CHAPTER 46🦋

9K 700 16
                                    

Happy reading ❤️
Jangan lupa vote dan komennya⁉️

Follow Ig :
[ @wp_xyrin.yy & @xyrin.yy ]

****

"BUNDA!" teriakan tersebut berasal dari Raisa, dirinya berlari memasuki perkarangan rumah besar milik orang tuanya dengan wajah yang sudah terbanjiri air mata.

Kakinya terus berlari sampai akhirnya terhenti mendengar isakan bundanya di kamar milik orang tuanya itu.

Saat Raisa mendapatkan kabar tersebut dirinya langsung berlari dari rumahnya sampai rumah bundanya dengan tangis yang tak reda, mungkin bagi yang melihat bisa saja berfikir jika Raisa ini orang gila.

Dengan perlahan dan tangan yang bergetar ia memegang knop pintu tersebut dengan perlahan, "bunda ais izin masuk" ucapnya pelan entah bakal terdengar ataupun tidak Raisa tak tau.

Pertama kali yang Raisa lihat setelah pintu tersebut terbuka adalah ayahnya yang terbaring kaku, dengan bundanya yang menangis disebelahnya.

Tubuh Raisa seperti terkunci semuanya, lemas dan kaku menjadi satu, bibirnya tak mampu berucap apa-apa, kakinya tak mampu mendekati mereka, kekuatannya seperti hilang begitu saja.

Cinta pertamanya meninggalkannya! Meninggalkannya untuk selamanya.

Posisi Raisa masih sama berdiri didepan pintu sampai beberapa menit sampai akhirnya elusan lembut yang ia dapat di kepalanya membuat ia menoleh.

Suaminya menatapnya dengan tatapan khawatir sekaligus ada penyesalan sedikit di matanya.

"Kenapa nggak masuk hm?" Tanya arsaka sembari membawa tubuh rapuh istrinya ke dalam pelukannya.

Bibir Raisa masih terkunci, ia enggan menjawab bahkan untuk membalas pelukan suaminya pun ia sangat malas.

"Masuk, temuin bunda tenangin dulu bunda ya, nanti biar ayah aku yang ngurus" ucap arsaka tangannya ia tangkup di kedua pipi Raisa dengan menatap kedua manik mata istrinya yang begitu terlihat rapuh.

Dengan perlahan Raisa akhirnya memasuki kamar tersebut, setelah sampai di belakang bundanya tangannya mengusap air matanya terlebih dahulu, agar bundanya tak tambah sedih.

"Bunda" ujarnya lirih.

Sang bunda menoleh, dan dengan sigap langsung memeluk putri kesayangannya, tangisan bundanya yang terdengar begitu menyakitkan ditelingannya membuat Raisa tidak bisa menahan air matanya kembali.

"Ayah is"

Suara tersebut terdengar begitu pilu, Raisa terus saja mengusap punggung bundanya walau pun ia sebenarnya juga sama seperti bundanya.

Dengan posisi Raisa yang masih memeluk bundanya, tatapannya bisa melihat seorang laki-laki cinta pertamanya, orang yang selalu memanjakannya, orang yang selalu ada untuknya, orang yang selalu memberikan kasih sayang dan perhatian lebih untuknya sekarang sudah tidak bisa apa-apa, tubuhnya sudah kaku, raganya sudah hilang.

Tapi dengan jelas juga wajah ayah Raisa tidak pucat bahkan bibir ayahnya tersenyum tipis tapi senyuman tersebut terlihat begitu indah.

"Sayang"

Panggilan tersebut membuat bunda Raisa dan juga Raisa langsung melepaskan pelukannya dan melihat dengan kompak arsaka yang berada dipintu.

SIBUCIN YANG BERKEDOK GUS!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang