Dua Puluh Sembilan

1.6K 66 0
                                        

"Kau kenal dia?"

Warren sedang melihat layar besar di hadapannya, yang sedang memantau gerak-gerik seorang pria yang di kenal baik oleh Warren.

"Paolo." Jawabnya.

Melalui layar itu dia bisa melihat kemana Paolo pergi. Pria kembar yang ada di hadapannya tampak santai memantau pergerakan Paolo, sementara Warren ia menunggu tak sabar kemana Paolo akan pergi.

Paolo bergegas cepat memasuki sebuah toko roti dan tak lama seorang pria lainnya menyusul dengan gerak-gerik mencurigakan.

"Aku ingin lihat apa yang mereka lakukan disana."
Perintah Warren sangat mudah di lakukan oleh si kembar.

Warren memperhatikan siapa pria yang ditemui oleh Paolo, ia menajamkan penglihatannya namun ia tetap tidak bisa mengenal pria itu.

"Sepertinya, dia hanya seorang perantara."
Kali ini, si kembar memperbesar tampilan kertas yang di sodorkan oleh pria itu pada Paolo. Dengan cepat Warren mencatat alamat yang di tulis di kertas itu.

"Dia memberikan selembar foto, bisa perlihatkan fotonya?" Tanya Warren.

"Kau lihat sendiri kan, tentu saja tidak bisa."
Warren mengerang pelan, dia penasaran foto siapa yang di berikan oleh pria itu.

"Menurutku, pria ini tidak ada hubungannya dengan hilangnya Allessa. Saat ini, dia hanya melakukan pekerjaan yanh biasanya kau lakukan."

Warren tidak menyahutinya, dia melihat alamat yang sudah dia catat.

"Itu sebuah taman bermain."

"Aku tau." Jawab Warren.

Warren meninggalkan tempat itu, dan pergi ke taman bermain. Ia yakin kalau Paolo akan datang kesana.
Warren duduk di sebuah bangku, ia memperhatikan kegiatan anak-anak disana yang sedang bermain bersama teman-teman mereka dan di pantau oleh orang tua mereka.

Warren mengedarkan pandangannya, tidak ada sesuatu yang aneh. Ia kembali menatap alamat yang dia catet dan memastikannya, kalau alamat yang dia catat benar.

Bosan menunggu, Warren mengeluarkan rokoknya dan mengerang kesal karena ia tidak membawa korek. Warren terkejut, ketika seseorang mengulurkan koreknya.

Ia menerimanya dan menatap pria ber jas dan tampak rapi berdiri di sampingnya.

"Siapa yang mengutusmu, Warren?" Tanya pria itu.
Pria itu mengenal Warren, namun Warren tidak mengenalnya.

"Kau mengenalku?"

Pria itu tertawa. "Siapa yang tidak mengenalmu?" Ia balik bertanya. "Pria tua itu yang mengutusmu?"

"Kau kenal dia?"

Pria itu kembali tertawa. "Siapa yang tidak mengenalnya? Seluruh dunia tau siapa dia, seorang perancang busana terkenal."

Warren pikir, pria tua yang ia katakan adalah pria yang ingin ia temui.

"Bukan."

"Lalu? Aku pikir kau bekerja untuknya." Katanya sambil menatap Warren.

Warren tidak menjawab. Pria itu tiba-tiba mengalihkan pandangannya, saat ia melihat Paolo datang.

"Dia datang." Katanya.

Warren memperhatikan Paolo yang bergerak santai menghampiri seorang anak kecil perempuan yang sedang bermain bersama teman-temannya.

Paolo belum sempat melakukan apapun pada anak kecil itu, ketika seorang wanita menghampirinya.

"Allessa????" Ia berdiri dari tempat duduknya hendak menghampiri Allessa. Ia yakin betul, wanita itu adalah Allessa, dia sedang menyamar.

"Dia lebih cerdas darimu." Kata pria itu pada Warren.
Warren tidak mengerti sama sekali apa yang di katakan oleh pria itu. Begitu banyak hal yang ingin dia tanyakan pada Allessa.

The Name Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang