"Lain kali jangan keluar sendirian."
Dista hanya mengangguk berkali-kali. Ia masih terus menunduk memandangi lantai. Sedangkan Andrian dengan santai memainkan game nya.
"Andrian, aku boleh tanya?" Dengan hati-hati Dista mendekat ke arah Andrian yang sibuk main game.
Andrian hanya bergumam sebagai jawaban."Sebelumnya, apa ka-kamu punya pacar?" tanya Dista. Setelah itu, ia menggigit bibirnya sendiri. Takut-takut pertanyaannya salah di telinga Andrian.
Andrian yang mendengar pertanyaannya langsung menghentikan kegiatannya. Laki-laki itu menatap Dista membuat Dista salah tingkah.
"Kalau gue jawab 'iya', lo mau apa?" Andrian balik bertanya dengan nada dingin.
"A-aku nggak tau." Dista menggeleng karena memang dia sendiri tak tahu harus apa. Lagipula, ia hanya ingin bertanya dan ingin tahu saja.
Andrian mendengus, ia mengalihkan tatapannya pada tirai jendela yang bergerak mengikuti arah angin.
"Gue punya pacar, namanya Alini. Tapi kita udah putus."
Dista menatap wajah Andrian dari samping. "kenapa, Andrian?"
Andrian menatap Dista sekilas. "Karena lo."
Deg. Jantung Dista berdetak lebih cepat dari biasanya. Dia sangat takut dan merasa bersalah sekarang.
"Maaf," lirih Dista.
"Nggak usah minta maaf, semuanya udah terjadi dan nggak bisa diubah."
Dista memperhatikan Andrian yang malah berdiri dan menjauh darinya.
"Mau kemana?" Entah keberanian darimana Dista bertanya. Padahal bukan urusannya, kan?
Andrian membalikkan tubuhnya untuk melihat Dista yang juga menatapnya.
"Mau makan. Lo udah makan?"
Dista menggeleng membuat Andrian berdecak.
"Ayo makan, kasian bayinya."
Entah salah atau benar. Tapi Dista sangat senang ketika Andrian lebih perhatian kepadanya. Walaupun ia sadar dan tahu kalau itu hanya bentuk dari janjinya kepada Hendra. Tapi sekali lagi, Dista sangat senang.
Setelah Dista mengangguk setuju, keduanya langsung menuju ke meja makan untuk melaksanakan makan malam bersama dengan keluarga mereka. Di meja makan ternyata sudah ada Sara, Hendra, dan Afiga yang dapat Dista rasakan bahwa laki-laki itu terus menatap dirinya.
"Kamu tadi memecahkan gelas, Dista?"
Baru saja Dista ingin duduk, Sara sudah mengajukan pertanyaan itu. Membuat Dista tak jadi untuk mendudukkan tubuhnya.
"I-iya, Mom. Dista minta maaf sama Mommy," ujar Dista.
Sara tampak emosi, tapi ia melirik Hendra yang ternyata sedang memelototinya. Jadi, terpaksa Sara harus mengangguk saja.
"Duduk!" titah Andrian. Dista langsung duduk.
Saat Dista ingin mengambil nasi, ia benar-benar melihat Afiga yang sedang menatap dirinya. Dia langsung melihat ke arah Andrian. Tapi rupanya laki-laki itu sedang sibuk dengan kegiatannya sendiri. Oleh karena itu, Dista mencoba untuk tak menghiraukan tatapan Afiga.
"Oh iya, besok kamu libur, kan Andrian?" tanya Hendra.
"Iya, Pi. Kenapa?"
"Nahhh, Papi mau kamu ajak istri kamu jalan-jalan."
Dista terkejut, begitupula dengan Andrian.
"Tapi, Pi, Dista mau---"
"No no! Tidak ada penolakan, Dista. Kamu harus jalan-jalan sama Andrian, biar bayinya ikut refreshing."
KAMU SEDANG MEMBACA
My Little Princess
Teen FictionDistya Widutami, siswi baru di SMA 7 Harapan yang harus kehilangan mahkotanya karena direbut paksa oleh Afiga. Dia marah, sedih, takut, semua perasaannya campur aduk. Dan satu lagi, orang yang bertanggungjawab atas kehamilannya bukan pelaku sesungg...