Enam

6.3K 263 0
                                    

"Jadi, apa yang mau kau lakukan sekarang?" tanya Warren. Dia menatap Norah yang sedang menonton sebuah video tutorial membuat cookies. "Kau tidak berencana menghancurkan dapur ku, bukan?" tanya Warren.

"Kau mengganggu konsentrasi ku, Tuan." Dia berkata sambil mengulangi video yang ia tonton, karena ada beberapa bagian yang terlewatkan. Dia menyuruh Warren untuk meninggalkannya sendiri disana, agar dia bisa fokus membuat Cookies.

"Ini rumah ku, dan kau mengusir yang punya rumah?"

"Kau tau, aku tidak bisa melakukan apapun disini. Jadi, tolong biarkan aku meminjam dapur mu."

"Kenapa kau tidak kembali ke rumah mu?"

"Aku akan terus disini sampai kau sembuh."

"Aku baik-baik saja."

"Itu menurut mu, tidak menurutku ... Argh sungguh menyebalkan. Bisakah kau diam dan tidak mengangguku?" dia begitu kesal, karena sudah hampir tiga puluh menit berlalu, ia belum selesai membuat adonan.

"Sudahlah, hentikan. Jika kamu mau makan cookies, aku akan membelikannya untukmu."

"Aku ingin membuatnya untuk mu."

"Untuk ku?" tanya Warren sambil menahan senyuman di wajahnya.

"Ya. Kita akan berpura-pura menjadi sepasang kekasih yang akan bertunangan, jadi aku ingin latihan dulu agar nanti semuanya terlihat natural."

Warren mengangkat bahu mendengar penjelasan Norah.

"Aku ingin pergi menemui temanku, kau mau ikut?"

"Kamu mau aku ikut? Baiklah, aku akan ikut." Katanya sambil membersihkan tangannya.

Norah memperhatikan pakaiannya dan menatap Warren.

"Aku akan menggunakan pakaianmu lagi." Tanpa menunggu persetujuan Warren, dia langsung melangkah ke kamar dan melakukan mix and match pakaian Warren yang akan dia kenakan.

Keduanya pergi ke rumah salah seorang teman pendakian Warren.

"Aku akan sangat merindukanmu Bella." Warren merangkul perempuan berambut pendek itu dengan erat. Perempuan itu sering melakukan pendakian bersama Warren.

Norah memperhatikan kedekatan antara Warren dengan perempuan itu.

"Aku juga akan sangat merindukanmu. Tetapi, setidaknya sekarang kau sudah punya partner untuk berpetualang."

Warren melepaskan pelukannya dan menatap Norah yang sedang duduk di salah satu bangku bersama teman-teman Warren dan Bella.

Malam itu mereka semua berkumpul untuk perpisahan dengan Bella yang akan pergi meninggalkan kota itu. Dia akan kembali ke Spanyol dan menetap disana bersama suaminya.

Teman-teman Warren menanyakan banyak sekali pertanyaan pada Norah, dan Norah menjawabnya dengan tenang dan santai. Dia sudah terbiasa mendapat serangan pertanyaan seperti itu.

Mereka tidak menyangka jika Warren memiliki hubungan dengan seorang model terkenal. Pengakuan dari Warren kembali membuat mereka semua terkejut.

"Kalian akan bertunangan dan menikah?" seorang teman Warren menonjok lengan Warren, dia kesal karena selama ini Warren tidak menceritakan apapun pada mereka. "Yang kami tau, dia hanya menghabiskan waktunya dengan alam. Sungguh tak di sangka kalau dia mempunyai seorang kekasih."

"Dia pacaran dengan model yang begitu cantik dan populer."

"Dia model yang sangat terkenal, aku tidak mungkin membuat imagenya jatuh karena aku. Aku harus berhati-hati untuk itu."

"Kapan kalian bertemu?" tanya Bella penasaran.

"Dua tahun yang lalu, saat pernikahan mu di Spanyol." Jawab Warren sambil menatap Bella.

"Whoah ... Jadi kalian bertemua dua tahun yang lalu?"

