32

1.3K 111 16
                                    

Hari terakhir ujian. Semua siswa-siswi bersorak senang mengingat bahwa hari ini adalah hari Kamis, hari terakhir mereka ujian. Dua Minggu ujian, hari ini sudah selesai dan tinggal menunggu hasilnya. Apalagi para siswa-siswi kelas 12 yang ketar-ketir menunggu hasil. Mereka tentunya memikirkan nasib SNMPTN nya nanti. Dan semoga nasib baik memihak mereka, semoga nilai raport mereka bagus dan lebih besar dari nilai raport semester 4. Agar memudahkan mereka untuk lolos SNMPTN.

Sherly juga sudah menerima rapor nya, ia sebagai siswi percepatan tentunya sudah melaksanakan ujian semester 5 lebih awal. Ia berharap, ia tidak mengecewakan ibunya. Dan semoga saja.

"Halo, Sherly."

Tubuh Sherly menegang mendengar suara yang sangat familiar itu. Ia hendak berlari, namun Ivel dan tiga temannya sudah menghadangnya.

"Eits, mau kemana?" goda Ivel.

"Mau apa lagi kalian?" Sherly melangkah mundur, berusaha untuk menjauhi Ivel.

"Nggak, bukan masalah sama lo kok. Gue cuma mau ngasih beberapa pertanyaan buat lo." Ivel tersenyum penuh arti.

"Kenapa lo belum menjauh dari Kenzi?!" Suara Ivel meninggi, untungnya mereka berada di tempat yang sedikit sepi. Tepatnya di lorong sekolah, para siswa sedang berada di luar, jadi tidak ada yang lewat sini.

"Bukan gue yang deketin dia, tapi dia!" balas Sherly.

"Haha, lo sok cakep banget yah! INGET! Jangan mentang-mentang lo anak percepatan, lo bisa sok pinter sama gue. Lo nggak ada apa-apanya dibanding gue."

"Jaman sekarang, bukan kepintaran yang digunakan untuk mendapatkan sesuatu. Tapi yang, Sherly. Dan gue tau keluarga lo nggak punya itu."

Sherly menahan air matanya agar tidak mengalir. Ia tak mau Ivel semakin merasa menang karena tindakannya.

"Sekali lagi gue bilangin, jauhi Kenzi! Dia punya gue!"

"Tapi dia nggak pernah mau sama lo!" cetus Sherly tak mau kalah.

"Ohhh, waw! Udah berani sama gue yah? LO tuh---"

"Mau apa lagi, sih, lo, Vel? Ngapain gangguin orang lain?" Alini menarik tangan Ivel yang ingin menampar Sherly.

Ivel melepas paksa tangannya dari tangan Alini. "Nggak usah ikut campur!" peringatnya.

"Gue nggak ikut campur, gue cuma kasian sama lo. Caper sana-sini tapi nggak ada yang tertarik." Alini tertawa setelahnya. Ia sendiri tau kalau Ivel dari dulu tak pernah menyukainya.

"Nggak usah sok cantik lo, Al. Lo menang kemaren juga karena lo nyogok, kan?!" bentak Ivel mendorong bahu Alini. Tapi Alini langsung menjauh.

"Setidaknya, gue punya nama baik. Nggak kayak lo!" Alini lalu membawa Sherly pergi. Meninggalkan Ivel yang semakin emosi karena ucapan Alini.

"Arrgghh! Anjing! Awas lo!" Ivel menendang tong sampah yang berada di sebelahnya. Menimbulkan suara yang nyaring, bahkan ketiga temannya menjadi kaget mendengarnya.

***

Sara keluar dari kamarnya dengan menenteng sebuah tas branded nya. "BII, saya mau keluar sebentar. Kalau mas Hendra nyariin, bilang aja kalau pergi ke kantor."

Bi Santi yang sedang menyapu, lantas mengangguk cepat. "Baik, Nyonya."

"Oh iya, Bi, jangan lupa belanja mingguan yah."

"Iya, Nya."

Sara kemudian keluar dan memasuki mobilnya. Ia segera melajukan mobilnya meninggalkan pekarangan rumahnya.

"Pak, jalan." Ivel menepuk pundak sang sopir untuk mengejar mobil milik Sara.

"Baik, Non."

"Ikuti mobil itu, jangan sampai ketinggalan jejak!" perintah Ivel yang hanya diangguki oleh sang sopir.

My Little PrincessTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang