Ketika Norah membuka matanya, ia sudah berada di dalam sebuah kamar dengan dengan dinding kayu. Cahaya matahari masuk melalui celah-celah dinding tersebut. Norah mengerang pelan dan berusaha untuk bangun dari baringannya. Ia memperhatikan sekelilingnya, lalu memperhatikan pakaian yang ia kenakan saat itu. Ia sudah berganti pakaian dan luka di lengannya juga sudah di obati.
Norah bergerak keluar kamar dan mendengar suara pahatan kayu di samping rumah tersebut. Dia keluar dan di sambut dengan pemandangan perkebunan di depannya, ada beberapa pohon besar tumbuh disana. Norah melangkah ke halaman samping dan melihat Warren sedang membelah kayu dengan kapak. Pria itu bertelanjang dada, ia memamerkan otot-ototnya yang kekar saat ia mengangkat kapak dan membelah kayu-kayu tersebut.
Teriknya matahari saat itu, membuat pria itu berkeringat, ia terlihat begitu sexy saat ia menyeka keringat di wajahnya.
Norah memperhatikan Warren, ini adalah pemandangan yang sangat ia sukai. Jika Warren sering melakukan pekerjaan tersebut, maka Norah akan meletakan sebuah bangku disana dan akan menjadikan halaman samping rumah sebagai spot terbaiknya. Pikiran liar terlintas di kepala Norah, ia tidak bisa menahannya dan membiarkan pikiran liar tersebut menjadi semakin liar.
"Bagaimana ini?" Keluhnya. Ia tersenyum kecil membayangkan hal aneh saat Warren mengganti baju Norah. "Astaga Norah! Hentikan ... hentikan pikiran liarmu! Kau sungguh mengerikan." Dia mengomeli dirinya sendiri.
Warren mengumpulkan kayu-kayu yang sudah dia potong dan hendak membawanya masuk rumah. Ia terkejut melihat Norah yang sedang berdiri menatap Warren sambil senyum-senyum sendirian.
"Apa yang sedang dia pikirkan sekarang?" Gumam Warren. Ia meletakan kembali kayu yang sudah dia pegang lalu menghampiri Norah. "Kau sudah bangun?" Tanya Warren.
"Sudah bangun?" Ia balik bertanya.
"Apakah pertanyaanku salah? Haruskah aku bertanya, kau sudah siuman?"
"Berapa lama aku pingsan?" Tanya Norah. Karena hal terakhir yang dia ingat adalah saat mereka sudah keluar dari bangunan penyimpanan emas.
"Aku tidak menghitungnya," Jawab Warren. "Sepertinya, kau mendapati mimpi yang indah selama kau pingsan sehingga kau terlihat sangat bahagia saat kau bangun."
"Ini rumah siapa?"
"Rumahku."
"Rumahmu? Kau memiliki banyak rumah. Perkebunan ini juga milikmu?"
"Ya. Semuanya milikku."
Norah terdiam cukup lama.
"Ada lagi yang ingin kau tanyakan?"
Norah menelan ludah, lalu berdehem pelan sebelum ia bertanya pada Warren.
"Siapa yang menganti pakaianku?" Ia bertanya malu-malu.
"Aku." Jawab Warren santai.
"Kau?"
Warren menganggukan kepalanya. "Kenapa?" Tanya Warren. "Tunggu dulu! Kenapa wajahmu merah seperti itu? Kau malu aku mengganti pakaianmu? Bukankah aku sudah ... "
Norah mengangkat sebelah tangannya dan menutup mulut Warren.
"Bukannya terasa aneh, setelah semua yang terjadi selama ini?" Tanya Norah.
Warren tersenyum lalu memeluknya. "Tidak ada yang berubah. Kau masih milikku, dan aku masih mencintaimu."
Norah tersenyum bahagia, ia membalas pelukan Warren dengan erat lalu menempelkan pipinya di dada Warren. Ia menyukai aroma tubuh Warren yang berkeringat, ia menikmati semuanya dan tak peduli dengan keringat yang menempel di wajahnya.
"Aku mencintaimu Warren."
