Antagonisnya siapa, sih?
Ini konfliknya kapan?
Sabar, bentar lagi bakalan konflik kok ♥️***
"Maaf, tapi seharusnya ibu hamil tidak boleh sampai kecapean dan banyak pikiran. Ibu Dista sepertinya kecapean dan banyak pikiran, makanya sampai pingsan seperti sekarang ini."
"Maksud Dokter gimana? Bayinya nggak apa-apa, kan, Dok?" tanya Bima yang masih belum paham dengan perkataan sang dokter.
"Alhamdulillah, untuk bayinya tidak apa-apa. Hanya saja, Ibu Dista harus istirahat yang cukup. Dan tidak bisa dibawa pulang terlebih dahulu."
Bima bernapas lega mendengarnya, ia tadi benar-benar takut terjadi apa-apa kepada adeknya itu. Bisa kena masalah ia jika Dista sampai kenapa-kenapa.
"Dista mana?!" Andrian datang dengan raut wajah khawatir, emosi, dan semuanya bercampur aduk.
"Saya permisi dulu," pamit sang dokter dan hanya diangguki Bima.
Berbeda dengan Andrian, laki-laki itu mendorong bahu Bima membuat tubuh Bima menabrak tembok.
"Lo siapa?!" tanya Andrian tidak santai.
"Santai santai, aku Abang Dista. Emang cuma Abang angkat, tapi Dista sama aku nggak ada hubungan apa-apa. Jadi, jangan salah paham," tutur Bima mencoba untuk menjelaskan.
"Terus Dista sekarang gimana?!"
"Dia nggak pa-pa, dia---"
Bima tak melanjutkan ucapannya karena Andrian sudah memasuki ruangan tempat Dista terbaring. Bima hanya menggelengkan kepalanya heran, lalu ikut masuk ke dalam.
Di dalam, Andrian sudah menggenggam tangan Dista. Menciumnya berkali-kali, berharap istrinya itu bisa cepat sadar.
"Ayo dong, Ta, bangun," lirih Andrian.
Bima melihatnya, ia merasa bahwa Andrian sangat tulus kepada Dista. Dan juga, Andrian sangat bertanggungjawab atas perbuatannya. "Em, aku keluar dulu yah? Kamu jagain istri kamu."
Andrian meliriknya sekilas. Ia lebih memfokuskan pandangannya pada wajah Dista yang tampak sangat pucat. Bima memaklumi, pasti Andrian sangat khawatir. Oleh karena itu, ia segera melangkahkan kakinya untuk keluar dari ruangan tersebut. Tapi ucapan Andrian menghentikan langkahnya.
"Thanks, sorry tadi gue emosi."
Bima membalikkan badannya. "Nggak pa-pa, dijaga terus istri kamu." Andrian hanya mengangguk sebagai jawaban. Setelahnya, Bima benar-benar meninggalkan Dista dan Andrian.
Andrian memejamkan matanya menahan rasa lelah. Sejujurnya, ia banyak pikiran hari ini. Mulai dari nilai ujiannya, mengkhawatirkan Dista, sampai salah paham pada Dista dan Bima. Untung saja ia tidak sampai menonjok laki-laki itu tadi, ia masih bisa berpikir jernih. Memang berbeda jauh dari Afiga.
"Andrian."
Andrian membuka matanya dan tersenyum lebar melihat Dista sudah sadar. "Taaa, lo ...Lo kenapa, sih, Ta?!"
Dista mulai menangis mendengar suara Andrian yang meninggi. "Ma-af, tadi Dista banyak pikiran."
"Gue nggak peduli, lo nya yang kenapa nggak jaga diri? Mana Sherly? Kenapa lo malah berdua doang sama Abang angkat lo itu?!"
Dista semakin menangis. "Andrian hiks maafin Dista. Dista ...." Dista tak bisa melanjutkan ucapannya, ia malah semakin terisak melihat tatapan tajam dari Andrian.
"Gue khawatir sama lo, Ta. Tapi kenapa lo seenaknya?!"
Dista hanya bisa menangis. Ini memang salahnya juga, sih, lagian Sherly dan Tara kemana? Kenapa mereka berdua tidak ada?
KAMU SEDANG MEMBACA
My Little Princess
Teen FictionDistya Widutami, siswi baru di SMA 7 Harapan yang harus kehilangan mahkotanya karena direbut paksa oleh Afiga. Dia marah, sedih, takut, semua perasaannya campur aduk. Dan satu lagi, orang yang bertanggungjawab atas kehamilannya bukan pelaku sesungg...