keempat puluh

40 18 26
                                    

Jangan lupa vote dan komen.

Happy reading💜
_________,,,,_______,,,,___

-123~-

Saat Arsya dan Alfi mencoba melindungi Nanda, mereka malah di kepung oleh antek-anteknya Fahri.

"Kita harus bantu mereka mir!" Bang Mandala yang sedari tadi sibuk menonton mulai khawatir saat melihat Nanda berhadapan dengan cowok cepak itu.

"Mir?" Bang Mandala menoleh kesana kemari tidak mendapati Amir, kemudian dia melihat keluar lobi ternyata cowok jangkung berkulit hitam itu sudah baku hantam dengan anak SMA 2 yang berkepala plontos.

"Ngambil aksi duluan dia bah!"

Nanda mencoba menghindari serangan cowok cepak ini, namun sepertinya cowok cepak ini cuma mengulur waktu.

"Woi!" Seru Nanda menatap cowok cepak itu. Lantas dia berhenti memberikan serangan bertubi.

"Oh denger ternyata, gue pikir lo tuli!" Hardik Nanda lalu melompat dan menendang kepala bagian kiri cowok cepak itu dengan kuat.

BUMP!!

Cowok terjatuh dan pingsan.

Mereka tidak percaya melihat Nanda melumpuhkan pria berbadan tegap dengan satu tendangan.

"Ini alasan bang Akim gak bolehin aku main tendangan ya!" Nanda bermonolog dan berbusung dada.

Namun.....

"Bercanda!" Cowok cepak itu bangkit dan melayangkan tendang menuju perut Nanda.

Walau sempat menangkis tapi tendangan itu cukup kuat bagi Nanda. Sempat terdorong cukup kuat namun    dia masih bisa berdiri. Efek latihan untuk pertarungan membuat kuda-kudanya kuat. Dalam latihan pertarungan Nanda di haruskan untuk tetap berdiri karna point terbesar dalam pertarungan adalah terjatuh atau di jatuhkan. Maka itu Nanda bisa mempertahankan dirinya dengan baik.

"Lo bisa tahan tendangan gue...?" Ujar cowok cepak tak percaya.

"Kepala lo aja gue tendang apalagi cuma tendangan sepel- uhuk!" Nanda terbatuk dan tubuhnya seketika meluruh. Kedua lutut Nanda menyentuh paving blok.

"Kalau kau udah capek-capek latihan, capek-capek kau mempertahankan posisimu, capek-capek kau mengabiskan waktumu untuk bertahan, tapi di satu waktu usahamu itu mengkhianati hasil, gimana? Kau mau menyerah?"

"Uhuk!! Uhuk!!! Huwek!!" Darah segar keluar dari mulut Nanda.

"Mau nyerah atau nggak itu ada di dirimu nan. Kalau mau masih bisa bangkit, ya bangkitlah! Jangan menyerah!"

"Nanda!!" Jerit Alfi melihat mulut Nanda sudah penuh dengan darah.

"Hahahahaha makanya jangan sombong bocah! Satu tendangan doang udah bikin lo babak belur gitu"

Nanda mendongak dan mencoba berdiri, walau susah tapi dia tidak menyerah.

Gue tau bang kim! Selama ini gue selalu mencoba yang terbaik tapi gue selalu gagal! Gue pengen jadi juara pertama tapi usaha yang udah gue rasa itu cukup ternyata gak ada apa-apanya. Gue dengan mudahnya nyerah! Tapi lo selalu semangatin gue..... Kali ini aja.... Kali ini ajaaa.... Gue gak mau nyerah!! Gue mau menang!!

Improvements Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang