BAB 14

2.6K 110 10
                                    

Apakah ponsel Benedict diretas atau dipasangi penyadap oleh Samuel? Astaga, dia jadi paranoid kalau-kalau Samuel tahu Liliana disembunyikan olehnya. Sebelumnya, Benedict hanya satu kali melihat Samuel berkunjung ke kantor HAD Law Firm, saat mengurus pembelian saham sebuah rumah sakit. Samuel dikenal sebagai direktur utama PT. Intibaja Cemerlang, tetapi dia hobi mengoleksi saham-saham perusahaan lain yang sekiranya bermasa depan cerah. Sebutlah rumah sakit salah satunya. Pandemi Covid-19 menyadarkan Samuel bahwa sektor kesehatan krusial di masa depan. Kesadaran menjaganya bertambah dan manusia semakin takut mati. Lalu kenapa Samuel ke sini sekarang, mencarinya pula?

Benedict berpikir cepat. Serta merta menoleh ke samping. Sherly ikut menatap dirinya bersama Ratna. Jangan-jangan dia....

"Ikut gue!" Benedict menarik tangan Sherly sebelum rekannya sempat mengajukan keberatan.

"Sebentar woi. Sakit, tolol!" Sherly menarik pergelangan tangan kanannya yang dicengkeram erat sambil diseret. Tangan kirinya mencopot sepatu high heels lalu digetokkan ke kepala Benedict.

"Shit!" umpat Benedict. Sherly memang ganas. Bukan hanya mulutnya yang sampah, kelakuannya juga mirip preman pasar.

Benedict membawa Sherly turun menggunakan lift. Dia baru melepas cekalannya setelah mereka tiba di parkiran basement. Benedict sengaja memilih tempat ini karena jarang dilalui orang.

"Gila, lo cewek atau bukan sih? Mulut lo kasar, kelakuan lo binal, dada lo triplek," omel Benedict sebal sembari sibuk meraba kepalanya yang digetok Sherly dari tadi. "Kepala gue bocor nggak nih?"

"Nggak dong. Pukulan gue selalu bisa meluruskan otak yang geser. IQ lo pasti meningkat." Sherly memakai kembali sepatunya dengan santai tanpa merasa bersalah hampir menyebabkan kerusakan otak permanen. "Hmm, gue salah mukul kepala lo. Harusnya gue pukul baby carrot lo supaya nggak celup-celup sembarangan," ucap Sherly tak lupa sambil menatap tajam aset berharga kebangaan Benedict.

"Lo nggak ngadu yang aneh-aneh sama bokap gue kan?" tembak Benedict tanpa basa-basi.

"Memangnya Pak Gilbert nggak tahu kelakuan aneh anaknya?"

"Serius sedikit, Dada Triplek," gerutu Benedict sebal. Apa Sherly tidak tahu hidup banyak orang berada di ujung tanduk kalau berurusan dengan Keluarga Lunggono?

"Oh gitu, jadi gue Dada Triplek. Ngambek ah." Sherly melancarkan aksi tutup mulut. Dia mengatupkan bibirnya, malah membuat gerakan mengunci imajiner.

"Bukan saatnya bercanda. Joy ditembak."

Keisengan Sherly meluntur. Bibirnya terbuka. Benedict menatap Sherly tajam.

"Joy siapa?"

"Aurea Joy Wiyono, sahabat Liliana." Benedict merasa sesak menyebutkan nama itu meskipun belum pernah bertemu muka.

"Siapa yang nembak?" bisik Sherly.

"Belum diketahui, tetapi dugaan gue orang suruhan Samuel Lunggono."

Sherly memekik seraya membekap mulutnya sendiri.

"Sher, Samuel itu berbahaya. Sebaiknya lo jauh-jauh dari dia kalau bukan urusan pekerjaan. Gue mengingatkan ini sebagai seorang teman."

"Iya makasih, Ben." Sherly mengangguk. Sikap tengil dan jailnya menghilang. Sekarang sedikit pucat. "Semoga Joy baik-baik saja, tapi kenapa dia ditembak?"

"Karena menyembunyikan Liliana."

Pucat di wajah Sherly bertambah. Apa dia bisa dianggap ikut menyembunyikan istri Samuel Lunggono?

"Selama lo diam, gue aman, lo aman, Liliana aman. Lo nggak bilang apa-apa sama siapa pun mengenai Liliana kan?" tanya Benedict.

Sherly menggeleng. Untunglah dia belum membagikan gosip ini pada siapa pun.

SWINGER CLUBTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang