Norah tidak tau sama sekali, kemana Warren akan membawanya pergi. Saat ia bertanya, Warren hanya menjawab mereka akan melakukan perjalanan yang menarik. Entah perjalanan menarik seperti apa yang di maksud pria itu, Norah hanya mengikutinya.
Norah melihat dua buah tas carier di letakan di samping pondok yang mereka tempati salah satu tasnya berukuran besar dan satunya lagi berukuran sedang, ukuran carier sedang itulah yang akan dia bawa. Warren keluar dari pondok sambil membawa sepatu tracking untuk Norah. Ia jongkok di depan Norah dan membantu Norah memakaikan sepatunya.
"Kita mau mendaki gunung?"
Warren hanya tersenyum membuat Norah penasaran kemana mereka akan pergi.
"Ayo." Ajaknya.
Keduanya sudah memakai Carier. Sebelum berangkat Warren menatap pondok mereka sebentar lalu meraih tangan Norah dan melangkah pergi melewati jalan setapak yang cukup menanjak.
"Kamu lelah?" tanya Warren ketika Norah menghentikan langkahnya dan napasnya tak teratur.
"Lumayan." Katanya sambil mengusap keringat di wajahnya.
Mereka beristirahat sebentar sebelum melanjutkan perjalanan mereka. Langkah kaki mereka membawa keduanya memasuki hutan yang sangat lebat, cahaya matahari tak terlihat dan kabut mengelilingi mereka.
"Jika aku melakukan perjalanan seperti ini, pasti dia akan berpikir yang aneh-aneh tentang penghuni hutan ini." Kata Norah sambil melihat sekelilingnya dengan wajah ngeri. Suasananya sungguh menakutkan.
"Kau mau berkenalan dengan penghuni di hutan ini?" tanya Warren. Dia ikut melihat sekelilingnya dan menunjukan wajahnya yang tiba-tiba shock.
"Ada apa?" tanya Norah cemas. Warren tidak menjawab, ia terdiam dan terlihat takut. Norah menyenggol lengan Warren dan memanggilnya. "Warren ... Warren ada apa? jangan membuatku takut." Dia merangkul lengan Warren dengan erat. Tatapan matanya mengikuti arah tatapan mata Warren. Dia tidak melihat apapun karena kabut.
Warren menyunggingkan sedikit senyuman di bibirnya.
"Kau takut?" tanyanya sambil bercanda.
"Menurutmu?" dia balik bertanya dengan kesal, melihat wajah Warren yang menggodanya.
"Jangan khawatirkan apapun selama kamu bersama ku." Katanya meyakinkan Norah.
"Kau yang membuatku takut."
Warren tersenyum lalu menarik tangannya dan meminta Norah duduk dan bersandar di sebuah pohon besar untuk melepaskan lelah.
"Kau yakin kau bisa tau jalanan yang akan kita tuju?" tanya Norah. Kabut tebal di sekeliling mereka menutupi jalanan yang akan mereka lewati. "Sepertinya, tidak ada yang tau jalanan di hutan. Kau sudah sering melakukan perjalanan seperti ini?"
"Dulu aku sering melakukannya dengan Allessa, kadang-kadang aku juga pergi bersama Catarina."
"Catarina? dia bisa melakukan perjalanan seperti ini?" tanya Norah tak percaya.
"Tentu saja, dia anak yang tangguh." Puji Warren.
'Aku iri dengannya."
"Untuk apa kau iri dengan Catarina? Aku sudah jadi milikmu."
Norah tersenyum malu-malu, ia meletakan kepalanya di pundak Warren.
"Hidup seperti ini, di tempat seperti ini atau di pondok, sepertinya lebih menyenangkan dan tentram."
"Kau yakin mau hidup di tempat seperti ini?"
"Yakin, jika bersama mu."
Setelah beristirahat selama beberapa menit dan kabut mulai menghilang, mereka kembali melanjutkan perjalanan. Kali ini, jalanan yang mereka lalui tidak menanjak namun mereka berjalan melewati akar-akar kayu yang sangat besar.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Name
Roman d'amourNorah Alexandra, model terkenal dengan bayaran paling mahal di Italia. Dia bisa mendapatkan dan melakukan apapun yang dia mau. Namun, ada satu hal yang sangat sulit dia lakukan, menghindari perjodohannya dengan seorang Fotografer bernama Warren. Wa...