udah bilang sama kalian semua. Kalau Dista sakiti Andrian, gue bakalan rebut dia lagi."
"Nah, setuju! Sekarang tuh cewek malah duain Andrian yang tulus banget," sahut Kenzi menyetujui.
"Iya! Nggak tau diri banget, kan? Tuh liat, Andrian aja sampe kayak gitu. Sedangkan Dista pasti lagi mesra-mesraan sama Afiga." Ifan menimpali.
"Kata siapa lagi mesra-mesraan?"
Semua orang yang berada di sana menoleh ke sumber suara. Ke arah ambang pintu kamar Andrian, disana terdapat Afiga dan Leola. Afiga menggandeng tangan Leola.
"Gue lagi mesra-mesraan sama cewek gue, bukan sama Dista!" Afiga beralih merengkuh pinggang Leola membuat gadis itu sedikit terkejut.
"Lo?! Bukannya cewek waktu itu yah?!" Alini berdiri, diikuti oleh Sherly.
"Iya, aku, kan, udah bilang kalau aku ceweknya Afiga," jawab Leola seraya melirik Afiga yang tersenyum.
"Jadi--- bentar-bentar! Lo punya cewek sekaligus, Ga?" tuduh Alini.
Afiga menggeleng dengan santai. "Cewek gue cuma satu. Leola."
"Terus Dista? Setelah lo pake, lo buang gitu aja?" Kenzi bersedekap dada, melihat hal itu, Afiga masih tetap tenang. Dia tidak boleh emosi, tujuannya ke sini adalah untuk meluruskan sebuah kesalahpahaman.
"Ke mana lagi tuh cewek? Jual diri ke mana dia?" Pertanyaan itu keluar dari mulut Ifan.
"Jual diri? Dia, kan, gratis, Fan," sahut Alini.
Brak
Mereka terkejut mendengar Andrian mendorong kursi yang awalnya diduduki oleh Sherly sampai membentur tembok. Laki-laki itu berdiri dan menatap mereka dengan tatapan tajam.
"Dista masih istri gue! Jangan hina dia seenaknya!" cetus Andrian, kemudian tatapannya tertuju pada Afiga. "Ada yang mau lo jelasin?" tanyanya.
"Tapi gue mau mereka semua keluar! Kita bertiga aja, gue, lo, sama cewek gue!"
Andrian mengangguk setuju. "Keluar kalian semua!" usirnya.
Alini menganga tak terima. "Loh tapi---"
"KELUAR!" bentak Andrian membuat Alini berjengkat terkejut. Ia segera keluar diikuti oleh tiga orang lainnya.
Alini menghentakkan kakinya setelah sampai ke depan kamar Andrian. Pintu kamar ditutup dari dalam. Wajah gadis itu tampak sangat kesal.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Little Princess
Teen FictionDistya Widutami, siswi baru di SMA 7 Harapan yang harus kehilangan mahkotanya karena direbut paksa oleh Afiga. Dia marah, sedih, takut, semua perasaannya campur aduk. Dan satu lagi, orang yang bertanggungjawab atas kehamilannya bukan pelaku sesungg...