Mata yang semula terpejam kini sedikit demi sedikit terbuka,menampil kan mata hitam yang sekali-kali menyipit karna cahaya lampu berlomba untuk masuk ke netra hitam itu, kini mata hitam nya mengedar ke dalam ruangan bercat putih ingin tahu dimana kah dia sekarang.
Tidak lama manik hitam nya berhenti di satu titik dimana sebuah rambut berwarna coklat keemasan di samping brankar,dan juga sebuah tangan mungil menggenggam tangan nya,senyum kecil terbit di bibir pucat nya kala melihat siapa pemilik tangan itu.
Dengan susah payah ia mengusap rambut halus gadis itu,sambil tersenyum kecil...
"K-kak" panggil nya lemah tubuh nya terasa mati rasa,sakit di wajah juga masih terasa kebas.
Merasa ada pergerakan di kepala nya Siska membuka mata lalu mendongak kaget melihat wajah pucat itu berusaha tersenyum.
"Fe-ferdi... Kamu sudah sadar,kakak panggil dokter dulu" ucap Siska sambil berlari keluar tanpa bisa di cegah oleh Ferdi.
"Kenapa harus lari keluar, kan ada tombol di sini" gumam nya melirik tombol berwarna merah di samping brankar nya.
Tidak lama Siska sudah kembali dengan seorang dokter juga orang tua nya tidak lupa kedua pemuda juga,bukan lain adalah Iqbal dan rehan.
"Gimana apa masih ada yang sakit.??" Tanya Hendra setelah sang dokter sudah memeriksa dan keluar.
"Tidak ada ayah"
"Bohong... Jujur saja kalo ada yang sakit" ucap Siska tidak santai.
"Beneran kak...Ferdi baik-baik saja"
Siska duduk di samping brankar lalu menggenggam tangan adik nya.
"Maaf kan kakak... Karena tidak menjaga kamu" ucap Siska lirih seraya menunduk.
"Jangan bilang gitu, ini bukan salah kakak hanya Ferdi yang tidak waspada" hibur nya mengelus wajah cantik kakak nya.
"Kamu tenang saja kakak akan beri orang itu pelajaran" ujar nya penuh penekanan.
Hendra menarik nafas dalam ia tau kata pelajaran dari mulut Siska,bukan lah sederhana ia ingin mencegah namun tidak mungkin di dengar secara putri nya keras kepala.
Kau jual aku beli..
Yaah seperti itu lah Siska, dia akan membalas siapa pun yang sudah mengusik nya terutama mengusik keluarga nya,Hendra yakin Siska juga sudah menghukum orang yang selama ini menjaga dia dan Ferdi, dari mana dia tau.?? Tentu saja setiap gerak gerik Siska selalu dia pantau meski koneksi nya tak sebesar Siska,namun jika untuk mengawasi kedua anak nya masih bisa dia lakukan.
Sedang kan erina,Iqbal dan rehan menelan ludah nya mereka tau status Siska jadi pikiran mereka sudah menerawang jauh,pelajaran yang di kata kan Siska pasti di luar nalar, mana mungkin orang berpengaruh seperti gadis itu hanya memberi hukuman seperti anak-anak...
Mereka tidak bisa bayangan apa yang akan orang itu terima,tanpa sadar ibu dan anak itu bergidik ngeri ngebayangin nya.
"Kamu istirahat ya... Biar cepat sembuh" ucap Siska mengecup telapak tangan Ferdi membuat sang empuh tersipu malu,dimana di lihat Iqbal dan rehan,, mereka kompak mengeluarkan ekspresi jijik.
"Kakak mau kemana.??"
"Kakak tetap di sini sampai kamu tidur." Jawab Siska.
Ferdi mengangguk ia memejam kan mata nya meresapi tangan halus Siska yang mengelus rambut nya,tak lama pemuda itu tertidur pulas.
"Kakak mau pergi.??" Tanya Hendra melihat Siska bangkit dari duduk nya.
"Kakak ada urusan yah... Titip Ferdi sebentar ya.??" Jawab Siska meraih hp nya di atas meja.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sister Girl (END)
Ficción históricaNovel baru mohon jangan di bully ya... Asli pemikiran sendiri. ________ "Jangan memulai duluan dengan ku, karna aku akan membalas mu dengan cara mematikan" _______ "Ini bukan ancaman tapi ingat tetap lah berada di posisi mu,kau tidak akan tau kapan...