Dua Puluh Satu

2.3K 86 2
                                    

Warren tersenyum simpul, dan memegang wajah Norah dengan kedua tangannya.

"Aku mencintaimu."

Norah balas tersenyum. "Aku sangat mencintaimu." Bisiknya. Lelah selama syuting menghilang begitu saja, rasa cemas yang melandanya pun berubah jadi sebuah kelegaan saat Warren ada di depannya.

Warren memeluknya. "Tetapi aku belum bisa melupakan pria itu. Apakah aku harus memberikan pelajaran padanya? Aku ingin memastikan agar dia tidak mendekatimu lagi."

Norah melepaskan pelukannya. "Kau membahasnya lagi? Percayalah! Aku tidak memiliki perasaan apapun padanya, walaupun aku tau dia menyukaiku."

"Kau yakin?"

"Tentu saja. Jika aku memilihnya, aku tidak akan bersamamu seperti saat ini. Sekarang, berhentilah membahas tentang Jade. Kau harus menjawab pertanyaanku, aku ingin tau, kenapa kamu bisa ada disini dan kenapa kamu tidak memberitahuku kalau kau akan datang?"

"Kalau aku memberitahumu, tentu aku tidak akan bisa melihat kebersamaan mu dengan pria itu. Kau akan terus seperti itu, jika aku tidak memergokimu."

"Warren."

"Norah."

Norah menunjukan wajah kesal. "Aku tidak bercanda."

"Aku juga." Balas Warren.

Warren tertawa melihat reaksi Norah, ia kembali menarik Norah dalam pelukannya.

"Aku kesini karena aku sangat merindukanmu."

Norah tersenyum mendengar ucapan Warren.

"Apakah aku boleh sering-sering pergi agar kau merindukan ku?"

"Itu artinya kau ingin membunuhku."

"Ada banyak hal yang ingin aku tanyakan."

"Apa?"

"Tentang kamu dan temanmu. Apa yang terjadi?"

"Kau tidak akan memaksaku kan untuk menjelaskannya, jika aku tidak ingin menjawabnya?"

Norah terdiam sebentar, dia sangat penasaran dan ingin tau cerita lengkapnya dari Warren, namun dia juga tidak ingin memaksa Warren untuk menceritakan semuanya.

Warren dan Norah kembali ke Hotel tempat Warren menginap.

"Apa peranmu dalam video klip itu?" Tanya Warren.

"Sebagai kekasihnya."

"Kalian akan berciuman? Bermesraan atau .... " dia menatap Norah dan menantikan jawaban Norah.

"Aku kekasih yang di campakan."

"Syukurlah, jadi kau tidak perlu beradegan mesra dengannya."

"Kenapa? Kau cemburu?"

"Pertanyaanmu sangat konyol! Tentu saja aku cemburu."

"Sungguh, aku sangat senang saat kamu cemburu," ungkapnya sambil tertawa kecil. "Aku harus bertemu Bernadeth, dia sedang menungguku di lobby." Norah berdiri dari tempat duduknya dan melangkah ke arah pintu di iringi tatapan Warren.

Norah menempelkan ponselnya di telinga, ia berbicara di telepon dengan Bernadeth sambil menggerakan kakinya menuju lift. Norah melangkah cepat ketika pintu lift hampir tertutup, untung saja ada seorang pria menahannya.

"Thank you."

Pria itu menganggukan kepalanya. Norah tidak bisa melihat jelas wajah pria itu, karena dia menunduk dan menggunakan topi fedora.

"Norah." Bernadeth berteriak memanggilnya, begitu ia melihat Norah.

"Terima kasih Bernadeth." Katanya sambil menerima barang yang di bawakan Bernadeth untuknya.

The Name Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang