SWINGER CLUB

BAB 3

HAD Law Firm didirikan Hartono, Gilbert Andes, dan Surya Darmawan 25 tahun yang lalu. Benedict mewarisi kekayaan sang ayah, Gilbert Andes. Sepuluh tahun belakangan, klien datang sendiri bahkan bersedia membayar mahal demi mendapatkan layanan dari para pengacara HAD Law Firm.

Benedict tidak pernah kebagian peran dalam drama sulitnya mencari klien. Pada awal berdirinya dulu, para founding partners melobi hampir semua orang. Mulai dari pengusaha kakap sampai kelas gurem untuk sudi menggunakan jasa firma hukum ini agar kantor tetap hidup. Uang bagi sebuah lembaga layaknya darah bagi makhluk hidup. Tanpa uang, maka sebuah lembaga harus bersiap gulung tikar.

Menjadi pengacara yang membuka firma hukum sendiri artinya sama seperti pengusaha. Penghasilan tidak menentu, kerja jauh lebih keras dibandingkan ketika masih kerja di firma hukum milik orang lain, belum lagi pertengkaran di antara mereka mewarnai hari-hari. 

Orang mudah marah ketika kekurangan uang. Itu terjadi pada Gilbert dan Surya yang bersitegang karena klien besar tak kunjung masuk. Surya yang berusia paling muda hampir menyerah. Dia mengusulkan tutup saja firma ini. Menjadi bagian dari firma hukum yang baru saja merintis tak seindah bayangan. Surya tergiur kata sukses dalam usia muda, tetapi lupa pada proses yang harus dilewati. Baginya lebih mudah menjadi pengacara yang bekerja di kantor orang lain. Dia hanya perlu memikirkan pekerjaan, tidak perlu memikirkan keuangan yang membuat pusing tujuh keliling.

Ketika HAD Law Firm terancam badai, megap-megap nyaris kehabisan uang, dan nyaris hancur karena perselisihan para pendirinya, datanglah Daud Lunggono. Tuhan agaknya mendengar doa Hartono, partner paling senior dan paling waras yang sudah sakit kepala menghadapi perdebatan dua juniornya. 

Daud Lunggono 25 tahun lalu bukan konglomerat. Dia hanyalah pengusaha muda berusia awal 30-an yang nekat memulai bisnis baja sendiri setelah bosan hanya menjadi karyawan di perusahaan milik orang lain. Daud Lunggono membutuhkan pengacara untuk mengurusi tetek bengek perusahaannya, tapi uangnya belum cukup untuk membayar firma hukum terkenal. Jadilah firma hukum dan perusahaan baja ini bekerja sama. Pemula bertemu pemula lalu tumbuh bersama.

Daud Lunggono paling akrab dengan Gilbert Andes karena seumuran dan punya hobi yang sama. Memancing. Saat masih 'miskin', mereka suka memancing di pemancingan umum. Kini ketika keduanya sama-sama menjadi triliuner, Daud kerap mengajak Gilbert memancing bukan hanya di Indonesia, tapi mancanegara. Mereka sudah menjelajah samudera dengan yacht pribadi Daud Lunggono. 

Nama Samuel Lunggono muncul dalam pusaran ingatan Benedict. Pria itu datang di acara pertunangannya dengan Chika sendirian tahun lalu tanpa membawa istrinya. Benedict tidak akrab dengan Samuel. Hubungan mereka murni profesional sebatas pengacara dengan kliennya. 

Publik mengakui bahwa Samuel adalah pria terhormat. Meskipun jarang membawa Liliana ke acara penting, tetapi ketika keduanya datang bersama sebagai sepasang suami istri, orang beranggapan bahwa Samuel sangat menyayangi Liliana Dermawan.

Tidak, Liliana tidak punya hubungan dengan Surya Darmawan. Nama keluarga mereka saja yang kebetulan sama.

Di dalam mobil, Benedict merenung, kenapa Chika menyinggung bahwa dirinya harus belajar dari Samuel untuk memuaskan pasangan di ranjang? Apakah mereka.... 

Ah, Benedict terlalu pusing membayangkan Chika dan Samuel adalah pasangan selingkuhan. Bagaimana dengan Liliana? Apa yang harus Benedict katakan pada Daud jika mereka bertemu? Apakah dia pura-pura tidak tahu saja?

Benedict bertunangan dengan Chika, tapi dia tidak peduli tunangannya ini mau bermain dengan siapa. Chika bersikap sama. Membiarkan saja Benedict tidur dengan wanita mana saja. Hubungan mereka memang aneh. 

"Ini tempatnya." Chika memberi tahu untuk memasuki gedung pencakar langit di sisi kiri mobil yang mereka kendarai. Hotel bintang lima yang cukup terkenal. Dia beberapa kali menghadiri resepsi pernikahan kenalan di sini.