6

1.9K 188 1
                                    

"Bonekanya disimpen yah? Biar kalau gue sekolah dan lo lagi kesepian, lo bisa peluk tuh boneka."

Dista tersenyum lalu mengangguk. Ia kembali memeluk boneka itu. "Dede nya pasti seneng."

"Iya dong!"

"Andrian, aku boleh makan mangga?"

"Ha?"

Otak Andrian yang awalnya sangat lancar dan gampang tanggap, sekarang malah tiba-tiba loading dan bekerja dengan sangat lemot.

"Iya, aku pengen makan mangga yang langsung dipetik dari pohonnya. Itu ada pohon mangga disitu!" Dista menunjuk sebuah pohon mangga yang buahnya sangat lebat dan berwarna orange. Pohon mangga itu terletak di tepi taman.

Andrian melihatnya, dia menelan salivanya sendiri. Melirik Dista yang terlihat sangat berharap. Apalagi ketika gadis itu mengusap-usap perutnya.

"Kayaknya yang pengen makan mangga itu dede bayinya, Andrian. Kamu tega kalau dede nya ngiler karena pengen makan mangga tapi nggak keturutan?"

Andrian menggaruk tengkuknya yang tak gatal. Ia harus mengiyakan permintaan dari bumil yang satu ini.

"Oke, bentar lo tunggu sini dulu."

Dista mengangguk sambil tersenyum. Apalagi ketika Andrian berdiri dan berjalan mendekati pohon mangga itu.

Sedangkan di sisi lain, Andrian kebingungan mendongak ke atas melihat pohon mangga yang ternyata sangat tinggi jika dilihat dari bawah. Memang tidak tinggi-tinggi amat, tapi tangannya tak bisa menggapai buah mangganya.

"Duh, gimana, sih ini? Lagian tuh bumil satu ada-ada aja." Andrian terus mengoceh sambil celingak-celinguk mencari alat untuk digunakan mengambil buah mangga itu.

"Cari apa yah, Mas?"

Andrian menoleh pada sumber suara. Tampak seorang ibu-ibu yang sedang menggendong bayi menghampirinya.

"Eh ini, Bu, saya mau mengambilkan buah mangga ini untuk istri saya yang lagi hamil," tutur Andrian dengan wajah memerah. Bagaimana tidak, Ibu-ibu itu malah tersenyum menggodanya.

"Yaampun, pasti istrinya bahagia banget punya suami kayak masnya," ujar si ibu.

Andrian hanya tersenyum canggung.

"Sebentar yah, biar suami saya yang ambilkan."

"Eh jang... an Bu."

Andrian hanya bisa pasrah saat seorang bapak-bapak datang membawa sebuah bambu yang panjang. Dan umumnya bambu itu digunakan untuk mengambil sesuatu di atas pohon yang tinggi.

"Sebentar yah, biar Bapak ambilkan." ujar bapak-bapak itu.

Andrian hanya bisa menunggu dan sesekali melihat ke arah Dista duduk, untungnya Dista sedang asik memainkan bonekanya.

"Ini, Mas."

Andrian hampir terkejut saat bapak-bapak itu menyodorkan dua buah mangga yang sudah matang kepada Andrian.

"Yaampun, terimakasih yah, Pak. Maaf merepotkan." Andrian tersenyum tak enak, tapi tangannya menerima buah mangga tersebut.

Bapak-bapak itu terkekeh. "Iya tidak apa-apa, memang kalau istri sedang hamil memang begitu. Apa-apa maunya diturutin, dan permintaannya suka aneh-aneh."

Andrian hanya menyengir sebagai tanggapan.

"Oh iya, dimana istrinya?" tanyanya.

"Itu, Pak." Andrian menunjuk keberadaan Dista. Tepat itu juga, Dista sedang menatap ke arah mereka. Alhasil, gadis itu tersenyum lalu melambaikan tangannya.

My Little PrincessTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang