Sinar matahari menerobos masuk melalui celah jendela, pancaran cahayanya yang hangat membangunkan Norah dari tidurnya.
Norah membuka mata perlahan, ia menguap lebar dan merentangkan kedua tangannya. Leher dan tubuhnya terasa sakit, hal itu terjadi karena ia tidur sambil duduk menunggui Warren.
Norah melihat Warren masih tertidur lelap.
Ia menguncir rambut panjangnya dan melangkah ke arah lemari kayu yang di letakan di sudut kamar Warren. Ia membuka lemari dan mengeluarkan sebuah kaos putih milik Warren, dan juga celana training panjang warna hitam. Norah tau, Warren akan marah karena ia memakai pakaian Warren tanpa ijin. Badannya yang mulai gatal dan aroma tubuhnya yang mulai tak sedap membuatnya terpaksa harus mengganti pakaiannya.Setelah berganti pakaian, dia pergi ke dapur dan berencana ingin membuatkan sarapan untuk Warren.
"Apa yang harus aku lakukan?" ia menatap bingung pada tumpukan roti yang ada di depannya. "Baiklah, kau hanya perlu memagang rotinya, bukan?" Dia memasukan beberapa potong roti kedalam mesin pemanggang. Sembari menunggu, ia memotong beberapa buah.
"Kau ingin membakar rumahku?"
Teriakan Warren membuatnya kaget. Ia langsung menoleh menatap pria tampan yang bertelanjang dada, berdiri dengan wajah lemas menahan sakit, melihat ke arah Norah.
"Ini adalah sarapan terindah dan paling nikmat," ia bergumam pelan. Saat itu ia begitu tergoda melihat bentuk tubuh Warren yang berotot. Detik berikutnya ia menggelengkan kepala, menepis pikiran anehnya.
Warren melangkah cepat, dengan wajah kesal ia mematikan pemanggang rotinya.
"Aku sedang memanggang roti." Seru Norah.
"Kau sedang membakar rumahku." Sahut Warren kesal. Warren menatap Norah, bagaimana mungkin Norah tidak mencium aroma gosong di dapur?
"Astaga!" ucapnya sambil mengendus aroma gosong disana. Ia buru-buru membuka pemanggang tanpa menggunakan alas tangan. Norah berteriak kepanasan membuat Warren yang ada di dekatnya panik.
"Apa yang kau lakukan?" bentak Warren sambil menarik tangan Norah yang kini terluka.
Norah tidak menjawab, perih di tangannya membuat air matanya jatuh begitu saja.
Warren bergegas dengan cepat mengambil kotak obatnya. Ia kembali ke dapur dan melihat Norah sedang menyiram tangannya dengan air dingin. Warren meraih tangan Norah dan mengobatinya perlahan.
"Sakit?"
Norah tidak menjawab, ia tertunduk lemah menahan sakit, dan juga ketakutannya saat Warren membentaknya.
Warren memandang Norah yang masih tertunduk tak berani menatap wajahnya, namun butiran air mata Norah mengenai tangan Warren.
"Jangan menyentuh apapun selama kau di rumahku. Kau akan tau akibatnya jika kau membantah." Ancam Warren dingin.
Norah terdiam. Saat itu dia tidak berani menatap Warren. Ia merasa Warren yang senang menggoda, dan bercanda dengannya terlihat seperti orang lain.
"Bagaimana dengan permintaan ku semalam?" tanya Norah kemudian.
"Aku akan mengikutinya sesuai permintaanmu."
"Ini hanya pura-pura saja, aku ingin membantah berita omong kosong itu. Benar-benar menyebalkan, bagaimana bisa mereka menuduhku sebagai orang yang merusak hubungan Cassie dengan kekasihnya?"
Warren menatapnya, ia membuka mulutnya hendak mengatakan sesuatu pada Norah, ketika ia mendengar ponselnya berdering. Warren bergegas menuju ke kamarnya untuk menjawab panggilan teleponnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Name
RomanceNorah Alexandra, model terkenal dengan bayaran paling mahal di Italia. Dia bisa mendapatkan dan melakukan apapun yang dia mau. Namun, ada satu hal yang sangat sulit dia lakukan, menghindari perjodohannya dengan seorang Fotografer bernama Warren. Wa...