BAB 16

2.5K 112 11
                                    

Konsentrasi Benedict buyar. Seharian tubuhnya berada di kantor, tetapi pikirannya melalang buana menembus dinding, terbang ke angkasa. Otak Benedict dipenuhi kekalutan. Bagaimana kalau Samuel berhasil menemukan Liliana? Bagaimana kalau Liliana disiksa lagi lalu tidak selamat?

Mata kuliah Kriminologi yang diam-diam Benedict ikuti saat masih mahasiswa, menyusup masuk ke dalam memorinya. Setelah 8 tahun lulus kuliah, baru dia rasakan manfaatnya sekarang.

Benedict memilih peminatan hukum bisnis meskipun berlawanan dengan kesukaannya. Benedict kecil menyukai kartun Detective Conan. Memperhatikan petunjuk kecil dari hasil tindak kejahatan lalu menggiring pada pelaku utamanya sangatlah menantang. Benedict ingin menjadi jaksa penuntut umum atau pengacara pidana.

Sayang sekali uang kuliahnya dibayar oleh sang ayah. Sehingga suka atau tidak, ayahnya lah yang berkuasa menentukan jalan hidupnya. Gilbert berkeras memaksa calon penerus HAD Law Firm mengambil peminatan hukum bisnis. Apa lagi penyebabnya kalau bukan faktor uang? Klien kakap datang dari kalangan pengusaha. Sementara perkara pidana seringnya mendatangkan sedikit uang, kecuali perkara pidana yang berhubungan dengan perusahaan.

Salah satu materi kuliah yang Benedict ingat adalah Sosiologi Kriminal di mana membahas Etiologi sosial. Benedict mendapat pencerahan bagaimana suatu kejahatan bisa timbul. Teori psikogenesis menjelaskan rasa frustrasi dan tekanan kepribadian dapat mendorong seseorang melakukan kejahatan.

Layar komputer di hadapan Benedict menyala, menampilkan deretan huruf yang merangkai jawaban atas gugatan lawan. Seharusnya dia menyelesaikan ini, tetapi benaknya malah memikirkan ucapan Samuel. Perkawinannya dengan Liliana dipertahankan demi citra baik. Samuel sadar kelangsungan bisnis bergantung pada kesan baik. Hal ini cukup menjadi pendorong bagi Samuel untuk memperjuangkan habis-habisan Liliana agar kembali ke pelukannya.

Percuma memaksakan bekerja jika pikirannya ke mana-mana. Benedict mematikan komputer, beranjak dari kursi empuk, menyambar jas di sandarannya lalu keluar dari ruangan.

Tatapan menyelidik para junior associate secara sembunyi-sembunyi mengikuti langkah Benedict. Dia sedikit bersyukur karena senior associate punya ruangan sendiri sehingga tak terlalu memperhatikan aktivitas yang terjadi di luar. Junior associate tak terlalu Benedict khawatirkan, sebab mereka hanya bisa bergosip.

Pukul 5 sore. Benedict akan menuju mall untuk membeli beberapa lembar pakaian wanita.

***

"Hai, Ben." Liliana sudah bisa tersenyum lebar saat melihat siapa yang datang ke ruang perawatan membawa paper bag berlogo pakaian.

"Gimana kabar kamu hari ini?" Benedict membalas senyum Liliana. Keadaannya jauh lebih baik dibandingkan pertama kali mereka bertemu.

"Baik."

"Syukurlah." Benedict lega. Seharian dia cukup frustrasi memikirkan cara menelepon Liliana. Samuel sejatinya tahu Benedict bersama Liliana. Jika dia belum bertindak sampai detik ini, kemungkinan besar menunggu itikad baik Benedict.

"Tadi Samuel datang ke kantor," ucap Benedict.

Liliana terkesiap. Darahnya seakan membeku mendadak.

"Dia memintaku mengembalikanmu kepadanya," lanjut Benedict jelas tanpa menutupi apa pun.

"Tolong, jangan kembalikan aku ke Sam...." Air mata Liliana mengalir. Napasnya berpacu cepat.

Baiklah. Benedict harus menentukan posisinya. Apakah dia mau berpihak pada Samuel atau menjadi pelindung Liliana. Benedict memang tidak mau mengantarkan Liliana pulang kepada suaminya, tetapi dia tidak mungkin memaksa Liliana tinggal bersamanya jika Liliana tidak mau.

SWINGER CLUBTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang