Tujuh Belas

2.9K 110 0
                                    

Norah duduk di sebuah restoran menunggu Warren. Malam ini, mereka akan dinner sesuai dengan permintaan Norah, sebelum dia pergi ke California. Norah mengenakan strapless jumpsuit mini dress warna hitam, pilihan terbaiknya malam ini.

Norah sudah tiba di restoran sejak tiga puluh menit yang lalu, namun sampai sekarang Warren belum datang juga. Pria itu juga belum mengirimkan pesan apapun pada Norah. Norah ingin memastikan apakah dia datang atau tidak, namun nomor ponsel Warren tidak dapat di hubungi.

Bukankah seharusnya dia memberi kabar, apakah dia jadi datang atau tidak. Pikir Norah.

Saat Warren susah di hubungi dan tidak memberi kabar seperti ini, membuat Norah kembali teringat moment sebelum keduanya bisa menjalin hubungan seperti sekarang. Norah tersenyum mengingat kenangan itu, kenangan menyebalkan namun di rindukan.

"Aku beruntung, dia bisa bertahan berada di samping ku," gumamnya. "Ah tidak, dia yang beruntung mendapatkan aku. Perempuan mana yang suka di abaikan seperti ini?"

Norah kembali mengecek ponselnya, masih belum ada kabar dari Warren. Sudah hampir satu jam dia menunggu. Norah ingin pergi karena sudah lelah menunggu, namun langkahnya terasa begitu berat untuk meninggalkan restoran. Dia memberikan instruksi pada dirinya sendiri untuk tetap menunggu, karena Norah hanya punya waktu malam ini, besok dia harus berangkat ke California.

"Maafkan aku, aku terlambat."

Norah mendongak mendengar suara itu, menatap pria tampan yang ia cintai berdiri di hadapannya.

"Kau sudah menunggu lama?" Warren menarik bangkunya. "Aku pikir kau sudah pergi, aku tak menyangka kau akan terus menunggu."

Pertanyaan Warren membuat Norah menggertakan giginya, dia ingin mengoceh panjang, namun ia tidak mau menyia-nyiakan waktunya malam ini, dia tidak mau merusak suasana walaupun Warren sudah membuat suasana hatinya memburuk.

"Kenapa kau datang sangat lama?" Dia bertanya dengan tenang.

"Motor ku mogok." Ucapnya dengan wajah manyun.

"Seharusnya kau memberi kabar padaku. Apakah begitu sulit untuk mengirim pesan?"

Warren terkekeh. "Aku meninggalkan ponsel ku di rumah."

Norah menghela napas, kemudian meminta pelayan untuk menyiapkan makanan untuk mereka.

"Jadi, kau akan pergi meninggalkan ku?" Tanya Warren.

"Aku tidak meninggalkan mu. Aku kesana untuk bekerja."

"Kenapa pemotretannya sangat lama? Kau disana selama satu bulan?"

"Bukan hanya untuk pemotretan, aku juga harus syuting video klip."

"Video klip?"

Norah menganggukan kepala dengan senyum sumringah di wajahnya.

Obrolan keduanya terjeda selama beberapa saat, ketika pelayan membawakan pesanan makanan mereka.

"Ini pertama kalinya aku menjadi model video klip. Aku akan beradu peran dengan penyanyi favorit ku. Aku adalah penggemar yang sangat beruntung." Norah begitu bersemangat menceritakan betapa antusiasnya dia untuk beradu peran dengan idolanya.

"Kau terlihat sangat bahagia."

"Sudah lama aku mengidolakannya. Aku tidak menyangka akan menjadi pasangannya dalam video klip terbarunya."

"Pasti menyenangkan bisa beradegan mesra dengan idolamu."

Norah mengangguk penuh semangat. "Ini seperti mimpi bagiku. Aku sangat beruntung bukan?"

The Name Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang