Empat Puluh

1.6K 48 0
                                    

Kejadian tembak menembak semalam, membuat Piere terkena tembakan jauh di lengannya. Hal tersebut membuat Allessa khawatir padanya.

Allessa melirik pria yang duduk di sampingnya, "Kau yakin kau tidak apa-apa?" Tanya Allessa cemas. "Menurutku, sebaiknya kau tidak perlu ikut aku dan Warren." Ia melirik Warren melalui spion tengah mobilnya.

Siang itu, mereka berada di dalam mobil yang terpakir di depan sebuah resort. Mereka sedang menunggu sang designer datang bersama sekutu-sekutunya. Mereka mendengar kalau sang designer akan datang ke Hotel itu untuk menghabiskan waktunya dengan beberapa wanita yang sudah dia sewa dan membuat sebuah pesta kecil untuk orang-orang terdekatnya.

Beberapa model terkenal terlihat masuk ke resort, mereka tampak senang bisa menjadi bagian dari designer tersebut. Jika seorang model bisa mengambil hati sang designer, maka model tersebut bisa mengenakan design mewah yang ia buat.

"William ...!" Gumam Warren, saat dia melihat pria itu keluar dari resort dan melangkah menuju sebuah mobil. 

William tidak masuk ke dalam mobil itu, dia hanya berbicara melalu jendela mobil. Tidak lama kemudian William kembali ke resort sambil mengamati sekelilingnya. Ia tampak was-was jika ada yang melihat pergerakannya.

"Kau mau kemana?" Tanya Allessa, saat Warren turun dari mobil. "Warren!" Panggil Allessa, namun Warren tidak menyahutinya. Dia pergi ke arah mobil yang tadi di datangi William. Warren melangkah santai karena saat itu ia sedang menyamar. Tentu saja penyamarannya kali ini cukup bagus. Ia menyamar menjadi petugas resort.

Warren mengetuk kaca jendela mobil. Jendela terbuka, dan pria dalam mobil itu melihat Warren dengan wajah bengis.

"Ada apa?" Tanya pria itu.

"Mohon maaf Pak, area parkir yang anda gunakan saat ini, untuk tamu VVIP kami." Kata Warren pelan sambil memperhatikan pergerakan pria itu yang perlahan-lahan mengulurkan tangannya ke balik bangku kemudia yang ia duduki.

"Kau menyuruhku untuk pindah?" Tanya pria itu sambil mengamati Warren.

"Betul Pak. Saya akan mengarahkan Bapak ke lokasi parkir untuk umum."

Pria itu sudah mendapatkan pistolnya, namun ia terkejut, saat ia hendak menodongkan senjatanya kearah Warren, Warren sudah lebih dulu menodong senjata ke pria itu.

"Kau kurang cepat dariku. Jika kau tidak ingin peluru ini melayang di kepalamu, sebaiknya kau katakan padaku tentang rencanamu dan William." Katanya. Dia yakin betul, jika keberadaan pria itu pasti ada hubungannya dengan William.

Pria itu tersenyum sarkas. "Kau pikir aku takut denganmu?" Ia bertanya dengan wajah menantang Warren. "Seperti apapun kau menyamar, aku bisa mengenalmu Warren. Kau sangat bodoh melakukan penyamaran seperti ini." Kata pria itu.

"Bagus, kalau kau tau siapa aku. Jadi, kau bisa katakan kepadaku tentang rencana kalian."

"Kau bisa menembak ku, jika kau mau." Katanya menantang. Pria itu meletakan senjatanya, dia yakin Warren tidak akan menembaknya, karena Warren membutuhkan informasi darinya.

"Sungguh? Kau tidak ingin memberitahuku?" Tanya Warren. "Aku tidak punya waktu untuk bernegosiasi denganmu."

Pria itu hanya tersenyum dengan wajahnya yang angkuh.

Warren tertawa ngakak sambil menarik pelatuk pistolnya. Dua kali tembakan  dilayangkan kepada pria itu.

"Kau sudah mengenalku, tetapi kau masih menantangku. Seharusnya kau tidak perlu membuang-buang waktu untuk itu" Katanya.

Dia masuk ke dalam mobil dan menggantikan posisi pria itu.

"Aku ingin tau, apa yang sedang kau rencanakan William."

The Name Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang