kelima puluh

21 10 11
                                        

Jangan lupa vote dan komen.

Happy reading💜
_________,,,,_______,,,,___

- Perahu kertas yang tenggelam -

Arsya mengusak rambutnya pelan, dia melangkah melewati parkiran cewek. Satu motor yang tak asing, motor Nanda.

Rasanya sudah lama sejak pertikaian saat itu membuat jarak kedekatan mereka merenggang. Arsya enggan mengakui bahwa waktu itu ucapannya memang cukup menyakiti hati Nanda, dilain sisi dia benci jika Nanda selalu menyudutkan Deila. Lalu Alfi sebagai penengah pun malah ikut-ikutan dan tidak berada dalam sudut netral.

Arsya menghela pelan dan kembali melangkah. Suasana sekolah cukup tentram, para tukang sibuk memperbaiki fasilitas sekolah. Memang beberapa sudah di perbaiki namun masih ada yang harus dipoles agar tidak terlihat cacat.

"Bocah sekarang ya pada kelewatan ngono le.... Heran gue liatnya, dikit-dikit berantem, dikit-dikit tawuran kek gak ada hal lain yang bisa dilakuin"

Arsya tertegun sesaat, mendengar obrolan tukang yang tampaknya kesal dengan ulah dirinya dan kawan-kawan. Arsya pun mencoba bodoh amat tapi sulit karena apa yang dikatakan tukang itu sepertinya benar .

Arsya merengut dan terus berjalan menuju kelasnya. Dia memasuki kelas yang damai. Tampak Nanda sibuk dengan handphone pintarnya. Sepertinya sibuk menulis novelnya yang sudah tenggat waktu.

Arsya meletakkan tas dan duduk di sebelah Nanda. Tidak ada sapaan hangat seperti dulu, gadis itu tampak cuek dan dingin.

Tidak mau pusing dengan pikirannya, Arsya pun mengeluarkan handphone dari sakunya dan menyelami medsos.

Satu kelas menoleh satu sama lain, takut hal yang lalu terulang lagi. Veni dkk menatap Ira. Cewek itu paham dan diam di tempat. Adam dkk melirik Nanda dan Arsya bergantian, helaan napas lega meluncur begitu saja.

Tak lama Arman dan Johanes masuk ke dalam kelas dengan aksi kocak mereka. Tertawa terbahak dan seketika diam ketika melewati meja Arsya dan Nanda. Seolah paham akan situasi yang mencekam.

Nanda meletakkan handphone-nya.

Kelas langsung hening, terlintas pertikaian seminggu lalu. Semoga tidak ada keributan lagi begitulah harapan teman-teman sekelas.

"Gue mau ngomong sama lo" ujar Nanda tanpa memandang Arsya.

Cowok itu berhenti menatap handphone dan menoleh pada Nanda. Gadis itu segera beranjak dari kelas disusul oleh Arsya.

"Ikutin gak?" Tanya Fikri menyolek punggung Adam yang juga menatap kepergian Arsya dan Nanda.

Tanpa babibu Adam melangkah keluar mengikuti kedua sejoli itu.

.......

"Apa?"

Satu pertanyaan yang dingin terlontar dari Arsya.

Mereka berada di lapangan bola di belakang kelas TKR (teknik kendaraan ringan).

"Sampe kapan lo mau diamin gue?" Tanya Nanda menatap Arsya lamat.

Diam. Hembusan angin sepoi-sepoi menyertai keheningan itu.

"Nih" Nanda menyodorkan handphone-nya menunjukkan sebuah foto.

Improvements Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang