"Dista ...."
"Taaaa... lo dimana?"
"Sssshhh sakit banget ...." Afiga memegang perutnya yang langsung terasa diikat oleh tali ketika ia hendak bangun. "Aaaakkhh sakit anjing!" Kini tangannya beralih memegang kepalanya yang terasa ingin pecah. Ia memukul-mukul kepalanya itu berkali-kali.
"Kalian kemana, sih?!" Afiga melihat ke seisi ruangannya yang sangat sepi. Tidak ada satupun orang kecuali dirinya. Tes Air matanya berhasil keluar dari matanya. Ia mengusapnya dengan kasar, matanya melirik ke arah punggung tangan kanannya yang masih terinfus. Tanpa rasa takut sedikitpun, Afiga menarik infus tersebut.
"Akhhhhh!!!"
Afiga berteriak merasakan darah segar yang mengalir dari punggung tangannya. Ia memejamkan matanya menahan rasa sakit yang menjalar di seluruh tubuhnya. Rasanya ia akan mati saat itu juga.
"Hiks ...."
Tanpa ia sadari, ia terisak. Dalam posisi terlentang seperti sekarang, tangannya aktif dalam memukul kepalanya berkali-kali. Menambah rasa sakit yang sepantasnya ia rasakan.
"Gue nyesel ..." lirihnya. Dan tentu saja hanya suara tangisannya yang mengisi ruangan tersebut. Tanpa adanya satupun orang yang mau menemaninya. Biarkan saja, ini memang karmanya. Dan ia harap, karmanya ini cepat selesai. Walaupun misalkan hidupnya juga harus selesai.
Di luar ruangan, Sherly, Bi Santi, Kenzi, dan Ifan masih terlelap dalam tidurnya. Mereka tidur dengan posisi duduk di kursi dan menyenderkan kepalanya ke tembok. Sherly dan Bi Santi, sedangkan Kenzi tanpa sadar memeluk Ifan. Beberapa orang yang kebetulan lewat bergidik ngeri melihat keduanya.
"Ihhh, gay kali yah?" tebak salah satu orang yang sedang lewat. Ia langsung berlari.
"Enghhh ... hoaamm." Sherly menguap lebar. Ia membuka matanya secara perlahan. Ia terpekik keras ketika melihat keberadaanya saat ini. Bukan berada di dalam kamarnya, tapi ... dimana ini? Apa ia sedang diculik?
Sherly menoleh ke sebelah kanan, ia kembali dikejutkan dengan keberadaan seorang wanita paruh baya yang sedang enak-enakan tidur. Sherly mengenali wanita itu. Bi Santi?
"Loh, kok? Ini bukannya pembantunya Andrian yah? Aduh gue kenapa, sih?" Sherly masih belum sadar keberadaannya. Sampai-sampai ....
Bruukk
Sherly melotot mendengar suara itu, tubuhnya menegang. "S-siapa?" tanyanya sembari berusaha untuk menolehkan kepalanya ke arah kiri. Satu ... dua ... tig---
"Loh? Ini di rumah sakit?" Akhirnya ... Sherly berhasil mengingat keberadaannya. Tapi otaknya masih ngebug beberapa saat, hingga ....
"AFIGA!!" Sherly berlari dan masuk ke ruang UGD. Dan karena teriakan Sherly, ketiga orang itu juga ikutan terbangun dan panik sendiri.
"Ga ... kok bisa? Sini gue bantu." Sherly berusaha untuk membantu Afiga berdiri. Laki-laki itu berada di atas lantai yang sangat dingin. Tatapannya kosong membuat Sherly sedikit takut.
"LEPAS!" bentak Afiga membuat Sherly terkejut. Tubuhnya juga terdorong ke belakang karena Afiga.
"Ga ...."
"SHERLY!!" Kenzi dan Ifan memasuki ruangan dan terbelalak melihat keduanya duduk di atas lantai.
Ifan dengan tololnya malah bertanya, "kalian ngapain santai-santai di atas lantai? Sini duduk." Ifan menepuk-nepuk kursi tanpa ada niatan membantu Afiga.
"Tolol!" Ifan meringis ketika kepalanya ditoyor oleh Kenzi. "Bantuin, bego!"
Kenzi berlari dan membantu Afiga untuk bangun. Tapi lagi-lagi Afiga mendorong tubuhnya itu dan berakhir mengusirnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Little Princess
Teen FictionDistya Widutami, siswi baru di SMA 7 Harapan yang harus kehilangan mahkotanya karena direbut paksa oleh Afiga. Dia marah, sedih, takut, semua perasaannya campur aduk. Dan satu lagi, orang yang bertanggungjawab atas kehamilannya bukan pelaku sesungg...