"Aku juga sangat mencintaimu Norah." Ia mengecup kepala Norah dengan lembut. Ia melatakan bibirnya cukup lama di kepala Norah. "Kita harus menghentikannya sekarang, karena aku harus menyiapkan kayu bakar untuk nanti malam."
Norah melepaskan pelukannya dengan malu-malu.
"Aku suka melihat wajahmu seperti ini." Warren menundukan kepalanya dan mencium Norah tanpa aba-aba.
Norah tersenyum bahagia, dan terus menatap Warren yang pergi mengambil kayu bakar.
***
Malam hari tiba dan Warren kembali mengecek luka tembakan di perut dan lengan Norah. Ia harus mengganti perbannya.
"Apa aku harus membuka bajuku?" Tanya Norah.
"Bagaimana aku bisa melihat lukanya jika kau tidak mengangkat bajumu? Aku tidak menyuruhmu membuka bajumu, tetapi mengangakat bajumu."
Norah menundukan kepalanya, ia malu dengan pertanyaannya sendiri.
"Apa yang kau inginkan Norah?" Tanya Warren. Lalu ia tersenyum menggoda. "Sudah lama kita tidak melakukanya." Warren mendekati wajahnya dengan wajah Norah lalu mencium bibirnya sebentar dan melepaskannya lagi.
Norah mendesah pelan.
"Norah?" Panggil Warren.
"Berhenti menggodaku Warren dan obati saja lukaku." Ia mendumel kesal.
Warren tertawa, ia meletakan sebelah tangannya di pinggang Norah, menarik tubuh Norah agar merapat dengan tubuhnya.
"Aku akan melakukan apa yang kau inginkan." Kata Warren. Ia mulai menciumi bibir Norah, membuat Norah terhanyut dalam setiap pergerakan Warren. Perlahan-lahan bibir Warren mulai menelusuri leher jenjang milik Norah dan satu tangannya bergerak bebas di tubuh Norah.
Terdengar suara Norah yang mendesah, suara desahan Norah membuat Warren semakin liar dan Norah semakin menikmatinya. Warren kembali menyapu bibir indah Norah.
Norah tidak bisa menahan diri lagi, ia mulai menggerakan tangannya, ia merangkul tubuh Warren yang sexy sambil terus mendesah. Ia membalas setiap ciuman yang di berikan oleh Warren.
"Norah ... " panggil Warren dengan napas terengah-engah.
Norah tidak menjawabnya, karena yang keluar dari mulutnya hanya sebuah desahan sambil memejamkan matanya.
"Kau ingin memiliki berapa orang anak?" Tanya Warren.
Norah tidak menjawabnya, ia menyapu bibir Warren dengan bibirnya, lalu memberitahu Warren kalau dia menginginkan 2 orang anak.
"Jadi, kau hanya menginginkan 2 orang anak?" Ukang Warren.
"Apakah akan jadi masalah bagimu jika aku tidak ingib memiliki anak?" Tanya Norah.
"Kenapa?"
"Kau akan mengabaikanku jika kita sudah memiliki anak."
"Aku tidak akan melakukanya." Warren menunduk dan melumati bibir Norah.
Norah mengeratkan pelukannya dan berkata betapa ia sangat mencintai Warren dan betapa bersyukurnya dia memiliki pria itu.
"Aku sangat mencintaimu Warren."
Warren tersenyum nakal dan memperhatikan wajah Norah yang sedang menikmati permainannya.
Setelah semua kejadian mengerikan selama ini, kini mereka akan mengawali hari yang baru dengan kehidupan normal seperti yang lainnya. Mereka akan menjalani kehidupan penuh cinta dan tanpa dendam. Mereka tidak ingin, jika nanti anak-anak mereka merasakan apa yang mereka rasakan selama ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Name
RomanceNorah Alexandra, model terkenal dengan bayaran paling mahal di Italia. Dia bisa mendapatkan dan melakukan apapun yang dia mau. Namun, ada satu hal yang sangat sulit dia lakukan, menghindari perjodohannya dengan seorang Fotografer bernama Warren. Wa...