Warren menganggukan kepala. "Setelah insiden pelemparan bunga, aku kabur ke pantai dan melihat seorang gadis cantik duduk sendirian disana."

Jawaban Warren membuat Norah kaget.

"Dia begitu galak saat aku melangkah di dekatnya. Aku tidak menduga, pertemuan itu akan membuat kami bersama sekarang."

***

"Kau harus memberitahuku dengan jujur. Kita pernah bertemu di Spanyol?" tanya Norah dalam perjalanan pulang.

"Aku hanya mengada-ngada."

"Tidak. Kau mengatakan hal yang sesungguhnya."

"Benarkah? Jadi, dua tahun yang lalu kau berada di Spanyol? Whoah ... Rupanya aku menceritakan hal yang sesungguhnya. Sayangnya, bukan aku pria di kisah mu dua tahun yang lalu."

"Jangan berbohong padaku!"

"Aku tidak berbohong. Cerita yang aku katakan tadi, terinspirasi dari sebuah Film." Katanya.

Malam itu, keduanya berjalan kaki menyusuri jalanan setapak di sepanjang perkebunan anggur.

Norah merapatkan jaketnya, menahan dingin dan angin malam itu.

"Kau kedinginan?"

"Bagaimana menurutmu?" ia balik bertanya.

Warren mengulurkan sebelah tangannya. "Aku pinjam sebelah tangan mu."

Ragu-ragu Norah menerima uluran tangan Warren. Dia terdiam saat Warren menggenggam tangannya dan memasukan tangan mereka kedalam kantong jaketnya.

"Kau akan merasa lebih hangat." Katanya.

Selama perjalanan, Norah tiba-tiba menjadi diam. Wajahnya terasa hangat, genggaman tangan Warren membuat sesuatu yang aneh terjadi padanya.

Setengah jam berlalu, mereka tiba di rumah Warren. Warren menyalakan tungku dan memberikan selimut pada Norah.

"Besok kau harus pulang."

"Kau mengusir ku?"

"Aku tidak mengusirmu. Tetapi besok aku akan pergi, dan kembali satu minggu lagi."

"Kamu mau kemana?"

"Apa aku harus memberitahu kamu?" sahut Warren dari dapur.

"Tentu saja, aku kekasihmu."

"Kau sudah terbiasa dengan ucapan mu," dia berkata, lalu melangkah menghampiri Norah dan memberikan minuman hangat pada Norah. "Aku akan ke Maroko."

"Ada keperluan apa kamu kesana?"

"Aku ingin liburan. Kau tidak bisa melarangku karena aku sudah menyiapkan rencana ini sejak lama."

"Aku tidak melarangmu pergi. Aku juga bisa kesana kapanpun aku mau." Ia menyesap minumannya perlahan-lahan.

Warren pergi ke kamarnya, dia ingin mengganti perban lukanya. Luka jahitannya belum kering.

"Biar aku bantu mengganti perban mu."

"Sepertinya kamu mulai nyaman tinggal di rumah ku." Warren menurunkan bajunya karena dia tidak mau Norah melihat luka tembakannya.

Norah tidak menurut, dia tetap ngotot untuk mengganti perban luka Warren. Mau tidak mau, Warren pun mengalah, tidak ada gunanya dia beradu dengan Norah.

Norah melepaskan plester yang merekat pada kasa, lalu mengangkat balutan kasa dengan hati-hati.
Norah terdiam melihat luka jahitan di tubuh Warren.
"Kau yakin kau terluka saat pendakian?"

"Seharusnya, kau menanyakan hal ini saat tadi kau berkumpul dengan teman-temanku. Tampaknya kau tidak percaya dengan apa yang aku katakan."

"Jangan pernah membohongiku, aku tidak suka dengan kebohongan."

"Kau tidak suka dengan kebohongan, tetapi kau sering melakukan kebohongan." Ledek Warren.

"Ini hanya berlaku untuk mu."

"Kenapa hanya untuk ku?"

Norah tidak menjawab, ia kini membalut luka di tubuh Warren dengan kasa yang baru. Dia tidak mungkin mengaku pada Warren tentang perasaan aneh yang mulai muncul di dalam hatinya.

The Name Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang