Empat Puluh Satu

1.2K 44 0
                                    

Norah sudah mematikan lampu kamarnya. Ia duduk bersila di atas kasur sambil memainkan ponselnya.
Ia penasaran dengan denah yang ia dapatkan dan apakah Allessa dan Piere sudah mendapatkan denah tersebut. Apakah mereka tau tentang denah itu?

"Norah? Kau sudah tidur?" Ia mendengar suara Eve di depan kamarnya. Ia sengaja tidak menyahutinya karena ia berpura-pura sudah tidur.

Suara Eve tak terdengar lagi, dia langsung pergi saat Norah tidak menjawabnya.

Acara yang di gelar Faustino masih berlangsung, namun Norah sengaja kembali ke kamarnya lebih awal, karena merasa tak nyaman berada disana. Rekan-rekan modelnya menanyakan banyak hal padanya dan menyudutkan Warren. Acara yang seharusnya menjadikan Faustino sebagai bintang utamanya malah berubah menjadi acara konfrensi pers Norah, apalagi William bertingkah seperti juru bicaranya Norah, ia membicarakan banyak omong kosong tentang Warren. Laki-laki brengsek itu mengatakan hal yang dia lakukan dengan menjadikan Warren sebagai tumbalnya.

Perempuan itu tiba-tiba beranjak turun dari kasur, saat ia mendengar ada seseorang melangkah ke arah kamarnya.

Norah melangkah cepat ke arah pintu kamarnya, ia memastikan pintu kamarnya sudah terkunci. Ia menempelkan telinganya di pintu, ingin memastikan siapa yang datang kesana. Orang yang berada di luar kamarnya bukanlah Eve, namun seseorang yang mungkin datang untuk menyakiti Norah.

Sikap aneh yang di tunjukan oleh William tadi siang, membuatnya yakin pria itu sedang merencanakan sesuatu. Tetapi apa? Apa dia masih nekat menculik Norah? Padahal saat itu Eve serta Kakeknya juga menginap di resort yang sama.

"Kau akan mati di tangan Kakekku dan Eve, jika kau melakukannya William." Ia bergumam pada dirinya.

Cukup lama Norah berdiri di pintu kamarnya dan menguping, tetapi tidak terjadi apapun disana. Norah menghela napas dan berharap tidak ada hal buruk yang akan terjadi.

Barusaja Norah hendak beranjak, ia mendengar seseorang berada di depan pintu kamarnya. Norah menunduk dan mengintip melalui celah bagian bawah pintu. Ia melihat bayangan disana.

Norah melompat mundur, ketika orang yang ada di luar kamarnya mencoba membuka pintu. Norah melihat sekelilingnya, lalu mendorong meja riasnya dan menahan pintu kamarnya. Dia harus menyelamatkan dirinya.

Seseorang yang berada di luar, berusaha mendobrak pintu kamar Norah. Perempuan itu semakin cemas, dia meraih ponselnya dan berusaha menelpon Eve, Kakeknya dan Bernadeth. Tidak ada satupun dari mereka yang menjawab panggilan Norah.

Norah berlari ke arah jendela, dan memekik saat seorang pria melompat masuk kedalam kamarnya.

"Piere? Apa yang sedang kau lakukan?" Tanya Norah.

"Tidak ada jalan yang lebih muda?" Keluh Allessa.

Norah semakin bingung melihat Allessa disana.

Allessa meletakan jari telunjuknya di bibir dan menyuruh Norah untuk diam. Sepasang kekasih itu mengatur strategi untuk menyambut kedatangan orang yang ingin menerobos masuk ke kamar Norah.

Dobrakan pintunya semakin keras, Norah memperhatikan Allessa dan Piere yang sudah siap dengan senjata mereka. Mereka berdiri di kiri dan kanan pintu.

Pintu kamar Norah berhasil di dobrak, tiga orang pria berbadan tinggi  masuk dan langsung melangkah ke arah Norah yang berdiri di dekat jendela.

"Hello ... " sapa Allessa sambil menodongkan pistolnya.

Tiga pria itu menoleh, tidak ada ketakutan sama sekali di wajah mereka. Salah seorang dari mereka berusaha menyandera Norah, sementara dua pria lainnya melayani tantangan Allessa dan Piere.

Keangkuhan yang muncul di wajah pria itu bukan tanpa alasan, walau tidak menggunakan senjata, mereka bisa melumpuhkan Allessa dan Piere.

Norah berteriak dan berontak saat pria-pria itu membawanya keluar. Allessa dan Piere tidak bisa melakukan apapun, mereka sudah sekarat.

"Kita harus pergi darisini." Piere berusaha untuk bangun, lalu membopong Allessa yang terluka karena tembakan, tendangan dan pukulan di wajah dan tubuhnya.

Piere menyeret langkahnya keluar dari kamar, ia sendiri sudah tidak kuat, namun mereka harus keluar darisana.

"Ikut aku!" Seorang pria menghadang langkah mereka, lalu tak lama dua orang pria datang dan membantu Piere dan Allessa. "Bawa mereka ke tempat yang aman." Kata pria itu. Mereka adalah orang-orangnya Emely.

"Kasihtau Warren, kalau Norah di culik." Ucap Allessa pelan.

***

"Norah di culik?"
Warren mendengar teriakan William. Pria itu sedang berbicara dengan seseorang di teleponnya. Saat ini, Warren sedang membuntuti William yang berada di gudang penyimpanan milik Faustino.

Tak hanya William, Warren pun terkejut dengan info Norah di culik.

"Siapa yang menculiknya?" Tanya William. Pria itu berkata, ia belum menjalankan rencananya, namun orang lain sudah melakukannya. Ia bertanya-tanya, siapa yang sudah menculik Norah. "Warrren! Cari pria itu sekarang juga."

"Kau tidak perlu pusing-pusing mencariku, aku disini." Warren keluar dari persembunyiannya sambil menodongkan senjatanya ke arah William.

William terkejut melihat Warren disana.

"Tidak perlu mencarinya, aku sudah mendapatkannya." Kata William santai.

"Aku tau kau berusaha menculik Norah! Jika bukan kau yang melakukannya, lalu siapa?"

"Kau." Balas William santai.

"Aku tidak menculiknya! Aku kesini untuk memastikan bahwa kau tidak akan menculik Norah."

"Lalu, jika bukan kau, siapa yang menculiknya?" William terdiam beberapa saat. "Orang yang mengincar Norah. Yah, pasti dia."

"Siapa?"

"Siapalagi, kalau bukan bos mu."

Warren terdiam. Jika pria tua itu yang melakukannya, artinya Norah akan aman, karena yang menculiknya adalah keluarganya sendiri. Pikir Warren.

William memanfaatkan kesempatan saat Warren termenung, dia menendang senjata yang di pegang Warren, lalu menghantam tubuh pria itu.

Kedua pria itu bertarung hebat, William mencekik leher Warren dengan lengannya membuat pria itu kesusahan untuk bernapas.

"Aku akan menghabiskanmu malam ini Warren, agar aku bisa mendapatkan semua yang aku inginkan." Ucapnya sambil tertawa.

Warren berusaha melepaskan dirinya dari cengkraman William, ia menarik tubuh pria itu dan membantingnya. Ia menendang William dan meninju wajah William hingga babak belur.

William sudah tidak bisa melakukan apapun, ia terkapar disana.  Warren mengambil pistolnya dan mengarahkannya ke wajah William.

"Aku bisa membunuhmu saat ini juga, tetapi aku mendapatkan jawaban darimu. Aku akan menghabisimu nanti, jika kau berani menyentuh Norah dan mencari masalah dengan ku." Kata Warren.

Dia kembali menonjok wajah William dan menendanganya sebelum pergi darisana.

"Tidak perlu khawatir. Kakeknya yang menculik Norah." Kata Warren pada Piere dan Allessa.

Mata Warren berkaca-kaca melihat keadaan Allessa.

"Aku sudah bilang padamu, untuk tidak melakukannya. Sekarang lihatlah, ini adalah akibat karena kau selalu membantah ucapanku."

"Berhentilah mengoceh, tubuhku semakin sakit mendengar ocehanmu."

"Kau harus pergi ke Australia saat kau sembuh. Aku sendiri yang akan mengantarmu kesana." Katanya.

Allessa mendesis kesal. "Kalau aku kesana, Piere harus ikut denganku."

Warren melirik Piere, pria itu langsung memalingkan wajahnya karena tidak mau beradu tatapan dengan Warren.

"Aku tidak bisa membantahnya." Kata Piere pelan.

"Tidak masalah, selama kau baik-baik saja."

Warren berjanji pada dirinya sendiri, dia tidak akan membuat Allessa terluka seperti ini lagi.

The Name Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang