Dua bulan kemudian
Sore itu Warren sedang sibuk memaku pagar yang ada di halaman depan rumahnya, ketika Norah menghampirinya dengan wajah penuh senyuman.
"Berita bahagia apa yang akan kau sampaikan padaku?" Tanya Warren penaran.
Norah tidak menjawab namun menyuruh Warren untuk berdiri. Begitu Warren berdiri, dia langsung memeluk Warren dengan erat.
"Aku hamil." Kata Norah lirih.
Warren melepaskan pelukannya lalu menatap wajah Norah. "Kau hamil?" Ia bertanya dengan mata berkaca-kaca. "Kau hamil?" Ulangnya.
Norah menganggukan kepala dan Warren kembali memeluknya dengan erat.
"Kita harus pergi darisini."
"Kenapa?" Tanya Norah bingung. Dia menyukai tempat ini, tempat yang nyaman untuknya.
"Tempat ini jauh dari kota, jadi kita harus pindah agar kita bisa mengetahui perkembangan bayi kita."
"Aku tau kau ingin melakukan yang terbaik untuk bayi kita, tetapi aku tidak ingin pindah. Aku ingin tetap disini. Ketenangan dan sejuknya tempat ini akan membantu perkembangan bayi kita. Jika ibu sang bayi selalu merasa senang dan damai, maka perkembangan sang bayi pun akan bagus."
"Bagaimana kalau kita ingin mengecek keadaan bayinya?"
"Kita bisa pergi ke kota."
"Kau tidak bisa berjalan kaki seperti sebelumnya. Aku akan menelpon Sean dan memintanya untuk membawakan sebuah jep untukku."
Lokasi rumah yang mereka tempati sangat jauh dari pemukiman warga, karena lokasinnya berada di dekat pintu masuk hutan. Namun, akses menuju tempat tinggal mereka cukup mudah jika menggunakan kendaraan.
"Aku akan menelpon Allessa dan memberitahu dia tentang kabar baik ini." Kata Norah.
"Aku juga akan menelpon Sean untuk membawakan sebuah mobil kesini."
Norah masuk ke rumahnya dan mengambil ponsel yang ia letakan di atas meja. Ia mencoba menelpon Allessa, namun panggilannya tidak jawab. Ia mencobanya sampai tiga kali namun hasilnya pun tetap sama.
"Dia tidak menjawab teleponmu?" Tanya Warren.
"Sepertinya dia sibuk." Tak lama setelah Norah berkata seperti itu, ia menerima panggilan masuk dari Allessa.
"Ya Norah, ada apa?" Tanya Allessa. Perempuan itu mengehela napas panjang dan mengoceh. "Bagaimana bisa dia melakukan hal seperti ini padaku? Dia menyuruhku membersihkan kandang domba, dan memberi pakan. Apa dia tidak tau kalau aku seorang model terkenal?" Ia mengoceh panjang lebar. Kehidupannya di Australia sangat berbanding terbalik dengan kehidupannya saat di Italia. Selama tinggal di Australia, ia bekerja sebagai pekerja peternakan Domba yang di kelola oleh salah seorang sahabat Warren.
Norah terkekeh mendengarkan ocehan Allessa. Walaupun sebelumnya hubungan mereka tidak baik, kini Allessa sudah mulai menerima Norah di dalam kehidupannya dan Kakaknya.
"Aku yakin, dia akan menikah dengan bosnya sendiri." Seru Warren.
"Jaga ucapanmu Warren! Aku tidak akan menikah dengan pria menyebalkan itu!" Teriak Allessa.
Norah menegur Warren untuk tidak berbicara seperti itu lagi. Karena Norah yakin, Allessa masih menyimpan rasa untuk Piere dan tidak mudah bagi Allessa untuk melupakan pria yang sudah mengorbankan nyawanya untuk Allessa.
"Aku minta maaf." Ucap Warren tanpa bersuara. Ia berdiri di belakang Norah dan merangkul perempuan itu dari belakang.
"Norah, apa yang ingin kau katakan?" Tanya Allessa.
"Aku ingin memberitahu sesuatu padamu."
"Katakan sebelum pria menyebalkan itu datang dan menyuruhku untuk membersihkan kandang lagi."
"Aku hamil Allessa." Kata Norah.
Allessa berteriak kegirangan mendengar kabar Norah hamil.
"Jangan protes, jangan katakan apapun dan jangan menganggu suasana hatiku yang sedang bahagia!" Terdengar suara Allessa seperti sedang memarahi seseorang yang ada disana. "Aku akan menjadi Aunty." Katanya bahagia.
"Yeah, kau akan menjadi seorang Aunty." Kata Warren.
"Katakan padaku, apakah mereka kembar?"
"Aku belum mengeceknya."
"Aku sangat bahagia mendengar kabar baik ini. Tetapi, aku harus mengakhiri obrolan kita sekarang, karena seorang penganggu datang dan memplototiku!" Kata Allessa dan panggilan pun terputus.
"Aku harap, Allessa selalu bahagia dengan apapun yang dia lakukan dan bisa membuka hatinya untuk pria lain." Ungkap Norah.
"Dia akan mendapatkannya." Kata Warren.
"Kau sudah menelpon Sean?"
Warren menganggukan kepala. "Dia segera mengurusnya dan akan mengantar mobil yang aku minta secepat mungkin." Kata Warren.
Warren jongkok di depan Norah dan mengusap perut Norah dengan lembut.
"Hallo anak ku." Ucapnya lembut.
Norah tersenyum bahagia melihat kebahagiaan yang tersirat di wajah Warren, ia juga mengharapkan kebahagian yang sama untuk orang-orang yang selama ini terluka.
"Kau tidak boleh terlalu lama berdiri, ayo duduk." Seru Warren sambil menuntun Norah untuk duduk. Ia lalu melanjutkan. "Mulai sekarang, kau tidak boleh melakukan apapun, aku yang akan melakukan semuanya untukmu dan katakan apapun yang kamu inginkan padaku."
"Benarkah?"
Warren mengangguk mantap.
"Aku ingin melihat otot-ototmu." Ucap Norah nakal.
Warren langsung melepaskan kaos oblongnya dan memamerkan otot-ototnya pada Norah.
"Nak, kau harus bangga memiliki seorang Ayah sepertiku."
Ucapan Warren membuat mata Norah berkaca-kaca, saat dia kembali mengingat setiap moment mereka selama ini, awal bertemu dengan Warren, jatuh cinta dengan pria itu dan menghabiskan begitu banyak moment bersama.
"Bukan cuma anakmu yang bangga memiliki seorang Ayah sepertimu. Aku juga bangga memilikimu Warren."
Warren tersenyum dan menunduk mengecup bibir Norah.
"Aku juga bangga memilikimu Norah. Aku sangat mencintaimu." Ungkap Warren sambil memeluk Norah.
Setelah semua luka yang mereka lewati, kini mereka hidup bahagia sambil menantikan kelahiran anak pertama mereka, dan tetap bersembunyi dari orang-orang yang sampai sekarang menginginkan mereka.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Name
RomanceNorah Alexandra, model terkenal dengan bayaran paling mahal di Italia. Dia bisa mendapatkan dan melakukan apapun yang dia mau. Namun, ada satu hal yang sangat sulit dia lakukan, menghindari perjodohannya dengan seorang Fotografer bernama Warren. Wa...
