Hari Selasa ini, para siswa-siswi SMA 7 Harapan tidak terlalu takut dengan hasil nilai ujian mereka. Karena belajar dari hari Senin kemaren, mereka bahkan yang belajar pun malah memilih untuk menyontek saja. Alhasil, nilai mereka hampir satu angkatan sama semua. Tentunya para guru akan curiga, tapi mau diapakan lagi? Ditegur juga pasti akan diulangi lagi.
Sekarang ini, para siswa-siswi kelas 12 sudah diperbolehkan untuk pulang. Berbeda dengan kelas 10 dan 11 yang harus mengikuti ujian SMA+keterampilan yang diadakan pukul 11:00 nanti. Walaupun begitu, banyak siswa-siswi kelas 12 yang memilih untuk tidur saja di dalam kelas dan menunggu sholat dhuhur dilaksanakan. Seperti halnya dengan Ivel yang duduk sendirian di dalam kelasnya. 12 MIPA 3.
Sambil mengutak-atik ponselnya, ia terus saja menggerutu tak jelas. "Nih anak kalau dibiarin, bakalan jaya terus hidupnya!"
Ivel memandangi layar ponselnya yang menampilkan foto Alini memegang sebuah buket, di kepalanya terpasang mahkota. Dia baru saja mendapat gelar 'duta pendidikan provinsi'. Ivel yang dari dulu ternyata selalu ingin bersaing dengan Alini, tentu saja merasa sangat iri melihat keberhasilan Alini.
"Gue jadi penasaran, si Alini udah putus sama Andrian karena Andrian hamilin cewek lain. Tapi kenapa mereka berdua tetep keliatan akrab yah?" Ivel bergumam sendiri, mengingat kemaren malam ia tak sengaja melihat Andrian dan Alini berbincang-bincang di tempat pom bensin.
Ivel menggunakan kedua tangannya sebagai tumpuan di dagunya. "Apa mereka masih berhubungan yah? Tapi bukannya Andrian udah nikah?"
Ivel menggelengkan kepalanya menepis anggapan konyolnya. "Nggak mungkin! Masa iya? Tapi kalau misalkan iya, itu tandanya ...." Ivel tak melanjutkan ucapannya, ia segera menggendong tasnya dan berlari keluar dari kelasnya. Ia yakin, Alini belum pulang sekarang, dia pasti sedang berada di ruang OSIS. Fyi, Alini pernah menjadi wakil ketua OSIS dua tahun yang lalu.
Ivel memelankan langkah kakinya saat ia hampir sampai ke ruang OSIS. Melangkahkan kakinya secara perlahan mendekati sebuah jendela yang letaknya berseberangan dari pintu keluar. Tujuannya, agar tidak ada orang yang mengetahui keberadaannya.
"Aliniiii, selamat yah!!" Seorang gadis berseragam olahraga memasuki ruang OSIS dan langsung memeluk Alini.
"Aaaa thanks yah, ini juga berkat dukungan dari kalian semua," balas Alini disertai dengan senyumannya.
"Terus hubungan lo sama mantan gimana?"
Mendengar pertanyaan itu, Ivel memasang pendengarannya dengan sangat tajam.
"Ah itu mah udah jadi kenangan kali. Nggak pa-pa, anaknya, kan udah nikah."
"Ohhh, iya deh. Kita keluar dulu yah, mau pulang hehe."
"Oke, bye!"
"Bye!" Gadis itu kemudian keluar dari ruang OSIS dan pergi begitu saja.
Ivel mengintip ke dalam lagi, ternyata di dalam hanya tersisa 3 orang saja. Namun, tak lama dari itu, Kenzi memasuki ruangan membuat Ivel membelalakkan matanya.
"Ih, ngapain, sih Kenzi nyamperin Alini?!" Ivel berdecak kesal, pasalnya, Ivel menyukai laki-laki itu sejak setahun lalu. Dan hingga kini, ia malah dikalahkan oleh Sherly yang jauh lebih bisa dekat dengan Kenzi dan Ifan.
"Al," panggil Kenzi membuat Alini menoleh.
"Eh lo, Ken? Ada apa?" tanya Alini keheranan, apalagi saat melihat Kenzi hanya sendirian tanpa Ifan yang biasanya selalu mengekori nya.
"Lo tau nggak Andrian ke mana?"
"Loh? Ngapain lo tanya ke gue?" Alini kebingungan.
Kenzi menggaruk tengkuknya. "Anu, gue bingung mau tanya ke siapa. Dia tiba-tiba aja nggak masuk kelas hari ini, padahal biasanya dia rajin banget."
KAMU SEDANG MEMBACA
My Little Princess
Teen FictionDistya Widutami, siswi baru di SMA 7 Harapan yang harus kehilangan mahkotanya karena direbut paksa oleh Afiga. Dia marah, sedih, takut, semua perasaannya campur aduk. Dan satu lagi, orang yang bertanggungjawab atas kehamilannya bukan pelaku sesungg...