Dista membuka matanya dengan perlahan, ia melihat ke arah sofa yang semalam ditempati tidur oleh Andrian. Kosong, tidak ada laki-laki itu. Apa sedang ke toilet?
Dista sedikit lega karena semalam perutnya tidak mengganggu waktu tidurnya. Ia mengusap perutnya seraya tersenyum. Lalu menurunkan kakinya ke lantai. Merasa pipinya diterpa cahaya dari jendela kamar Andrian yang tirainya tersibak angin. Merasa heran jam berapakah sekarang, Dista melirik jam yang terletak di atas meja.
Matanya membulat sempurna ketika melihat jam tersebut.
07:49
Astaga! Dista segera berlari memasuki kamar mandi dan membersihkan tubuhnya.
Beberapa menit kemudian, Dista sudah keluar dari kamar mandi. Ia merasa takut sekarang, takut dari segala sisi. Pasti Mommy Andrian akan memarahinya karena bangun kesiangan. Apalagi baru menjadi istri Andrian, tapi sudah seenaknya saja.
"Duh, gimana yah ini? Aku keluar apa gimana?" Dista terus saja mondar-mandir. Hingga ....
Ceklek
Dista membeku saat pintu kamar Andrian terbuka. Ia tak berani menatap ke arah pintu tersebut.
"Dista sudah bangun, Nak?"
Suara itu, Dista segera menghampiri pintu dan ternyata papi Andrian lah yang membuka pintu. Dista hanya tersenyum dan mengangguk.
"Ma-maaf, Om saya bangunnya kesiangan," ujar Dista dengan kepala menunduk.
Handra yang melihatnya hanya terkekeh. "Kamu ini, harusnya memanggil Papi, jangan Om. Kan kamu sudah menjadi anak Om juga sekarang."
"Eh iya, Papi." ralat Dista.
"Tidak apa-apa, kamu turun saja dan sarapan. Bibi sudah menyiapkan makanan," tutur Hendra.
Tapi Dista tampak ragu, tentu saja. Karena ia mengkhawatirkan Mommy Andrian yang sudah pasti akan mengomelinya karena sudah bangun kesiangan. Bukannya Dista berfikir buruk tentang Sara, tapi dari kemaren Dista mendapat perlakuan yang kurang mengenakkan.
Hendra paham betul dengan ekspresi wajah Dista. "Kamu pasti mikirin Mommy yah? Dia udah pergi ke kantor. Jadi kamu jangan khawatir, dan kalau misalkan Mommy marahin kamu, kamu bilang saja sama Papi."
Dista hanya mengangguk.
"Ya sudah, Papi berangkat ke kantor dulu yah."
"Iya, Pi."
Sebelum Hendra berangkat, Dista sempat bersalaman dengannya. Setelahnya, Dista memutuskan untuk turun saja. Karena perutnya sudah sangat lapar, tidak seperti hari-hari sebelumnya. Yang walaupun Dista makan jam 10, dia pasti tidak akan merasa lapar. Mungkin karena efek bayi yang ia kandung.
Dista sudah sampai di meja makan. Ia mengambil piring lalu mengisi piring tersebut dengan nasi. Namun ketika tangannya hendak mengambil lauk, seseorang mengagetkan kegiatannya hingga ia tak sengaja menyenggol gelas dan berakhir pecah di lantai.
"Gimana, sih kamu?! Hati-hati dong! Mentang-mentang sudah menjadi istrinya den Andrian bisa seenaknya bangun siang!"
"Maaf," lirih Dista. Ia melihat penampilan wanita berusia sekitar 27 tahunan itu. Dan menurut Dista jika dilihat dari penampilannya, wanita itu adalah pembantu di rumah Andrian.
"Biar saya yang membereskan," ujar Dista.
Wanita bernama Ita itu menatapnya sinis. "Iyalah! Ya kali gue yang mau beresin, beresin sendiri sana!"
Setelah mengatakan hal itu, Ita berlalu entah kemana. Dista hanya menghela nafasnya lalu mencari plastik kosong di dapur. Setelah mendapatkannya, Dista segera memilih pecahan gelas tersebut.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Little Princess
Teen FictionDistya Widutami, siswi baru di SMA 7 Harapan yang harus kehilangan mahkotanya karena direbut paksa oleh Afiga. Dia marah, sedih, takut, semua perasaannya campur aduk. Dan satu lagi, orang yang bertanggungjawab atas kehamilannya bukan pelaku sesungg...