CHAPTER 3🦋

33.5K 2.2K 30
                                    

HAPPY READING BESTIE
JANGAN LUPA VOTE KOMENNYA
.
.
.

Ini masih pukul 6 pagi tetapi Raisa sudah berkutat didapur bersama umi zaitun dan Safira.

Mereka akan membuat makanan untuk sarapan pagi, karena hari ini mereka sudah akan disibukkan dengan kegiatan lagi setelah 2 hari libur.

"Kamu beneran mau masuk hari ini is?" pertanyaan itu terlontar dari mulut sang umi.

"Iya umi, kalau nggak masuk hari ini, ais juga bingung mau ngapain kan hari ini Gus saka udah berangkat ke kantor" memang kyai Abdurahman mempunyai beberapa kantor, jadi tidak hanya mengurus pesantren dia juga dulunya pembisnis, tapi karena umurnya yang udah agak sepuh jadi ia libatkan arsaka didalamnya.

"Iya juga, tapi kamu dipesantren nanti cuma sekolah kan? Setelah itu pulang kesini?"

"Iya umi, Ais kan udah punya suami kalau Ais nginap dipesantren suami Ais gimana nanti, masa minta dipeluk umi lagi kalau mau tidur" sontak ucapan Raisa membuat mereka tertawa.

"Nah itu is, Arsaka juga sering banget nangis haha" ucap Safira sambil tertawa.

"Emang iya kak?" tanya Raisa penasaran.

"Iya lah orang sebelum kamu menikah, kan umi sama Abi kerumah kamu, nah itu umi nggak bilang dulu ke arsaka dia nyariin sampe ke pesantren terus pas balik lagi kesini sambil nangis" mendengar cerita Safira, Raisa tertawa.

Jujur Raisa sangat bersyukur mendapati keluarga dari sang suami yang gampang akrab dan juga sangat menghargainya.

"Terus ya, pas umi sakit kan arsaka harus dipeluk baru bisa tidur, nah umi nggak bisa bangun pas itu untuk meluk arsaka biar dia bisa tidur, masa dia ngebet ke kamar umi terus tidur sama Abi dan umi ditengah-tengah" sontak Raisa tertawa lagi.

"Buka aib, dosa" ucapan itu menghentikan tawa keduanya, lalu mereka menoleh dan mendapati arsaka yang sudah ada dibelakang mereka dengan tubuh yang bersandar di pintu kulkas.

"Allah memang menutup aibku tetapi kakakku meroastingnya didepan istriku" ucapan arsaka itu membuat Raisa dan Safira yang tadi menghentikan tawanya sekarang lanjut tertawa.

"Biar istrimu itu tau kelakuanmu Ar" cercah Safira. arsaka hanya memutar bola matanya malas, setelah itu berjalan mendekati Raisa.

"Udah selesai hm?" tanya arsaka sambil memeluk tubuh Raisa.

"ASTAGHFIRULLAHALAZIM, INGET TEMPAT!" teriakan Safira justru mengagetkan umi dan abinya.

"Astaghfirullah, kenapa Safira!" tanya sang Abi.

"Ini abi, arsaka tuh peluk-pelukan didepan mata Safira, kan mata Safira jadi nggak suci lagi" adu Safira.

"Bilang aja kalau iri" ledek arsaka masih dengan posisi memeluk Raisa bahkan pelukan itu sekarang semakin erat.

"Ih Gus lepasin dulu, malu ada umi dan Abi" ucap Raisa pelan yang langsung dijawab gelengan oleh arsaka.

"No! Mau gini aja nyaman soalnya" jawabnya dengan enteng.

Umi dan Abi yang melihat kelakuan Raisa dan arsaka sontak keduanya menggeleng-gelengkan kepalanya, berbeda lagi dengan Safira yang menatap keduanya kesal.

"Udah, ini udah selesai kan, sekarang sana keruang makan, biar umi yang bawa kesana"

"Biar Ais bantu umi" ucap Ais "Gus ini lepas dulu Ais mau bantu umi" lanjutnya sambil memegang tangan arsaka. sedangkan arsaka menghela nafas ia berjalan dengan wajah melas menuju meja makan.

"Ada yang perlu Safira bawa umi?" Tanya Safira.

"Kamu bawa minumnya aja saf" Safira mengangguk ia mengambil penampan yang sudah tersedia beberapa gelas dengan isian berbeda, ada kopi, teh, dan susu.

SIBUCIN YANG BERKEDOK GUS!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang