8

1.8K 170 15
                                    

Dista sudah berada di dalam kamarnya. Dengan kaki yang ia selonjorkan, Dista menonton acara televisi yang menurutnya sangat lucu itu. Sebuah acara komedi yang berjudul Anak Sekolah yang tayang di Trans7.

"Pasti seru yah kalau bisa sekolah kayak gitu." Entah mulutnya tak bisa ditebak, malah mengeluarkan kalimat itu.

Tanpa Dista tahu, sedari tadi Andrian memperhatikan dirinya dari ambang pintu yang letaknya di sebelah kiri. Jadi Dista yang hanya fokus pada televisi tak mengetahui kedatangan Andrian.

Tiba-tiba wajah Dista menjadi murung. "Pengen sekolah," gumamnya.

Andrian yang sudah tak tega melihat Dista, ia langsung buka suara dan mendekati Dista.

"Ta."

Dista menoleh dengan tampang kaget. "Eh, Andrian."

Andrian duduk di tepi ranjang. "Nih gue beliin susu ibu hamil buat Lo." Andrian menyodorkan sebuah kresek berisi susu ibu hamil.

Dista membukanya, lalu ia mendorong kembali kresek itu kepada Andrian.

"Loh, kenapa?"

Dista menggeleng. "Susu ibu hamil itu nggak enak, Andrian. Aku nggak suka."

Andrian menghela napasnya. "Tapi, kan buat dede bayinya. Ayo dong, Ta. Biar dedenya sehat."

Dista awalnya kekeuh tidak mau. Namun, disaat ia melihat wajah Andrian yang tampak sangat peduli kepadanya, akhirnya Dista mengangguk.

"Iya, dehh."

Jujur saja, Andrian sangat senang saat Dista menuruti kemauannya. Lagipula hanya minum susu, kan? Tidak ada salahnya. Malahan itu akan menambah kesehatan bayi yang ia kandung.

"Nah gitu dong! Bentar yah."

Dista hanya melirik Andrian sekilas. Laki-laki itu keluar dari kamarnya dengan membawa susu ibu hamil yang ia tunjukkan kepada Dista tadi. Sedangkan Dista kembali menonton acara televisi yang belum selesai itu.

Di sisi lain, saat Andrian menuruni anak tangga ia tak sengaja berpapasan dengan Afiga.

"Dari mana aja lo?" tanya Andrian mencegah Afiga yang hendak naik.

Afiga meliriknya. "Kenapa? Orang tua gue juga nggak akan nyari gue."

"Seenggaknya lo hargai mereka. Jangan selalu berangkat pagi pulang malam."

Ya, itu sudah menjadi kebiasaan Afiga selama ini. Berangkat seperti berangkat sekolah (jika hari-hari biasa), dan pulang tengah malam. Atau paling cepat yah jam delapan seperti sekarang ini.

"Bukan urusan lo. Urus aja istri lo yang nyusahin itu!"

Andrian mulai terpancing emosi mendengar perkataan Afiga. "Maksud lo apa?!"

Afiga tertawa remeh. "Dia tadi jatoh di tangga, kan? Sumpah dia hampir aja nyusahin gue."

Andrian ingin bertanya lebih lanjut, tapi Afiga sudah pergi saat melihat Sara berjalan ke arah mereka.

"Andrian, Mommy kira kamu kemana." Sara tersenyum hangat kepadanya.

Andrian membalas senyuman Sara. "Mau buatin Dista susu, Mom." tutur Andrian.

Sara melotot kaget. "Buat susu?! Yang benar saja kamu? Masa iya suami yang buatin susu istrinya. Durhaka sekali."

"Jangan gitu dong, Mom. Kan Dista lagi hamil, hamil anak Andrian. Sudah sewajarnya Andrian perhatian sama dia."

Sara berdecak. "Terserah kamu lah. Tapi Mommy masih berharap kamu bisa balik sama Alini. Daripada sama Dista, mungkin kalian bisa cerai kalau Dista udah melahirkan."

My Little PrincessTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang