Tiga

8.5K 284 1
                                    

Norah bergegas menuju ke sebuah restoran tempat dia janjian dengan Warren.

"Saya ingin bertemu teman saya." Katanya dan menyebut nama Warren saat seorang pelayan restoran menghampirinya.

Pelayan membawanya menuju sebuah ruangan yang di pesan Warren. Pelayan mempersilahkan Norah untuk duduk dan bertanya padanya, apakah dia mau langsung memesan makanan atau menunggu sampai temannya datang.

"Nanti saja, Terima kasih."

Norah menunggu selama beberapa saat, awalnya ia merasa santai,  tetapi  seteah setengah jam berlalu ia menjadi cemas dan kesal, Warren belum menampakan wajahnya disana.

Norah mencoba menghubunginya, namun pria itu mengabaikan panggilan telepon dari Norah.
Dia melemparkan pandangannya ke arah pintu, namun tidak ada tanda-tanda pria itu datang.

"Brengsek! Dia membuang-buang waktu ku." Ungkapnya kesal. Norah benar-benar kesal di buatnya. Setelah menunggu hampir satu jam, dia keluar dari ruangan itu.

Betapa kagetnya Norah saat ia melihat Warren duduk di sebuah meja di restoran itu. Ia melipat tangan di depan dada sambil melihat keluar melalui jendela kaca. Terlihat pria itu juga memperhatikan jam di tangannya.

Melihat keberadaan Warren disana seperti minyak yang kembali menyirami kobaran api di dadanya.

"What are you doing here?" ia menggebrak meja, lalu melihat sekelilingnya. "Aku menunggu selama satu jam dan kau malah duduk santai disini. Kau membuang-buang waktuku." Ucapnya tertahan.

Seandainya restoran itu kosong, mungkin saja dia sudah mengamuk dan menghajar pria itu.
Warren tertawa tanpa rasa bersalah, tatapannya juga seakan marah pada Norah.

"Kamu pikir hanya kamu yang sibuk? Kamu pikir hanya kamu yang membuang-buang waktu? Aku sudah menunggu selama satu jam disini."

Dia tertawa kesal. "Aku yang menunggumu selama satu jam disana."

"Dimana?"

"Di ruangan yang kau reservasi."

"Aku? Aku tidak reservasi tempat."

Norah terdiam, dia ingat betul saat ia tiba dan menyebut nama Warren, pelayan langsung mengantarnya. Ia berpikir bahwa Warren melakukan reservasi.

"Jadi kau tidak reservasi tempat?"

"Untuk apa? Hanya untuk makan malam dengan mu?" sindirnya.

"Sudahlah, aku tidak punya waktu untuk berdebat denganmu. Sebaiknya, sekarang kau telepon Kakek dan katakan padanya kalau kita sedang makan malam."

"Hanya itu saja?"

"Ada yang lain?"

"Baiklah. Aku akan menelpon Kakek mu setelah kita makan. Sebaiknya kau duduk dan pesan makanan, aku sangat lapar karena menunggumu."

"Jangan memulai lagi." Ia menarik bangku dan duduk di depan Warren.

Keduanya menikmati makan malam mereka dengan bumbu perdebatan.

"Bisakah kita membicarakan hal yang lain? Nafsu makan ku hilang jika kau membicarakan perjodohan lagi. Kau tidak perlu khawatir, aku akan menelpon Kakek mu dan memintanya untuk membatalkan perjodohan."

Seulas senyuman muncul di sudut bibir Norah.

"Sepertinya, kau sangat bahagia jika perjodohan ini di batalkan."

"Tentu saja. Aku tidak ingin menikah dengan pria yang  ... " Norah terdiam sebentar sambil memperhatikan wajah Warren. "Kau bukan type ku."

Warren tertawa kecut mendengar ucapan Norah.

The Name Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang