TIGA BELAS TAHUN YANG LALU (4)

1.1K 67 9
                                    

Hello Sexy Readers,

Wattpad sepertinya bermasalah. Saya publikasi bab TIGA BELAS TAHUN YANG LALU (3) kemarin tapi terus menerus berubah jadi draft lagi nggak tahu kenapa.

Sepertinya Wattpad mulai lelah. Kalian kalau mau baca, cuss ke Karyakarsa saja ya. Gratis.

Love,

Bella - WidiSyah

💋 🌹 💋 🌹 💋 🌹 💋 🌹 💋 🌹 💋

"Berhati-hatilah pada apa yang kamu minta." Keseriusan dalam suara Samuel mendirikan bulu kuduk Liliana. Seakan dia meminta menghancurkan sebuah kota atau meledakkan negara.

"Aku sudah 17 tahun. Aku dewasa seperti Odelia," cicit Liliana.

"Gadis bodoh." Samuel tersenyum. Tidak, ini bukan seperti senyumnya yang biasa, akan tetapi licik dan berbahaya.

Maka jika matamu yang kanan menyesatkan engkau, cungkillah dan buanglah itu, karena lebih baik bagimu jika satu dari anggota tubuhmu binasa, dari pada tubuhmu dengan utuh dicampakkan ke dalam neraka.

Liliana mungkin bukanlah orang paling ahli dalam membaca situasi. Namun dia cukup peka pada perubahan. Tatapan Samuel padanya berubah secara mendadak. Bukan tatapan kakak laki-laki yang ingin melindungi adiknya, melainkan tatapan tajam yang menelanjangi dirinya. Liliana gemetar sesaat. Memangnya apa yang biasa dilakukan Samuel pada Odelia?

Tenggelam dalam keingin tahuan, Liliana tak menarik lagi permintaannya sekalipun mungkin Samuel akan mengajaknya ke neraka. Lukisan Tuhan Yesus di kaca patri gereja muncul bergantian dengan wajah orang tuanya. Berkelebat cepat dalam benak Liliana.

"Aku beri satu kesempatan padamu untuk meminta hal lain," ucap Samuel dengan sorot buas menakutkan. Namun Liliana menggeleng.

Samuel mengangguk dengan bibir terkatup rapat. Hanya langkah kaki terdengar menjauh. Seraya melonggarkan dasi, dia menggeret kursi belajar, menariknya hingga berhenti di samping ranjang single bed Liliana.

Dasi yang melingkari leher Samuel kini tersampir di sandaran kursi. Dia membuka kancing di pergelangan tangan, menyusul kemudian kemeja slim fit hijau tua lepas secara perlahan. Dia melipatnya rapi, meletakkan di atas nakas menyisakan kaus putih tipis yang melekat dengan kulit.

Pada detik berikutnya Samuel menyibak selimut Liliana, menempatkan gadis itu di atas pangkuannya.

"Jangan menyesal. Aku ingin melakukan dengan caraku yang biasa," ucap Samuel pelan.

Mata Liliana terpejam ketika Samuel mendekat, mengecup serakah bibirnya. Gadis yang murni. Lihatlah betapa bingung bibir itu sekarang. Terkatup atau terbuka. Bereaksi atau diam saja.

Baiklah, Samuel akan mengajari. Lidahnya mengambil alih, menggoda lipatan bibir Liliana hingga membuka. Ciuman serakah di awal kian menuntut. Gadis di atas pangkuannya mengikuti panduan dengan baik. Liliana sesungguhnya adalah murid yang mudah diajari.

Samuel beralih mengecup leher Liliana. Harum. Samuel menyadari perempuan ini tidak sakit. Lingerie dan parfum yang disemprotkan malu-malu adalah bukti bahwa Liliana memancingnya ke dalam perangkap.

Erangan pelan membelai telinga Samuel. Liliana kesulitan bernapas akibat dihujani ciuman penuh gairah. Dia telah menyalakan tombol kebuasan dalam diri laki-laki itu dan terlambat untuk mematikannya.

Samuel mengangkat lengan Liliana, meloloskan lingerie putih secara tergesa. Laki-laki itu mengangkat lengannya sendiri untuk meloloskan kaus putihnya. Liliana tak punya waktu untuk mengagumi betapa sempurna otot-otot maskulin laki-laki itu sebab dia kewalahan menghadapi serangan yang Samuel lakukan di sekujur tubuhnya.

SWINGER CLUBTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang