Bab 36

781 40 2
                                    

Pukul dua puluh satu nol nol. Kantor Samuel sudah kosong saat dia melintasi selasar sepanjang ruangan para direksi dan karyawan. Semua pekerja sudah pulang beberapa jam yang lalu. Samuel masih tidak terima kekalahan dalam tender meski matanya teramat lelah menghadapi layar laptop yang menampilkan banyak angka-angka.

Tidak ada yang salah dari spesifikasi teknis. Harga yang Inti Baja tawarkan cukup bersaing dengan Wijaya Tama. Namun, mengapa PT Engineering Indonesia justru memilih perusahaan Adam yang pernah melakukan kesalahan memasok besi di proyek sebelumnya?

Otak Samuel tidak berhenti berpikir, berbeda dengan Mercedez Benz hitam miliknya dipintas lampu merah. Samuel mengendurkan ikatan dasi lantas menekan nomor seseorang pada menu panggilan cepat.

"Selamat malam, Pak Bos Denni. Apa kabar?"

[Bos Samuel bisa saja. Alhamdulillah, saya baik.]

Tawa renyah di ujung panggilan menyambut Samuel. Dia ikut tertawa,

"Baguslah, gimana, nih, Pak? Mungkin Bapak ada kepentingan yang bisa kami bantu?"

Lawan bicara Samuel terbahak.

[Kalau untuk itu, kita perlu bicara empat mata. Justru saya yang ingin bertanya, ada yang bisa saya bantu?]

"Ah, iya, Anda betul sekali. Saya memang butuh bantuan. Malam ini saya mau ketemu teman di Amora Scarlet. Bisa diamankan?"

Hening menyapa pendengaran Samuel. Laki-laki itu terdengar berbicara dengan seorang wanita.

[Apa tidak bisa hari lain, Bos Sam?]

"Loh, ada apa memangnya?" tanya Semuel gusar, satu alisnya naik, dia tidak suka ditolak.

[Jangan marah, Bos. Kebetulan malam ini kami ada penggerebekan di sana. Kami menerima laporan ada pasangan suami istri pengusaha yang pesta sabu.]

Tawa Samuel meledak, tanpa disebutkan dia sudah tahu. Pengusaha itu laki-laki bodoh, takluk di bawah kaki istri artisnya. Namun. dia sudah terlanjur janji pada Chika. Sesuatu di selangkangannya sudah membengkak sejak tadi menuntut untuk disalurkan.

"Saya tetap akan ke sana. Bapak pasti tahulah bagaimana caranya melepaskan saya."

Embusan napas terasa berat mengelusi telinga Samuel. Sesaat setelahnya, laki-laki di seberang panggilan menyahut pelan.

[Baiklah, akan saya bantu, tetapi setelah ini saya harap Bos Sam mengurangi pergerakan. Butuh banyak biaya membungkam mulut untuk menyelesaikan kasus penyerangan Direktur Wijaya Tama di Malimping dan JAWS Hospital.]

***

 
"Sam!" Chika memekik menyambut Samuel di depan pintu. Dia menghambur ke pelukan laki-laki itu. Samuel mengunci pintu

"Berbalik!" bentak Samuel garang.

"Wow, Sam! Kamu tidak sabaran sekali. Aaakh!"

Chika memekik saat Samuel menjambak bathrobe lantas meloloskan benda itu dengan mudah. Samuel menghempasnya ke ranjang. Kini dia menungging bagaikan hewan berkaki empat. Tangannya diikat ke belakang. Samuel kemudian menarik rambutnya.

"Sakit, Sam!"

"Kamu sendiri yang meminta ini, wanita nakal! Jangan salahkan saya jika melakukan sesuatu yang tidak biasa."

Protesnya dibalas Samuel dengan cacian lalu menampar bokong bulat Chika berulang kali hingga memerah. Dia menurunkan ritsleting, celana bahan itu jatuh teronggok, menumpuk di mata kaki.

"Aaakhhh!" Chika melolong kesakitan, ketika Samuel membenamkan kejantanan ke liang sanggama yang masih kering. Laki-laki itu melakukannya dengan sekali entakan. Perih sekali!

SWINGER CLUBTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang