Dua Puluh Enam

144 29 5
                                    

Vote dan Komen ya xixi

***☆***

Pagi telah tiba

Hari minggu, jadi tidak sekolah. Hari ini sekarang ini Kania, gadis itu akan menjenguk kekasihnya alias Saskara.

"Gimana? Udah beres semuanya?" tanya Pak Harun saat melihat Kania yang lagi membawa Paper Bag dari dapur yang isinya buah-buahan dan makanan lain.

"Udah kok, Beh. Kania berangkat ya?"

"Tau rumahnya? Dan naik apa ke sananya?" tanyanya.

"Tau kok dan Kania nanti naik ojek aja." Kania tersenyum.

Pak Harun manggut-manggut. "Ya udah hati-hati. Titip salam sama Saskara."

"Iya, siap!" ujarnya sambil mengacungkan jari jempolnya. Setelah itu dia pamit salam kepada Pak Harun.

Lalu berjalan keluar dari rumah ke depan rumah, dan di depan rumahnya sudah ada Tukang Ojek. Kemudian, Kania pun menaiki motornya setelah itu baru berangkat ke tempat tujuan.

*****

Di sisi lain. Sagara tampak bersiap-siap untuk pergi ke rumah Starla, untuk berbicara empat mata dengan Starla.

Sagara keluar dari kamar Apartement, lalu menuju lift dan sudah keluar dari Apartement menuju ke tempat parkir motor.

Setelah itu, baru dirinya menaiki motornya itu dan langsung pergi ke rumah Starla. Tidak lupa dia membeli beberapa makanan buat gadis itu.

Setelah beberapa menit akhirnya dia pun sampai di depan rumah Starla, turun dari motornya dan berhenti sejenak menatap ke rumah Starla yang bernuansa Bercat Putih.

Lalu, Sagara mengambil ponselnya untuk mengirim pesan ke Starla.

Sagara
|kluar, gue ada di dpn rmh lo

Setelah itu Sagara kembali memasukkan ponselnya di saku jaketnya, lalu duduk di kursi jok motornya menunggu Starla keluar. Dia ingin di luar aja, bukannya malu ketemu Orang tua-nya Starla, cuma dia ingin di luar aja.

Starla yang baru saja keluar dari kamar mandi di kamarnya.  Terkaget saat ponselnya berdering menandakan ada pesan masuk, lalu dengan segera gadis itu mengambil ponselnya di atas meja belajar lalu membuka isi pesan.

"Sagara?" gumamnya. Lalu Starla membacanya.

"Dia ada di sini? Apa gue keluar aja?" gumamnya saat sesudah membaca pesan itu.

"Ya udah ah, keluar aja." Setelah itu dia pun keluar dari kamar menuju ke depan rumah, membuka gerbang rumahnya sendiri kemudian dia terkejut saat melihat Sagara yang masih duduk di jok motornya.

"Ngapain lo?" tanya Starla dengan tatapan datar.

Sagara tersenyum tipis. "Mau minta maaf sama, kamu."

Starla mengerutkan dahinya. "Minta maaf? Buat apa? Lo ... gak salah kok." Starla tersenyum kikuk.

Sagara bangkit dari tempat duduknya lalu berjalan menghampiri Starla. Sedangkan Starla hanya terdiam mematung.

"Star ... aku bener-bener minta maaf sama kamu."

"Sa? Udah deh, gak usah minta maaf segala. Aku juga ngerti kok, kamu kek gitu karena takut aku berpaling dari kamu, 'kan?" tanya Starla yang kini dengan tatapan lembut.

"Ya udah deh ...."

"Eh, aku bawa Es Krim ini buat kamu." Sagara menyodorkan wadah besar yang isinya Es Krim.

Starla pun menerimanya. "Makasih."

"Sama-sama, Sayangku." Sagara tersenyum manis lalu mengusap rambut Starla.

"Mau makan bareng gak?" tanya Starla.

"Boleh. Di mana?" tanya Sagara.

"Di taman itu aja!" jawab Starla sambil menunjuk ke tempat taman yang di dekat komplek perumahan dirinya.

"Ya udah ayo!"

Mereka pun segera ke tempat itu lalu duduk di bangku yang ada di sana. Setelah itu mereka memakan Es Krim itu barengan.

"Kena kamu!" ujar Starla saat sesudah mengoleskan Es Krim tersebut ke wajah Sagara.

"Ih! Starla!" kesal Sagara yang membuat Starla tertawa.

Lalu, Sagara membalas perbuatan Starla. Dan alhasil mereka main mengoleskan Es Krim tersebut ke wajah masing-masing.

Setelah itu, Starla berlari menghindari Sagara yang ingin mengoleskan lagi dan alhasil mereka main kejar-kejaran, dengan tertawa menemani mereka.

"Kena lo!" ujar Sagara sambil memeluk Starla dari belakang.

"Ish! Sagara! Lepasinn!" balas Starla memberontak.

"Diem. Sayang, nyaman kek gini," bisiknya sambil menyimpan kepalanya di bahu Starla.

Starla hanya pasrah. "Ya udah," ujarnya cemberut.

***♧***

Kania sudah sampai di depan rumahnya Saskara. Dia pun turun dari motor lalu masuk ke dalam, di izinin sama Pak Didin--Penjaga rumah Saskara, Satpam.

Kania menghela nafasnya lalu mengetuk pintu rumah tersebut. Selang beberapa menit pintu terbuka menampakkan Maya--Ibunya Saskara.

"Siapa, ya?"

Kania tersenyum canggung. "Kania, Tan. Pacarnya ... Saskara."

"Oh kamu yang namanya, Kania? Saskara sering lho menceritakan kamu."

"Beneran, Tan?"

"Bener kok."

"Oh iya. Mau jenguk Saskara?" lanjutnya bertanya.

Kania mengangguk kaku. "I-iya, Tante."

"Ya udah ayo masuk." Maya kembali masuk ke dalam rumah di susul oleh Kania.

Dan mereka langsung pergi dari kamar Saskara. Maya membuka pintu kamar Saskara, masuk ke dalam diikuti oleh Kania dari belakang. Terlihat ada Saskara yang berbaring di kasur.

"Saskara. Kania datang jenguk kamu nih."

Saskara yang sedang bermain ponsel pun mendongak dan melihat Kania berdiri di ambang pintu.

"Kan ... sini, Sayang."

Kania tersenyum canggung lalu berjalan menghampiri Saskara dan duduk samping cowok itu.

"Kok gak ke rumah sakit?"

Saskara menggeleng. "Gak. Gak mau ke rumah sakit."

"Kenapa?"

Saskara tersenyum tipis. "Gak papa."

Kania manggut-manggut. "Semoga cepet sembuh, Kara."

Saskara hanya tersenyum di bibir pucatnya. "Makasih, Kania Sayang." Saskara memegang tangan Kania dan menatapnya lekat.

"Oh iya. Ini aku bawain makanan buat kamu. Isinya buah-buahan dan makanan lain." Kania memperlihatkan Paper Bag yang di bawanya.

"Eh ... padahal mah gak usah, ngerepotin kamu jadinya," ujar Maya.

Kania mendongak ke arah Maya. "Gak papa kok, Tante."

"Di sini dulu ya? Temenin aku?" Kania hanya mengangguk.

Untuk Burhan. Ayahnya Saskara, dia pergi entah ke mana. Tidak memperdulikan Saskara, Anaknya yang sedang sakit itu.

Bersambung

Beberapa part lagi TAMAT

SAGARA[Tamat&Lengkap]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang