keempat puluh satu

34 14 16
                                    

vote dan komen.

Happy reading💜
_________,,,,_______,,,,___

3 hari setelah pertemuan Nanda dengan Deila yang berkesan kurang baik membuat Nanda enggan untuk melihat atau berpapasan secara tak sengaja dengan Deila. Rasa kesal yang membumbung tinggi mencapai ubun-ubun itu membuatnya nyaris hilang akal.

"Kenapa sih nan? Kita mau jenguk Arsya loh, kenapa muka lu jutek gitu?" Veni yang menyadari raut wajah teman semasa SMP nya yang terlihat muram dan suram itu hanya bisa bertanya-tanya dan bingung.

"Gapapa ven, gue lagi gak mood aja jumpa kadal gurun" ujar Nanda dengan pandangan lurus.

Saat ini mereka lagi diperjalanan menuju kantor polisi, Veni dan Nanda pergi barengan menggunakan motor Veni. Dan ada beberapa orang lagi yang ikut membesuk Arsya.

"Lu lagi marahan sama Arsya?" Tanya Veni yang memajukan kepalanya agar mendengar suara Nanda.

Nanda melirik Veni sebentar dan fokus dengan jalan lagi, "nggak, gue gak marahan. Cuma lagi kesel doang" balas Nanda.

Veni ber-oh ria dan memilih diam karena tidak tau mau membahas apa lagi, sedangkan Nanda sudah menyiapkan sumpah serapah untuk Deila jika gadis itu berada disana.

Awas lo!

Batin Nanda menggebu. Bahkan bibirnya sudah monyong-monyong gak jelas membuat Veni heran dan menggeleng pelan.

Setelah beberapa lama dijalan akhirnya mereka tiba di kantor polisi, sebelumnya mereka melapor dulu untuk menjenguk langsung kedalam sel, karna bukan hanya Arsya yang ingin ditemui oleh Nanda.

"Oh iya. Anwar, Adam, Fikri sama yang lain dimana?" Tanya Nanda yang berbalik celingak-celinguk mencari rombongan laki-laki yang ikut membesuk.

"Hm? Gak tau tuh, perasaan tadi orang itu udah pergi duluan" jawab Veni.

Nanda menatap pintu keluar kantor polisi kemudian menghela napas dan berbalik.

"Ya udah deh, kita duluan aja" usul Nanda berjalan memasuki lorong menuju sel tempat Arsya dkk dikurung.

Ada satu orang petugas yang mengawal mereka, Nanda berjalan dibelakang petugas, tangannya penuh dengan berbagai macam jajanan yang dia beli diwarung.

Langkah Nanda terhenti sejenak saat melihat seorang gadis beserta beberapa gadis lain sedang berada tepat didepan sel tempat Arsya dkk dikurung.

Bangkee beneran ada dia dong...

Batin Nanda bergeming ditempatnya. Gadis itu berbalik menatap Nanda, ia melirik Nanda tak suka kemudian berpaling. Veni menyadari hal itu dan segera menoleh kearah Nanda yang sudah bermuka masam. Tidak dapat dielakkan jika kini Nanda tengah meredam api didalam kepalanya, hal itu terlihat jelas Dimata Veni.

"Nan..?" Tegur Veni menepuk pelan lengan cewek tomboy itu.

Nanda mengacuhkan suara Veni, dia terus menatap Deila dengan pandangan yang menusuk. Disana Arsya juga menatap Nanda dengan wajah yang sudah tidak dapat dijelaskan bagaimana ekspresi nya. Ia ternganga ditempat begitu juga Alfi yang kini sudah menggigit keempat jarinya.

Nanda menghela napas pelan dan meletakkan barangnya diatas meja yang sudah disediakan oleh petugas, lalu Nanda berjalan mendekati jeruji itu, Nanda menurunkan pandangannya pada Deila yang kini mendongak menatap Nanda dengan sinis.

Dengusan itu kembali terlontar dari bibir Nanda kemudian Ia menoleh menatap orang-orang didalam sel.

"Gimana? Nyaman gak?" Tanya Nanda sembari bersidekap dada menatap datar semua laki-laki didalam sel tahanan.

Improvements Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang