Bab 25

970 50 3
                                    

Liliana mengembuskan napas panjang ketika masuk ke mobil lantas mengenyakkan punggung. Arnold memintanya duduk di kursi penumpang, antisipasi dari anak buah Samuel yang bisa saja mencurigai laki-laki itu. Arnold menegakkan punggung, menatap Liliana dari kaca persegi di atas kemudi. Satu alisnya naik mendapati Liliana tampak lesu.

"Seharusnya kamu senang udah ketemu sahabatmu." Arnold menghidupkan mesin sembari mengamati sekeliling.

Sepertinya Samuel tidak tahu kalau istrinya sedang bersamanya. Untung saja, dia tidak sedang di proyek LNG Sulawesi saat Liliana tiba-tiba menelpon mengharap pertolongan. Arnold sebenarnya enggan berurusan dengan kehidupan pribadi orang lain, meski itu sahabatnya sendiri. Namun, Samuel bisa membunuh Liliana jika dibiarkan.

Orang yang menyelamatkan Joy sepertinya sengaja memilih RSUD Sudirman. Samuel tidak akan pernah menyangka jika putri Felix Wiyono akan dirawat di rumah sakit umum pemerintah alih-alih rumah sakit swasta yang mewah.

"Thanks, ya, Nold. Kalau enggak ada kamu dan Joy, aku enggak bisa membayangkan ...."

"Sudahlah, Li. Enggak usah diungkit lagi," sahut Arnold sembari menancap gas. Berlama-lama di parkiran mengundang perhatian, Arnold menjaga segala kemungkinan.

"Nold, kamu tahu nggak Samuel dan Joy pernah terlibat masalah?" tanya Liliana hati-hati. Jika Arnold adalah sahabat Samuel, bisa saja pria ini mengetahui sesuatu.

"Maaf, Li. Samuel memang sahabatku, tetapi aku nggak tahu soal bisnisnya. Lagian bisnis keluarga Lunggono dan keluarga Wijaya berbeda."

"Iya sih," sahut Liliana. Sepakat dengan pemikiran Arnold. "Apa Samuel pernah memakai jasa perusahaan Joy?"

Arnold tercenung sesaat, "Sepertinya enggak deh." Mata pria itu berbinar seperti mengingat sesuatu. "Mungkin saingan bisnis Samuel yang pernah memakai jasa Felix Wijaya.

"Maksudnya?"

"Ayolah, Li." Arnold terbahak, Liliana yang terlalu lugu atau wanita ini memang tidak tahu sisi kelam suaminya?

"Enam tahun lalu, Samuel pernah memenangkan tender suplai baja dari Kementrian PUPR. Semua orang tahu kalau Samuel ngedapetinnya dengan cara yang busuk."

Liliana memijat pelipis, otaknya jarang digunakan memikirkan hal-hal sulit. Samuel pun tidak pernah bercerita, dia cukup mengangkang saat suaminya itu butuh. "Sorry, Nold. Aku masih nggak mengerti di mana hubungannya dengan Joy."

"Felix Wijaya mencoba menggagalkan pertemuan Samuel dengan Kementrian PUPR. Itu saja sih yang kutahu."

"Begitu, ya? Makanya Samuel sangat membenci Joy." Liliana menganggukkan kepala. Sependeknya, dia sudah tahu apa yang harus dilakukan saat pulang nanti. "Nold, aku mau minta tolong lagi."

"Sure, selama aku di Jakarta aku pasti akan ngebantuin kamu kok.

"Aku ingin pulang ke rumah, kamu ...."

"What?"

Punggung Liliana menghempas jok empuk setelah terhantam ke kanan dan kiri. Arnold tiba-tiba keluar tol, membelok ke jalanan sepi lantas mengerem mendadak. Laki-laki itu berbalik, menumpangkan lengan di sandaran kursi. Pertolongan seperti apa yang diminta Liliana? Wanita ini ingin cari mati?

Liliana tersenyum miris, siapa pun yang tahu bagaimana perlakuan Samuel pasti akan menganggap tindakannya masuk akal.

"Aku ingin membalas perbuatan Samuel, Nold. Satu-satunya cara adalah pulang ke rumah."

"Dan kamu tahu sendiri, apa akibat dari keputusanmu ini?" Arnold mengacak rambut frustrasi. Apa yang sedang direncanakan Liliana? Arnold bergidik ngeri, atau katakanlah dia pecundang. Jujur saja, Arnold malas berurusan dengan Samuel. Kawannya itu tidak segan-segan membunuh siapa saja.

SWINGER CLUBTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang