12

1.7K 166 9
                                    

Malam telah tiba dan Dista sudah siap dengan dress yang tidak terlalu ketat dengan lengan panjang. Ia juga sengaja memilih dress yang panjangnya di bawah lutut agar tida merasa kedinginan. Jika tadi siang rambutnya ia biarkan tergerai, maka sekarang Dista mengepang rambutnya. Tak lupa ia memoles wajahnya yang memang sudah cantik itu dengan bedak tipis-tipis.
Setelah lama mematut dirinya di depan kaca, ia akhirnya berjalan untuk menengok Andrian yang tadi ijin untuk pergi ke dapur. Entahlah Dista tak tahu sedang apa suaminya itu.

"Duh, kok aku jadi takut yah?" Dista memegang dadanya. "Deg degan juga loh."

Ceklek

Tanpa disangka, Andrian datang dengan membawa segelas susu. Laki-laki itu langsung menghampiri Dista yang nampak sedikit kaget dengan kedatangannya.

"Ngapain berdiri aja? Sini duduk." Andrian mengajak Dista untuk duduk di sofa yang berada di kamar itu. Dista pun hanya menurut saja.

"Itu buat siapa, Andrian?" tanya Dista dengan tampang polos.

Andrian menghela napasnya dengan sabar. "Buat Lo, masa iya gue minum susu ibu hamil."

"Tapi aku, kan nggak minta," cicit Dista.

"Emang gue harus nunggu lo minta dulu, baru gue bakalan buatin lo susu." Dista mengangguk membuat Andrian kesal. Gadis itu pikir, dirinya tidak peka apa? Yaaa walaupun ia memang tak paham dengan kemauan wanita, sih.

"Emm, ya udah deh ...." Dista menerima gelas yang disodorkan oleh Andrian dan segera meminumnya. Namun Andrian mengernyit heran ketika Dista menyisakan setengah gelas susu itu.

"Kenapa nggak dihabisin? Kurang manis yah?" heran Andrian.

Dista menggeleng, ia menyodorkan susu itu kepada Andrian. "Kamu minum juga."

Andrian membelalakkan matanya kaget. "Lo becanda?"

Dista menggeleng. "Biar sama-sama minum susu, Andrian."

"Kan yang hamil lo, bukan gue, Ta."

"Tapi calon ayah harus minum susu biar sehat, emang mau nggak ketemu sama dedek bayinya?" Andrian menggeleng dengan refleks. "Ya udah makanya diminum."

Andrian ingin menolak, tapi wajah Dista sangat melas dan memohon. Akhirnya dengan rasa malas, Andrian menerima dan segera meminumnya. Dengan cepat ia menghabiskannya. Kok enak? batin Andrian.

"Enak, kan?" Tanpa sadar, Andrian malah mengangguk membuat Dista tersenyum senang. "Tuh, kan! Berarti tiap malam sama pagi harus ikut minum susu pokoknya."

"Nggak!" tolak Andrian.

"Kok gitu?"

"Nggak mau, Ta. Ini aja terpaksa tadi."

"Ih! Ya udah aku nggak mau ikut kamu," ujar Dista seraya melipat kedua tangannya di depan dada, ceritanya ia sedang ngambek.

"Eh eh jangan gitu dong, Ta. Bukan apa-apa, lo pikir susu ibu hamil nggak mahal apa?"

"Ya udah minum yang susu indomilk aja," ucap Dista.

"Emang harus?" Wajah Andrian tampak sangat pasrah. Semakin tertekan ketika Dista mengangguk. "Ya udah terserah lo aja, Ta."

19:34

Andrian dan Dista menuruni anak tangga. Dan saat berada di lantai bawah, mereka berdua bertemu dengan Hendra juga Sara. Tatapan keduanya pun berbeda. Hendra yang melihat Dista dan Andrian dengan wajah sumringah serta antusias, sedangkan Sara malah melengos dan memilih untuk memperhatikan arah lain.

"Astaga, ini menantu Papi kenapa cantik banget kayak Papinya yahhh." Hendra tersenyum sangat tulus membuat Dista menunduk malu. "Terimakasih, Papi."

"Malu-malu ih istri kamu. Ini kalian udah mau berangkat?" tanya Hendra.

My Little PrincessTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang