Empat Puluh Tiga

1.4K 45 0
                                        

"Apakah aku boleh ikut?" Tanya Allessa, saat ia mendengar jika Warren dan Piere akan pergi. Allessa menatap kedua pria itu, dan membrengut saat keduanya menggelengkan kepala dan tidak mengijinkan Allessa pergi bersama mereka. "Setidaknya, jelaskan padaku apa rencana kalian."

"Akan aku jelaskan nanti."

"Kenapa tidak sekarang?" Tanya Allessa. "Apakah rencana kalian begitu hebat? Tolong katakan padaku rencana hebat kalian."

Piere hanya menghela napas. Ia melirik Warren dan mengajaknya untuk segera pergi.

"Kalian akan meninggalkanku sendirian disini?"

"Tidak. Kau pergi bersama mereka." Sahut Warren. Ia tidak akan membiarkan Allessa sendirian disana, karena ia takut hal buruk akan membahayakannya.
Suka tidak suka dengan perintah Warren dia akhirnya hanya bisa menurutinya. Allessa pergi dengan si kembar dan dalam perjalanannya ia melihat kembali rekaman yang di ambil ketika Warren dan Piere menelusuri lorong yang berada di bawah rumah Warren.

"Pantas saja mereka meminta Warren untuk tinggal disana!" Gumamnya pelan. "Heii ... tolong hentikan mobilnya." Seru Allessa saat ia melihat Eve bersama dua orang pria keluar dari sebuah bar.

"Kau mau mengikuti mereka?"

"Ya. Tetapi jangan mengatakan apapun pada Warren."

Mereka mengikuti mobil yang di tumpangi Eve, mobil tersebut membawa mereka ke sebuah perkebunan anggur yang sangat luas.

"Aku tidak tau sama sekali, kalau mereka juga memiliki bisnis perkebunan anggur." Kata Allessa.

Mereka bertiga memperhatikan langkah Eve. Perempuan itu sedang menemui seorang pria yang akan mendistribusikan anggur mereka. Allessa mengenal pria itu, ia seorang pebisnis hebat.

"Nah ... akhirnya aku tau rencana mereka! Rupanya ini tempat yang mereka tuju." Pekik Allessa melihat Warren dan Piere yang saat itu sedang menyamar sebagai pekerja di perkebunan anggur itu.

Allessa melirik dua pria yang sedang bersamanya.

"Kalian berdua tau rencana mereka?"

Mereka menggelengkan kepalanya. "Kami tau mereka akan kesini, tetapi tidak tau apapun tentang rencana mereka."

"Kenapa mereka kesini?"

"Ujung lorong itu mengarah ke perkebunan anggur ini."

Mendengar hal itu, Allessa kembali melihat video penelusuran lorongnya, dia mengamatinya dengan sangat teliti.

Dia bergidik ngeri, pria tua itu sungguh luar biasa. Hal itu membuatnya semakin penasaran, sebenarnya apa yang ada di bangunan itu, sehingga ia sampai membuat lorong yang begitu panjang untuk akses menuju bangunan tersebut.

"Kita tidak mungkin menunggu disini terus. Masih ada hal lain yang perlu di selesaikan."

"Sebaiknya kita kembali, sebelum mereka menyadari kehadiran kita disini."

"Terserah, aku hanya mengikuti kalian saja." Jawab Allessa. Padahal dia masih ingin tetap disana dan mengawasi pergerakan Eve. Tetapi dia juga takut jika Warren melihatnya disana.

Sebelum pergi darisana, Allessa melihat Jade dan William juga ada disana.

"Apa mereka sudah tau siapa pria tua yang selama ini mereka cari?" Tanya Allessa.

"Entahlah."

Pertanyaan Allessa langsung terbantahkan ketika William dan Jade menghampiri Eve. Mereka juga menyapa pria yang bersama Eve.

"Ah kepalaku sakit. Sebaiknya kita kembali sekarang." Katanya.

Dalam perjalanan, Allessa terdiam, ia sedang berpikir keras. Ia mengingat kembali awal dimana mereka bergabung dengan komplotan mafia yang di pimpin oleh Kakeknya Norah, awal dimana Warren menjadi pembunuh serta hubungan antara Warren dan Norah.

The Name Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang