Empat Puluh Delapan

2K 62 0
                                    

"Terima kasih sudah menyelamatkanku." Kata Norah pelan.

"Ini hanya untuk sementara." Sahut Allessa ketus. Dia akan tetap membunuh Norah.

"Jadi, dimana Kakekmu menyimpan uang dan emasnya?" Tanya Warren.

"Kakek tidak menyimpan uang yang mereka cari, karena Kakek sudah menggunakan semua uang tersebut untuk bisnisnya. Tetapi, Kakek menyimpan emas-emasnya."

"Dimana?" Tanya Allesa tak sabar.

"Rumah Warren." Jawabnya.

Mereka semua terkejut mendengar jawaban Norah. Allessa menanyai Norah tentang semua bisnis yang di jalankan oleh Kakeknya. Bisnis yang di jalankan oleh Kakeknya di bawah kendali Norah semua, bahkan tanpa melakukan apapun ia akan tetap hidup dan bergelimangan harta. Kekayaan yang mereka miliki tak akan habis.

"Lalu, dimana kalian menyimpan emas-emasnya?"

"Aku akan memberitahu kalian." Katanya sambil menatap Allessa dan Warren bergantian.

Mereka pergi dari pulau itu menuju tempat yang tak asing untuk mereka semua. Rumah Warren.

"Rahasia apa yang belum terungkap?" Tanya Warren.

Norah tidak menjawabnya. Ia melangkah menuju garasi mobil Warren dan membuka sebuah lubang yang sebelumnya sudah di telusuri oleh Warren dan Piere.

Asap mengepul, membuat mereka semua langsung menutup hidung menggunakan kain.

Allessa menutup hidungnya ketika mereka sudah berada di bawah terowongan. Terowongan itu cukup panjang, Norah melihat sekelilingnya sebelum dia meletakan tangannya di sebuah dinding sehingga sebuah lubang besar terbuka.

Semua yang ada disana terkejut. Masih ada sesuatu di bawah tempat mereka berdiri dan Norah adalah akses menuju tempat penyimpan Emas.

"Hati-hati." Kata Norah saat Warren menuruni anak tangga.

Apa yang mereka lihat di bawah sana membuat mereka semua terdiam. Ada begitu banyak emas disana.

"Aku mengerti, kenapa mereka semua menginginkan kakek tua itu." Gumam Piere.

"Kalian bisa mendapatkan semuanya." Kata Norah. Dia menatap Warren. Dia juga memberikan akses untuk masuk ke tempat itu.

Allessa tertawa puas. "Aku menyukainya!" Kata Allessa. Siapa yang tidak senang mendapatkan emas yang begitu banyak?

Allessa mengeluarkan pistol dan mengarahkanya pada Norah.

"Waktumu sudah habis." Katanya.

Warren langsung menoleh melihat Allessa yang hendak menembak Norah.

"Aku tidak peduli jika Warren mencintaimu, aku juga tidak peduli jika kau juga mencintai Warren. Aku akan melakukan apa yang ingin aku lakukan, seperti yang kau katakan aku tidak pernah bimbang dalam mengambil sebuah keputusan. Aku akan membantumu untuk berkumpul dengan keluargamu."

"Aku tau, kau bisa membunuhku sekarang." Kata Norah.

Allessa tersenyum puas dengan jawaban Norah, sementara Warren hanya menatap Norah yang menunjukan senyuman kecil di wajahnya.

"Apa yang sedang terjadi?" Teriak Piere.

Terjadi guncangan yang begitu hebat, tak hanya sekali namun hampir beberapa kali. Tumpukan emas yang ada disana bergetar dan beberapa jatuh ke lantai.

Norah menatap Warren. "Sepertinya mereka membuat ledakan di atas bangunan ini." Kata Norah. Mereka yang sedang mencari jalan menuju tempat penyimpanan emas, karena mereka tidak menemukan jalan melalui perkebunan anggur.

Norah tidak terlalu panik seperti Allessa yang takut jika bangunan itu roboh. Ia ingat apa yang di katakan oleh Kakeknya. Guncangan apapun tidak akan membuat tempat penyimpanan emas itu rubuh.

"Mereka tidak akan menemukan tempat ini, sekalipun mereka menghancurkan bangunan di atas tempat ini." Jelas Norah, membuat mereka semua cukup tenang.

"Ada jalan lain untuk keluar darisini?" Tanya Warren.

"Ada." Dia menunjuk ke arah sebuah pintu kecil. Mereka harus merangkak jika melewati jalanan itu.

