16

1.8K 168 15
                                    

"Taa, dimana lo?" teriakan Andrian menggema di kamarnya. Tidak melihat keberadaan Dista, Andrian menjadi panik sendiri. Bukannya ia marah, tapi ia takut kalau Afiga menyakiti wanita itu. Karena tadi Andrian melihat bahwa Afiga sudah pulang terlebih dahulu.

"Taa, jangan buat gue khawatir!"

Dan orang yang dipanggil malah sedang sembunyi dibalik lemari. Dia tak berani keluar karena takut Andrian marah. Tapi tanpa sengaja, ia malah bersin membuatnya langsung menutup mulutnya.

"Duhhh gimana ini??" gumam Dista dengan panik.

Andrian ingin tertawa setelah mengetahui keberadaan Dista yang bersembunyi dibalik lemari.

"Lo ngapain disitu? Sini!"
Dengan takut, Dista berjalan menghampiri Andrian.

"Andrian marah yah?"

"Ngapain gue marah, gue khawatir lo kenapa-kenapa. Jangan sembunyi-sembunyi, Ta, gue nggak akan pernah marah sama lo." Andrian memeluk Dista dengan erat. "Jangan aneh-aneh aja lo."

Demi Tuhan, Andrian benar-benar panik tadi. Ia sangat khawatir Dista kenapa-kenapa.

"Maaf," lirih Dista setelah pelukan Andrian terlepas. "Habisnya tadi langsung off."

"Ada guru," tutur Andrian. "Lo nggak liat Afiga?"

Dista menggeleng. "Dari tadi aku di kamar aja, kan kata kamu aku harus di kamar aja kalau kamu nggak ada."

"Good." Andrian merunduk dan mendekatkan wajahnya ke perut Dista. Dengan pelan ia berbisik, "hei, lagi apa? Daddy udah dateng nih."

Dista tersenyum melihatnya, tidak munafik, Andrian memang benar-benar tampan apalagi jika dilihat dari jarak yang sangat dekat seperti sekarang ini.

"Ta, lo udah makan?" Pertanyaan Andrian membuat Dista yang sedang melamun langsung tersadar.

"Eh- iya, Andrian, udah kok." Dista tersenyum dengan sangat manis. Hal itu mampu membuat Andrian menahan napasnya sejenak. Gila cakep banget

"Ya udah mending sekarang Andrian mandi dulu sana, terus makan."

Andrian tersenyum dan mengangguk, kemudian mengelus kepala Dista lalu pergi menuju kamar mandi untuk bersih-bersih. Sedangkan Dista langsung membereskan tas Andrian yang tergeletak di atas ranjang. Ya kali dibiarin gitu aja.

Setelah beberapa menit kemudian, Andrian sudah keluar dari kamar mandi dan ia melihat Dista yang sedang memainkan ponselnya. Andrian menghampiri wanita itu.

"Lagi apa, Ta?" tanyanya membuat Dista menoleh.

"Eh Andrian, ini aku lagi lihat-lihat tanggal." Andrian menarik kursi kosong di sebelah Dista dan mendudukinya.

"Emang lo ulang tahun? Atau ada hari dan tanggal spesial?"

Dista menggeleng. "Dista lagi menghitung umur kandungan Dista, Andrian." Dista mengelus perutnya sendiri.

Tatapan Andrian ikut turun ke arah perut wanita itu. Sebenarnya, jika dilihat-lihat menurut Andrian perut Dista sudah lebih besar dibanding kemaren-kemaren. Apa sudah bertambah umur?

Melihat hal itu, Andrian tampak antusias. "oh yah??? Berarti sekarang umur berapa, Ta? Pasti udah nendang-nendang yah, Ta?"

Dista tertawa mendengar pertanyaan Andrian. Dan Andrian malah merasa malu ditertawakan oleh Dista seperti sekarang.

"Ish! Malah diketawain!" cetus Andrian.

"Maaf, maksud Dista tuh, kenapa Andrian pengen banget bayinya nendang-nendang?"

My Little PrincessTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang