Note: author up tiap hari karena target tamat 1 bulan hehe
***
Hari ini, Alini datang ke rumah Andrian. Tentu saja tanpa sepengetahuan Hendra, karena jika pria itu mengetahuinya maka Andrian dan Sara lah yang akan kena marah olehnya.
"Al, Tante tuh kangeennn banget sama kamuuu." Sara memeluk Alini dengan erat. Alini membalas pelukan Sara.
"Alini juga kangen sama Tante," balas Alini.
Setelah mereka melepaskan pelukan mereka, Sara langsung menarik Alini untuk pergi ke dapur. Mereka berniat untuk memasak bersama. Ya, Alini itu punya sebuah toko donat yang resepnya berasal darinya alias buatan Alini sendiri. Maka dari itu, Sara meminta Alini untuk membuat donat.
"Kalau udah banyak, kita bisa bawa donat-donatnya ke kantor Tante. Tante mau bagi-bagiin donat buatan kamu untuk karyawan Tante."
Alini tersenyum. "Alini malu loh dipuji terus."
"Ih, kan donat buatan kamu emang enak, Sayanggg."
Alini tertawa diikuti oleh Sara. Dan keduanya pun bercanda bersama.
Di kamar Andrian, ia masih mencoba untuk membujuk Dista agar tidak keluar kamar. Ya, tentu sudah ia rencanakan. Andrian hanya tidak ingin Dista mengetahui kedatangan Alini dan menjadi sedih atau cemburu, maybe?
"Ta, kalau butuh apa-apa bisa telpon Ita atau Bi Rike." Andrian memberikan sebuah ponsel bermerek apel kepada Dista.
"Kan aku bisa turun dan ambil sendiri kalau misalkan butuh apa-apa, Andrian," ujar Dista menolak pemberian Andrian.
"Nggak boleh, Ta. Gue takut lo jatuh lagi kayak kemaren."
"Nggak akan, Andrian. Kamu percaya deh sama aku."
"Ta, please deh. Gue suami lo dan lo harus nurut sama gue."
Dista merengut kesal. Ia teringat akan sebuah pesan yang ia baca tadi. Dia jadi mengerti kenapa Andrian seperti sekarang ini. Oleh karena itu, akhirnya Dista menerima ponsel tersebut.
"Nah gitu. Gue mau keluar yah, cuma bantu mommy kok."
"Bantu apa?" tanya Dista.
"Ngerjain perkejaan kantor. Biasanya gue kalau libur emang suka bantuin mommy atau papi."
Dista mengangguk pura-pura percaya. "Ya udah kalau gitu."
Andrian tersenyum, ia mengelus kepala Dista sebentar. Laku berdiri. "Gue turun yah." Dista hanya mengangguk.
Setelah Andrian keluar, Dista melihat dan membolak-balikkan ponsel yang diberikan oleh Andrian. Membukanya dan ternyata sudah terisi kartu juga memori. Fyi, ponsel Dista disita oleh ibu panti alhasil ia tak mempunyai ponsel. Dan sekarang Andrian membelikannya ponsel. Dista bukannya senang, tapi ia sedih. Andrian membelikannya ponsel karena laki-laki itu tak mau dirinya mengetahui kedatangan Alini.
"Nggak pa-pa, Dista. Karena ini semua salah kamu dan Andrian berhak bahagia," gumam Dista menyemangati dirinya sendiri.
Di dapur, Alini dan Sara tersenyum antusias melihat kedatangan Andrian.
"Nih, jodoh kamu udah datang. Sini sini!" Sara menarik Andrian agar mendekat.
"Mom, Andrian harus ngapain?" tanya Andrian.
"Nih, buat adonan donat aja."
"Harusnya, kan Andrian sama Alini jalan-jalan. Bukannya buat donat kayak sekarang," cetus Andrian.
"Ini udah paling bener, Andrian. Biar kamu bisa bantuin Alini. Iya nggak, Al?" Sara menatap Alini. Alini hanya tersenyum saja.
"Alini nggak enak sama istri Andrian, Tan," ujar Alini.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Little Princess
Teen FictionDistya Widutami, siswi baru di SMA 7 Harapan yang harus kehilangan mahkotanya karena direbut paksa oleh Afiga. Dia marah, sedih, takut, semua perasaannya campur aduk. Dan satu lagi, orang yang bertanggungjawab atas kehamilannya bukan pelaku sesungg...