Bab 26

1K 53 2
                                    

Liliana bergeming mendengar penjelasan Benedict, bahkan setelah laki-laki itu memutus sambungan selular. Seharusnya dia tidak larut dalam euforia semua yang diberikan oleh Benedict.

Ingat, Lil! Benedict itu punya Chika! Mereka bertunangan and soon to be marriage. Tahu diri sedikitlah! Batin Liliana meronta-ronta, menghakimi pikiran bodoh yang baru saja muncul di otaknya.

Namun mengapa Benedict membatasi akses dengan Chika? Liliana teringat dengan kunci pas apartemen yang diganti Ben. Sudut egoisme berusaha membela diri. Jangan sampai terjatuh kedua kalinya, tegur sisi hati Liliana yang lainnya. Ya, tanpa sadar Liliana mengangguk membenarkan. Samuel yang dulu dikenalnya manis dan perhatian, nyatanya sama atau bahkan melebihi monter biadab dan menakutkan.

"Aku harus fokus lepas dari Samuel. Nggak usah mikirin yang lain—"

"Yang lain itu aku?"

Liliana tergemap, terkinjat sampai sikunya membentur pinggiran sofa, ponsel lawas dalam genggaman berpindah tempatn jatuh menghantam ubin.. Liliana sontak menoleh ke asal suara, wajahnya memerah beberapa saat. Laki-laki yang sejak tadi mengusik perdebatan di dalam pikirannya berdiri di ambang pintu.

Sejak kapan dia ada di sana?

"B-Ben?"

Laki-laki itu merentangkan tangan lantas tertawa lebar, "Yaps, that's my name."

"Bukannya tadi?" Liliana sulit meneruskan kalimat, tangannya terangkat pelan, memijat pangkal hidung lalu mengembuskan napas. Seluruh tungkainya melemas oleh kesiap. Dia yang ingin memberi surprise untuk Ben, kenapa justru sekarang Liliana yang terkejut.

"Aku berubah pikiran." Benedict mendekati Liliana, lantas menumpukan siku di sandaran sofa. "Sepertinya kejutan dari Liliana Dermawan jauh lebih menarik."

Embusan napas Benedict mengelusi wajah Liliana. Aroma sitrus bercampur musk dan sandalwood memenuhi indra penciuman. Wangi. Liliana membuang tatapan jengahnya ke ujung kaki, kemudian meraih ponsel lantas meletakkan benda persegi itu di atas meja.

"Kamu enggak mengantar Chika?" tanya Liliana pelan. Halus tetapi terdengar merajuk. Oh, Liliana, what the hell are you doing now? Tatapan Liliana kini berpindah kesepuluh jemari yang bertaut di atas paha.

Benedict terbahak lantas mengacak rambut. Laki-laki itu menegakkan punggung, kemudian memutari kursi, ikut bergabung bersama Liliana. Benedict meraih tangan Liliana lalu menautkan jemari, menepukkan ke pahanya sendiri. Laki-laki itu tersenyum kecil.

"Aku ingin bersamamu hari ini."

Batin Liliana mencelus, akal dan hatinya kembali bergumul kuat.

"Kenapa memilih bersamaku? Chika itu tunanganmu."

Benedict terdiam, sampai saat ini pun dia masih tidak yakin dengan yang dia lakukan. Apakah dia jatuh cinta? Benedict belum tahu. Untuk urusan wanita, laki-laki terkadang akan melepaskan setelah berhasil meraih yang diinginkan. Kaumnya akan berpikir jika wanita itu sudah tidak menantang lagi setelah berhasil ditaklukkan. Nyatanya Ben ada di sini dan mengabaikan umpatan kasar Chika saat mereka bertelepon tadi.

Pertama kali bertemu Liliana di Otak Kanan Kafe menggelitik rasa penasaran Ben. Benar seperti dugaan, Liliana memiliki banyak rahasia. Ketika berhasil menidurinya di Swinger Club, hasratnya terpuaskan, tetapi rasa ingin tahunya semakin besar. Kemana wanita itu melarikan diri? Alibi menguntungkan yang membuat Samuel sampai detik ini tidak berani main hakim sendiri dengannya.

Meski bukan orang pertama yang menyelamatkan Liliana, ada rasa bangga menyelusup ke dalam hatinya. Liliana mencari Ben demi mencari perlindungan setelah nyaris tertangkap Samuel di apartemen Joy. Ibaratnya penilaian karyawan, target Benedict sudah tercapai. Seperti kebiasaannya, seharusnya sekarang Benedict kembali berburu mangsa baru. Namun, pikirannya dipenuhi Liliana, meski ada Chika yang jelas-jelas tunangannya.

SWINGER CLUBTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang