PUPUH CINTA UNTUK IBU 01.

187 16 7
                                    

🧚🧚🧚

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

🧚🧚🧚

Tahun 1994 di sebuah bukit di kampung Menyan yang terisolasi, tampak perayaan panen di sebuah rumah yang besar dan bagus. Seorang wanita sedang bersenandung Pupuh Asmaradana dengan merdu dan shahdu.

KADUHUNG / Pupuh Asmaradana

Panon poe beki tarik =8-i
Nyeredet Kana mastaka =8-a
Neang Dunya saban poe =8-e
Da moal Aya tungtungna =8-a
Komo lamun teu berkah =7-a
Bisi cilaka panungtung =8-u
Karunya ka indung bapa =8-a

Para jalmi kulawargi
Ulah poho menta du'a
Patunjuk keur sararea
Sanajan geus loba harta
Muntang kanu kawasa
Anu boga luhur elmu
Lewih beunghar ti manusa

Sing emut jadi diri
Ayana hidep di Dunya
Iwal indung nu migawe
Di kandung salapan bulan
Dibela jiwa raga
Pinuh ku harapan alus
Ka bagjaan sararea

Ulah loba nganyenyeri
Bisi kaduhung tungtungna
Dosa mah teu karasa tea
Teu kawas cengek di dahar
Tuluy karasa lada
Hampura ka bapa Ambu
Lamun teu daek durhaka

BY. TAZKIA & LAYLA

ARTINYA;

Matahari bertambah panas
Panasnya sampai kepala
Mencari uang setiap hari
Takkan ada habisnya
Apalagi kalau tidak berkah
Takut celaka di hari kemudian
Kasihan ke ibu bapak

Hai saudara semuanya
Jangan lupa minta do'a
Petunjuk untuk semuanya
Walaupun sudah banyak harta
Berpeganglah pada Tuhan
Yang mempunyai ilmu tinggi
Lebih kaya dari manusia

Agar ingat pada diri sendiri
Adanya kita di dunia
Hanya wanita yang bisa
Mengandung sembilan bulan
Dibela jiwa dan raga
Penuh dengan harapan baik
Untuk kesejahteraan semuanya

Jangan suka menyakiti
Nanti menyesal kemudian
Dosa tidak langsung terasa
Tidak seperti makan cabai
Terus kerasa pedas
Mohon ampun ke bapak dan ibu
Kalau tidak mau durhaka

Itulah sebuah syair lagu suku Sunda yang penuh birama, baris, dan suku kata. Yang dinyanyikan seorang perempuan cantik yang membuat para hadirin terdiam, mereka merasa tersinggung. Hal itu juga yang membuat Abah geram dan kesal. Setelah pentas wanita tersebut di giring masuk kedalam rumah oleh dua orang centeng Abah berpakaian hitam-hitam.

"Goblok sia, apa maksud kamu bernyanyi demikian? Apakah kau lupa, bahwa aku adalah Kuwu pemangku adat di kampung ini. Dan kau ingin membuat malu mertuamu ini, hah!" Bentak Abah sambil menunjuk-nunjuk dengan tongkat hitam berkepala ular.

"Aku tak bermaksud demikian Abah, aku hanya sepontan bernyanyi dengan apa yang ada di hatiku."

"Appa... " teriak Abah geram." Urus istrimu dan jangan biarkan ia keluar kamar! Aku tak mau ia mengganggu tamu-tamu ku."

Pupuh Cinta Untuk IbuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang