Andrian mengintip Dista yang sedang membaca novel di taman rumahnya. Sesekali wanita itu akan tertawa pelan, tersenyum baper sama tulisan, bahkan sampai menangis hanya karena karakter fiksi. 16:46. Dista sudah mandi, makanya ia gabut dan berakhir memilih untuk bersantai di taman rumah saja.
"Ekhem." Andrian berderhem guna mencuri perhatian Dista. Dan benar saja, Dista langsung tersenyum kepadanya.
"Eh, Andrian," sapa Dista.
"Lo nggak suntuk gitu ada di rumah terus?" tanya Andrian.
"Emmm, suntuk, sih. Malahan capek banget kalau diem terus di rumah gini." Dista menaruh bukunya di meja sebelahnya. Ia duduk menghadap Andrian.
Andrian mengangguk mengerti. "Mau jalan-jalan? Tapi nggak boleh lama-lama. Maghrib, kita langsung pulang."
Dista mendesah kecewa. "Cuma sebentar dong? Ini aja udah mau jam lima."
"Ada waktu dua puluh menitan buat keliling kompleks," ujar Andrian.
Dista masih berpikir, tapi daripada tidak keluar rumah, mending keluar meskipun hanya beberapa menit.
"Iya deh, kal---"
"Den Andrian, di luar ada teman-teman Aden," tutur Bi Santi memotong ucapan Dista.
"Oh oke, Bi. Makasih yah." Bi Santi hanya mengangguk sebelum akhirnya meninggalkan mereka berdua.
"Gue keluar bentar yah, Ta. Nanti balik lagi." Dista hanya mengangguk saja. Ia tersenyum salting ketika Andrian mencium keningnya sekilas.
Andrian kemudian berjalan menghampiri teman-temannya yang berada di ruang tamu.
"Ada apa nih tiba-tiba ke sini?" tanya Andrian saat melihat Kenzi, Ifan, dan Sherly duduk di sofa ruang tamu.
Ketiganya sontak berdiri dan mendekat kepada Andrian. "Andrian, kita minta maaf!" Ketiganya berkata dengan serempak. Tentu saja Andrian kebingungan.
"Apa, sih kalian? Sana jauh-jauh!" usirnya. Ia lalu menjauh dari ketiga temannya itu.
"Ih, gue mau minta maaf sama Dista, Andrian," tutur Sherly.
"Nggak gue maafin!" cetus Andrian membuat Sherly melotot.
"Kan gue minta maafnya ke Dista. Bukan ke lo!" protesnya.
"Tapi gue suaminya."
"Si paling suami," sindir Ifan.
"Janji nggak suami?" sahut Kenzi. Andrian melotot kepada dua curut itu.
"Becandaa. Kita ke sini mau ketemu sama Dista," ucap Kenzi.
"Buat apa?" Andrian mengangkat sebelah alisnya.
"Mau minta maaf," jawab Ifan.
"Gue sama Ifan mau menerima Dista."
"Maksud lo?"
"Kan, awalnya kita nggak suka sama Dista. Nah, sekarang gue sama Ifan udah suka sama dia."
"Maksud lo suka sama Dista?!" Andrian malah ngegas.
"Heh! Nggak bukan gitu maksud kita!"
"Jangan jealos dong, A'A Andrian." goda Ifan membuat Sherly bergidik.
"Geli gue dengernya," ujar Sherly.
"Intinya yah, An, gue sama Kenzi udah mau menerima Dista sebagai istri lo." Ifan menjelaskan.
"Oh." Andrian tak acuh, ia berjalan duduk di sofa.
"Kok cuman 'oh'?" Ifan dan Kenzi mengekori Andrian dan berakhir duduk di sebelah Andrian.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Little Princess
Teen FictionDistya Widutami, siswi baru di SMA 7 Harapan yang harus kehilangan mahkotanya karena direbut paksa oleh Afiga. Dia marah, sedih, takut, semua perasaannya campur aduk. Dan satu lagi, orang yang bertanggungjawab atas kehamilannya bukan pelaku sesungg...