"Allessa!" Teriak Warren, ketika Allessa kembali menembak lengan Norah.

Norah merintih kesakitan sambil memegangi lengannya yang terkena luka tembakan.

"Ayo Piere!" Allessa mengajak Piere untuk segera pergi darisana, sementara Warren berlari menghampiri Norah. "Apa yang aku lakukan padamu, sepertinya tak cukup untuk membalas semua hal buruk yang kalian lakukan selama ini. Aku marah dan kesal karena tidak bisa membunuhmu saat ini, tetapi aku akan melakukannya jika kau membuat Kakak ku kembali terluka." Teriak Allessa.

"Allessa tunggu!" Seru Warren.

"Tenang saja Warren, aku akan tetap hidup dan menepati janjiku. Aku akan pergi ke Asutralia." Dia membuka pintu kecil itu lalu merangkak masuk untuk keluar dari tempat tersebut.

Sepeninggalan Allessa dan Piere, Warren berusaha untuk menghentikan pendaharahan akibat luka tembakan di lengan Norah. Norah tidak mengatakan apapun, dia hanya terdiam menahan sakit sambil memperhatikan Warren yang mencoba mengobatinya. Kecemasan terlihat sangat jelas di wajahnya.

"Warren" panggil Norah pelan.

Warren tidak menjawabnya.

"Tidak perlu mengibatiku, jika pada akhirnya kau akan membunuhku," ucapnya lirih. "Tidak apa-apa, jika kau ingin membunuhku, itu lebih baik daripada orang lain yang mengakhiri hidupku."

"Aku tidak mau membunuhmu disini, karena aku akan kesulitan menarikmu keluar dari tempat ini!" Kata Warren. "Aku sudah mengobati lukamu, sekarang kita keluar darisini dan tunjukan jalannya padaku."

Norah mengangguk lemah, ia melangkah perlahan sambil menahan sakitnya. Ia mulai merangkak melewati lorong kecil itu.

Ia berhenti sebentar dan suara rintihannya terdengar. Tangannya terasa sangat sakit karena ia menggunakannya untuk merangkak melewati lorong kecil itu.

"Kau baik-baik saja?" Tanya Warren.

"Yah." Sahutnya dan kembali bergerak untuk keluar darisana.

"Berhentilah jika kau merasa kesakitan." Kata Warren.

"Tidak apa-apa, aku bisa melakukannya." Ia memaksakan diri, membuat luka di lengan dan perutnya kembali mengeluarkan darah.

Warren memaksa Norah untuk berhenti, dan terjadi sedikit perdebatan di antara keduanya.

"Jangan mempedulikan aku, keadaanku yang seperti ini akan memudahkanmu untuk membunuhku." Kata Norah.

"Jika terjadi hal buruk padamu sekarang, aku tidak punya kesempatan untuk membunuhmu."

"Aku akan berusaha agar tetap bernapas sampai kita keluar dari tempat ini." Cetus Norah. Norah menarik napas lega ketika mereka sudah keluar dari tempat itu. Ia memberitahu Warren jika itu adalah jalan ajaib yang di buat oleh Kakeknya, jika ada sesuatu yang buruk terjadi.

Mendengar cerita Norah tentang lorong sempit yang ia katakan jalan ajaib, Warren pun menimpali jika semua hal yang di lakukan oleh Kakeknya Norah sungguh ajaib.

"Sekarang kita sudah berada di luar, aku sudah menuntunmu keluar dari bangunan itu, aku juga sudah menepati janjiku, agar aku tetap bernapas agar kau bisa membunuhku." Kata Norah.

Warren mendekati Norah dan memeluknya dengan erat, membuat tangis Norah pecah.

"Jangan membuatku kembali terluka Norah. Aku tau, aku begitu bodoh karena mencintai seseorang yang selama ini sudah menghancurkan kehidupanku dan adikku, tetapi aku tau apa dan siapa yang membuatmu seperti ini."

"Aku tau, kata maaf tak akan cukup untuk membayar semua yang sudah aku lakukan selama ini. Aku minta maaf, aku sungguh-sungguh minta maaf karena membuat kamu dan Allessa terluka." Ucap Norah di iringi suara tangisnya.

Warren tetap memeluknya dengan erat, sambil memberitahu Norah jika ia sangat mencintai Norah dan ingin menjalani kehidupan normal bersama Norah dan bersama anak-anak mereka kelak.

Tidak ada sahutan dari Norah, suara tangisnya pun sudah tak terdengar lagi, karena perempuan itu kembali tak sadarkan diri.

The Name Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang