Empat Puluh Enam

1.5K 39 0
                                    

"Ini yang kau lakukan setelah kami menyelamatkanmu, Paolo?" Tanya Norah. Wajahnya tampak lusuh, pakaian yang ia gunakan juga sudah kotor penuh bercak darah. Norah melirik Kakeknya yang terlihat santai, sepertinya dia yakin dia akan selamat, karena akan ada orang yang akan membantu mereka keluar darisana.

Paolo hanya tersenyum kecil, lalu menatap pria tua yang tampak tenang walaupun keadaannya sudah babak belur di hantam pukulan dan tendangan dari Allessa dan Piere.

"Apakah kau tau Allessa, apa yang akan terjadi jika kau mengabaikan ketenangan pria ini?" Tanya Paolo. "Kau akan menyesal jika kau membiarkannya."

"Tentu saja aku tau." Kata Allessa, saat dia membawa Norah dan Kakeknya pergi, dia sudah tau apa yang akan dia lakukan dan dia akan melakukannya tanpa harus mendengarkan perintah siapapun.

Ia sudah menyiapkan senjatanya, ia akan mengakhiri semuanya sekarang. Pikirnya.

Allessa mengarahkan senjatanya ke arah Kakeknya Norah. Kakek masih tenang, sementara Norah mulai berontak dan memohon agar mereka tidak membunuh Kakeknya. Dia tidak ingin menyaksikan hal yang sama saat kedua orang tuanya di bunuh.

"Kau akan menyesal jika kau melakukannya Allessa!" Teriak Norah, ia menyuruh Allessa untuk kembali memikirkan tindakannya.

Permohonan Norah seperti sebuah amunisi bagi Allessa, ia semakin semangat untuk menarik pelatuknya. Dia bahagia melihat teriakan dan tangisan Norah.

"Kakek!!!" Teriak Norah histeris, ketika Allessa menarik pelatuknya dan menembak kakek di bagian perutnya.

"Ah sayang sekali dia masih bernapas," keluh Allessa. Ia menatap Piere. "Apakah aku perlu menyebutkan nama-nama korban pria tua bangka ini?"

"Lakukan saja seperti yang kau mau." Sahut Piere.

"Baiklah." Kata Allessa. Dia menembaki pria itu sambil berteriak histeris, tak sadar air matanya juga mengucur mengingat semua hal yang sudah ia dan Warren lewati selama ini. Ia menembaki pria itu sampai semua pelurunya habis.

Norah terdiam melihat Kakeknya yang sudah tak bernyawa. Air matanya mengucur, amarah dalam hatinya memuncak. Ia kembali menyaksikan orang yang di sayanginya di bunuh di hadapannya.

"Peluru yang menancap di dalam tubuhnya tak seberapa dengan apa yang sudah aku dan Warren dapatkan selama ini. Seharusnya, aku menawannya lebih lama dan menyiksanya, namun aku tidak mau membuang-buang waktu. Membunuhnya dengan cepat adalah kebahagiaanku."

"Faustino dan Emely, menginginkan pria tua bangka ini." Seru Paolo.

"Mereka bisa mendapatkannya dan menukar Eve padaku," kata Allessa. "Aku akan membuatmu menderita dengan cara membunuh orang-orang yang kau sayangi di hadapanmu." Ucapnya pada Norah.

Paolo beranjak dan melepaskan tali yang mengikat Kakeknya Norah. Pria tua itu kehilangan nyawanya di tangan Allessa.

"Eve bersama Emely." Kata Paolo.

"Kalau begitu, bawa pria tua itu pada Emely." Perintah Allessa.

"Sepertinya ada yang datang." Kata Piere. Ia sedang berdiri di dekat jendela dan memperhatikan sebuah mobil melaju cepat kearah bangunan yang sedang mereka gunakan saat itu.

"Jangan biarkan dia masuk!" Seru Allessa. Dia tau siapa yang datang ke tempat itu. "Biarkan dia masuk setelah aku menghabisi perempuan jalang ini."

Allessa tidak mau kehadiran Warren hanya akan menghambat pekerjaannya. Warren akan menyelamatkan Norah, dia akan membiarkan Norah selamat.

Piere terus melihat keluar jendela dan mengawasi kendaraan yang semakin mendekat ke arah mereka.

"Kau tau siapa Warren, kan?"

The Name Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang