44

1.3K 126 22
                                    

Dista tak tau lagi harus pergi kemana. Dia sudah sampai di jalan raya yang sangat ramai. Ketika melihat jam di ponselnya, ternyata sudah menunjukkan pukul 8 malam. Ia benar-benar kebingungan harus kemana sekarang. Dengan mata sembab dan kepala pusing karena kebanyakan menangis, Dista duduk di tepi jalan raya. Dilihatnya, banyak orang-orang ngamen di sana. Ada juga yang berpacaran di pinggir jalan malam-malam begini. Dapat Dista tebak, pasti mereka adalah para jamet.

Dista menundukkan kepalanya dalam-dalam, menahan rasa pusing di kepalanya. Dista memekik menahan rasa sakit. Bagaimana ini? Apa tidak ada orang yang bisa membantunya? Dista kembali menangis dalam diam. Takut-takut ada orang yang melihat dan malah mengiranya gila.

"Dista."

Dista berhenti menangis, ia mengenali suara itu. Suara dari orang yang sangat ingin ia temui sejak tadi. Dista mendongak dan mendapati Afiga yang sudah berdiri di depannya. Melihat Dista juga melihatnya, Afiga berjongkok di depan Dista.

"Hei, lo nangis? Lo diusir sama mommy?" Tangan Afiga terulur untuk menghapus air mata Dista, tapi wanita itu menolaknya. Alhasil, Afiga mengalah.

"Gara-gara kamu!" cetus Dista tanpa mau melihat wajah Afiga.

Afiga menghela napasnya. Ia melihat koper yang berada di sebelah Dista. Afiga menariknya dan mengambil alih dari tangan Dista.

"Loh, mau diapain?" tanya Dista dan hendak merebutnya kembali, tapi Afiga menyembunyikannya di belakang tubuhnya.

"Ikut gue ke apartemen. Daripada lo nggak tau harus pergi kemana."

Dista menggeleng. "Kamu yang buat aku gini, Afiga! Aku benci sama kamu. Jadi, nggak usah sok baik sama aku. Sini balikin!" Dista kembali ingin merebut kopernya.

"Makanya gue mau tanggung jawab! Gue emang dari awal mau rebut lo dari Andrian. Tapi ... ada sesuatu yang mengubah pikiran gue dan nyesel udah ngelakuin hal kayak tadi siang."

Dista terdiam, mencoba untuk mencerna ucapan Afiga. Beberapa detik kemudian, Dista mengangguk paham.

"Tapi kamu terlambat! Nggak ada yang bisa dijelasin sekarang! Semua orang udah benci sama aku!"

"Gue ... ayo ikut gue ke apartemen-apartemen, Ta."

Dista tetap menggeleng. Ia tak tahu, kan, apa yang akan diperbuat oleh laki-laki ini nantinya?

"Nggak usah takut. Disana ada cewek gue."

Dista terkejut mendengarnya. "Kamu punya ... cewek?" tanya Dista dengan ragu-ragu.

"Hem, makanya ayo ikut gue. Bantu gue buat jelasin ke dia, soal ini semua. Gue punya salah sama dua cewek sekaligus."

Tanpa mendengar ucapan Dista lagi, Afiga menarik tangan Dista untuk segera masuk ke mobilnya. Afiga menaruh koper itu di kursi nomer dua, sedangkan Dista didorong pelan agar segera masuk ke dalam kursi sebelah kemudi. Setelah itu, Afiga berlari kecil agar segera sampai ke kursi kemudi. Afiga segera menghidupkan mesin mobil dan melajukan mobilnya menuju apartemennya.

Tidak ada obrolan di sepanjang perjalanan. Dista yang sedikit kikuk berdua saja dengan Afiga, memilih untuk mengeluarkan ponselnya dan sedikit terkejut melihat banyaknya pesan dari teman-teman Andrian.

Ifan
Dista lagi sama Afiga yah?

Kenzi
Gmana ta? murah banget jadi cewek

Ifan
Nyesel gw sma kenzi udh percaya sama lo

Jangan salahin Alini kalau dia ambil Andrian dari lo

Kenzi
Udah paling bener sama Alini aja daripada sama lo

Sherly
Dista? Lo diusir sama bokap nyokapnya Andrian? Lagi dimana sekarang? Butuh tempat istirahat ngga? Mau gue jemput?

My Little PrincessTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang