dua sembilan

1.2K 141 0
                                    

Bel pulang sudah berdering para murid bersorak gembira karna waktu menyiksa telah usai,bagaimana tidak di bilang menyiksa jika mereka terus berkutik dengan pelajaran MTK serta fisika dan biologi,membuat para murid setres tak kecuali neha yang sudah tepar di meja nya kala bel berdering...

Siska tersenyum lembut menatap sahabat nya yang sudah mengeluh sedari tadi,semua umpatan dia keluar kan membuat Siska menggeleng,kenapa gadis polos ini sangat lancar berbicara kasar sejak bergaul dengan Zidane,aku harus memarahi Zidane.. pikir Siska sembari Merapi kan buku nya.

"Sudah hentikan... Sebenar nya siapa yang mengajari mu berkata Kasar.??" Tanya Siska menatap neha mengintimidasi.

Neha menelan ludah nya kasar ayolah meski Siska gadis lembut tapi jika menatap seperti itu,siapa yang tidak kicep, neha menyengir sambil menggaruk tengkuk nya yang tidak gatal.

"Apa Zidane yang mengajari mu.??" Neha menggeleng ribut jika dia jujur gadis itu pasti memarahi Zidane habis-habisan,pernah Zidane mengumpati murid karna tidak sengaja menabrak nya eh malah ia mendapat kan Omelan Siska selama 1 jam....

"Oh ya ngomong-ngomong kita akan belajar dimana.??" Tanya neha mengalih kan pembicaraan.

"Gimana kalo di rumah kamu saja sis" sahut Zidane yang sudah berdiri di hadapan kedua gadis itu,di samping nya ada Kevin juga.

Siska terdiam memikirkan saran Zidane "boleh... Tapi nanti malam saja karna aku ada janji sekarang" ucap nya menatap Zidane dan Kevin.

Kevin menatap Siska dengan wajah bertanya namun tidak terlalu terlihat,tidak bisa di pungkiri jika ia masih mencintai gadis ini.

"Tidak masalah.... Nanti malam juga bisa" sahut neha.

"Ayo pulang" ajak Zidane melangkah duluan bersama neha.

Kevin masih terdiam di tempat nya membuat Siska menghentikan langkah untuk menoleh,di kelas hanya tersisa mereka berdua yang lain sudah keluar...

"Vin.. kenapa tidak keluar.??" Siska kembali mendekati Kevin yang menatap nya.

"Kamu baik-baik saja kan.??" Tanya Siska lagi menatap cowok itu khawatir.

Kevin mengerjap beberapa kali ia tertegun melihat kekhawatiran Siska terhadap nya,meski mereka tidak punya hubungan namun gadis itu masih bersikap lembut pada nya.

"Maaf kan aku sis." Ucap nya pelan sambil menunduk.
Gadis itu tersenyum lembut ia tau pemuda itu juga tersiksa saat ini.

"Tidak apa-apa... Aku tidak marah kok" Siska mengelus pipi lebam Kevin lembut,membuat nya terpejam meresapi sentuhan halus dari tangan Siska.

"Tunggu aku ya... Tunggu aku menyelesai kan semua nya" ujar Kevin pelan hampir tidak terdengar ia menatap Siska dalam.

Senyum menenang kan Siska membuat ketahanan Kevin runtuh,dengan cepat ia menarik tengkuk gadis itu dan melumat bibir Siska lembut,ia menyesap bibir yang membuat nya candu selama ini...

Tanpa mereka tau seseorang menatap Siska penuh amarah dan benci,ia mengepal erat hingga kuku tajam nya tertancap mengeluarkan darah..

"Dasar jalang" desis nya tajam.

🐳🐳🐳🐳

"Kapan kau akan melakukan nya... Ini sudah 1 bulan dari perjanjian kenapa tidak ada kabar gadis itu mati.??"

Terdengar suara penuh kekesalan di sebrang telpon,pemuda itu memutar kedua mata nya malas ia sangat tidak suka di perintah,jika orang itu mengingin kan nya untuk menghabisi seseorang,mereka harus menuruti permainan nya...

"Kalau kau ingin cepat kenapa bukan kau saja yang melakukan nya..." Ucap pemuda itu malas.

"Ki-kita kan sudah ada perjanjian,kenapa kau malah bilang seperti itu" ujar wanita itu gugup

Sister Girl (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang