Samuel berdiri dengan raut wajah khawatir. Action figure Batman, Robin, dan Joker di atas hard disk komputer. Lemari kayu hitam setinggi dua meter. Ranjang king size hitam berseprai putih. Satu hal yang dapat Liliana simpulkan saat membuka mata, ini bukan kamarnya.
Bangkit dari baringnya, Liliana segera menyadari terjadi sesuatu. Kepalanya masih pening, tetapi dia melihat dengan jelas pantulan di cermin. Seragam sekolahnya berantakan. Terkancing tetapi kusut. Liliana merasakan perbedaan di sela paha. Dia berteriak saat menyentuh cairan bercampur darah.
"Sam..." Liliana berkata lirih. "Apa ini?"
"Aku minta maaf." Samuel menghampiri Liliana.
"Aku... Aku kenapa?"
"Kamu dan aku sama-sama mabuk lalu... " Samuel mencoba menenangkan Liliana. Kalau bisa memilih, dia lebih suka bercinta dengan yang bukan perawan. Gadis yang masih polos hanya menambah masalah.
Toleransi Samuel pada alkohol relatif tinggi. Dia kira Liliana serupa. Tumbuh di kota besar yang terkenal akan gemerlap dunia malamnya, Samuel tak percaya jika Liliana belum pernah menyerempet dosa. Sekarang dia menyesal. Pantas saja sempat kesulitan menembus pertahanan Liliana.
"Maaf, aku sudah...." Samuel tidak tahu bagaimana cara melanjutkan kalimatnya. "Tapi kalau kamu hamil, aku bersedia bertanggung jawab."
Liliana masih perawan sampai dua jam yang lalu. Dia polos dan kurang pergaulan. Namun bukan artinya bodoh untuk memahami apa yang terjadi di antara mereka.
Novel erotis yang Liliana baca bohong semua. Joy menggambarkan dengan tepat, menjual mimpi. Hubungan intim tidak ada enak-enaknya, malah sakit yang dia rasakan.
Otak Liliana memutar ulang perkataan yang beberapa detik lalu dia dengar. Samuel bilang akan bertanggung jawab kalau dia hamil. Jadi benar, mereka telah melakukan hal terlarang.
Liliana hanya memikirkan satu-satunya bentuk tanggung jawab yang mungkin. Pernikahan. Liliana belum lulus SMA, tetapi mimpinya selain menjadi penulis adalah ingin pangeran tampan membawanya pergi dari rumah. Membebaskan dari orang tua yang kolot.
Samuel mengerti kesukaan Liliana. Mendukungnya sejauh ini. Laki-laki ini pun sudah bekerja. Jika mereka menikah, hidupnya akan terjamin lahir dan batin.
Samuel sudah putus dari Odelia. Liliana ingin berjingkrak bahagia. Tetapi, bagaimana jika Samuel menemukan Odelia-Odelia lain? Otak Liliana berpikir cepat.
"Mungkin... Mungkin... Memang aku yang payah." Liliana menyandarkan kepala ke dada Samuel. "Aku cuma tahu hal semacam ini dari novel yang kubaca."
Samuel pikir dia akan mendapat tamparan bolak-balik. Samuel kira Liliana akan menjerit histeris karena keperawanannya dicuri. Namun, reaksi perempuan ini sangat tak terduga.
"Samuel, aku boleh tanya?" tanya Liliana ragu-ragu.
"Ya."
"Apa kamu sering melakukan hal ini sama Kak Odelia?"
Tubuh Samuel menegang. Liliana masih tampak pemalu, tetapi bagaimana bisa perempuan pemalu menanyakan hal pribadi?
"Sudah malam, aku antar kamu pulang." Samuel menghindar dari kewajiban menjawab pertanyaan itu.
Baru saja Samuel beranjak dari sisi Liliana, tangannya diraih.
"Aku sering membaca di novel, kalau orang berpacaran biasanya melakukan itu." Liliana menunduk, tak berani menatap mata laki-laki yang memandanginya.
"Maafkan aku. Pegang janjiku aku nggak akan melakukannya lagi sama kamu."
Pupus harapan Liliana. Ketegasan Samuel menciutkan nyalinya untuk memaksa. Maka dia mengangguk lesu. Berjalan ke pintu mengekori laki-laki yang telah meninggalkan jejak pada tubuhnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
SWINGER CLUB
عاطفيةLiliana Dermawan dan Benedict Andes bertemu di Swinger Club. Liliana dipaksa Samuel, suaminya untuk melakukan hubungan terlarang dengan Ben, sementara itu Samuel berhubungan dengan Chika, tunangan Ben. Pertemuan singkat pada malam itu tidak selesai...