Dua hari, Benedict tidak juga menjawab panggilannya. Laki-laki itu mengancam memutus pertunangan jika dia masih ikut campur. Ok! Chika memang salah dalam hal ini, seharusnya tidak membocorkan di mana Liliana berada. Alhasil, wanita itu dijemput paksa oleh orang suruhan Samuel, hingga harus berakhir di rumah sakit dengan wajah yang nyaris tidak dikenali.
Sepatutnya Chika tidak perlu emosi, bukankah dia tidak memiliki rasa untuk Ben? Hubungan mereka tidak lebih dari simbiosis mutualisme, saling menguntungkan. Chika ingin melepaskan syahwat, sedangkan di sisi lain, Ben selalu bersedia membantu. Chika dan Ben sama-sama tidak menginginkan perjodohan. Skandal Ben dan Liliana bisa menjadi pemicu berakhirnya kesepakatan para orang tua. Lantas, kenapa dia harus mengadu kepada Samuel?
"Sam, kamu masih di sana kan?" tanya Chika hati-hati. Embusan kasar pria itu menyapa pendengaran.
[Ya.]
"Gimana kalau kita ketemuan di tempat biasa?" Chika mulai merayu, suara dibuat mendayu-dayu, berharap Samuel di seberang panggilan itu akan luluh. Dia butuh pelampiasan, setelah amarah meraja karena ulah Ben.
[Baiklah.]
Yes! Chika memekik dalam hati, batinnya ikut berteriak senang. Dia tidak butuh obat penurun tensi, seks mampu mengendurkan syaraf yang tegang. Jauh lebih sehat dari pada mengonsumsi pil medis.
[Jam sepuluh aku di sana, setelah meeting dengan klien.]
"Siap, Bos!"
Chika menghela napas lega saat memutus panggilan, lantas mengamati pantulan wajahnya di cermin. Dia harus ke salon sebelum bertemu Samuel. Coach bertali rantai rose gold masih menunjuk di angka empat. Chika memiliki banyak waktu untuk bersiap-siap. Samuel menyukai aroma rempah bercampur keringatnya. Chika mengikik geli saat menegakkan punggung lalu meninggalkan ruang ganti sambil bersenandung kecil.
I love it when you call me señorita
I wish I could pretend I didn't need ya
But every touch is ooh, la-la-la
It's true, la-la-la
"It's true, la-la ... " Chika menghentikan langkah, tersenyum manis pada resepsionis. "... Halo, May," sapa Chika sembari memperhatikan sekeliling.
Hari ini, lobi SAVE THE MODELS lebih ramai dari biasanya, beberapa calon model mengantre untuk audisi. Sedangkan model tetap seperti Chika, menghindari kerumunan, lebih memilih bercengkrama di sofa.
Chika mengangkat tangan, menggoyangkan jemari sambil tertawa lebar, membalas lambaian rekan-rekannya. Bibir Chika bergerak pelan, membentuk pola susunan kalimat "gue duluan".
Rekan-rekannya terlihat paham, mereka kompak menaikkan jempol masing-masing.
"Ada yang bisa saya bantu, Mbak Chika?"
"Ah haha." Chika terbahak dengan celetukan sang resepsionis, dia seperti ditarik kembali oleh kenyataan. "Tolong mobil saya, May."
Gadis berponi menutupi dahi itu tersenyum kemudian mengangguk. Jemari lentiknya meraih telepon lantas memerintahkan petugas valet mengantarkan Dodge Viper Chika ke depan lobi.
"Thanks, ya, May." Chika melenggang meninggalkan lobi saat tatapannya menangkap kendaraan biru kesayangannya terparkir manis. Banyak mata teralihkan pada Chika, seperti ditarik oleh magnet sebab sensasi sensual gemeletuk heels merah, kontrak menyentuh keramik putih.
Di tempat berbeda, Samuel tersenyum miring menghadapi tamunya. Bernard, Public Relation PT Mega Baja tampak tidak nyaman duduk di sofa. Beberapa kali, lembar kertas di tangannya jatuh sebelum berpindah ke tangan Samuel.
KAMU SEDANG MEMBACA
SWINGER CLUB
RomanceLiliana Dermawan dan Benedict Andes bertemu di Swinger Club. Liliana dipaksa Samuel, suaminya untuk melakukan hubungan terlarang dengan Ben, sementara itu Samuel berhubungan dengan Chika, tunangan Ben. Pertemuan singkat pada malam itu tidak selesai...